06

138 19 2
                                    

࿐༆༒ 𝐒𝐓𝐑𝐎𝐍𝐆 𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 06༒༆࿐
»»——> 𝑇𝑎𝑛𝑑𝑎𝑖 𝑇𝑦𝑝𝑜 𝑃𝑙𝑒𝑎𝑠𝑒<——««

🅦🅐🅡🅝🅘🅝🅖!
-ʜᴀʀᴀᴘ ᴍᴇɴᴊᴀᴅɪ ᴘᴇᴍʙᴀᴄᴀ ʏᴀɴɢ ʙɪᴊᴀᴋ-!
-ᴀʟʟ ᴋᴀʀᴀᴋᴛᴇʀ ʜᴀᴋ ᴍɪʟɪᴋ ᴍᴏɴsᴛᴀ sᴇᴘᴇɴᴜʜɴʏᴀ, sᴀʏᴀ ʜᴀɴʏᴀ ᴍᴇᴍɪɴᴊᴀᴍ ɴᴀᴍᴀ ᴋᴀʀᴀᴋᴛᴇʀɴʏᴀ sᴀᴊᴀ.
-ᴄᴇʀɪᴛᴀ ɪɴɪ ᴏʀɪɢɪɴᴀʟ ᴍɪʟɪᴋ sᴀʏᴀ sᴇɴᴅɪʀɪ, ᴀᴘᴀʙɪʟᴀ ᴀᴅᴀ ᴋᴇsᴀᴍᴀᴀɴ ᴅᴇɴɢᴀɴ ᴄᴇʀɪᴛᴀ ᴍɪʟɪᴋ ᴏʀᴀɴɢ ʟᴀɪɴ, ɪᴛᴜ ᴍᴜɴɢᴋɪɴ ᴋᴇsᴀʟᴀʜᴀɴ ʏᴀɴɢ ᴛɪᴅᴀᴋ ᴅɪsᴇɴɢᴀᴊᴀ.
-ᴊɪᴋᴀ ᴀᴅᴀ ᴅɪᴛᴇᴍᴜᴋᴀɴ ᴛʏᴘᴏ/ᴋᴇʙᴀʜᴀsᴀᴀɴ ʏᴀɴɢ ᴋᴜʀᴀɴɢ ɴʏᴀᴍʙᴜɴɢ, ʙɪsᴀ ᴅɪ ᴋʀɪᴛɪᴋ ᴀɢᴀʀ ᴅɪᴘᴇʀʙᴀɪᴋɪ, sᴀʏᴀ ᴍᴇɴᴇʀɪᴍᴀ sᴇɢᴀʟᴀ ᴊᴇɴɪs ᴋʀɪᴛɪᴋᴀɴ ʏᴀɴɢ sᴀʏᴀ ᴀɴɢɢᴀᴘ ᴍᴇᴍʙᴀɴɢᴜɴ, ᴀsᴀʟ ᴊᴀɴɢᴀɴ ᴍᴇɴɢʜᴜᴊᴀᴛ.
-ʜᴀᴘᴘʏ ʀᴇᴀᴅɪɴɢ ᴀʟʟ!

🦋❥✧♡TYPO BERTEBARAN!

Taufan tertidur di meja dapur, hingga ia merasakan pundaknya ditepuk-tepuk oleh seseorang. Kini mata nya perlahan terbuka dan netra biru safir nya melihat ke sekeliling nya.

"Ngh, sudah pagi?" itulah kalimat yang ia ucapkan saat matanya menangkap sesosok gadis berdiri disampingnya.

"Iya Fan, ah itu ada seseorang menunggumu di meja tamu," ucap gadis itu sambil tersenyum kearahnya.

"Seseorang—? ah! itu..itu adik aku!" seru Taufan langsung melompat dari kursinya, kini ia langsung berlari ke toilet untuk mencuci muka, sedangkan gadis itu tampak bingung.

"Adik? tapi kenapa wajahnya..ah sudahlah," gadis itu kini kembali bekerja menyiapkan pesanan para pelanggan.

Kini setelah bersiap untuk kembali bertugas, Taufan menuju meja dapur dan mengambil cappucino yang sudah ia siapkan sejak tadi, lalu membawanya ke meja tamu. Disana ia melihat seorang pemuda duduk membelakanginya dengan memakai jaket coklat, yang ia yakini bahwa itu adalah Gempa.

"Hey Gem! cepat sekali kau datang? apa Kak Hali tidak—"

Ucapan Taufan terputus saat sesosok itu berbalik, netra ruby nya menatap wajahnya dengan tatapan menyeramkan, sontak tangannya yang membawa nampan gemetar tak karuan.

"K-kak..K-kak H-hali!?" pekiknya terkejut, kini Halilintar berdiri lalu meraih nampan yang ia bawa kemudian meletakkan di meja.

"Ikut aku."

Tangan Taufan ditarik kasar keluar ruangan membuat dirinya tersandung saat berjalan dengan langkah cepat. Kini Halilintar mendorong Taufan kesamping cafe itu lalu melipat tangannya di dada.

"Jelaskan apa ini." ucap Halilintar dingin membuat Taufan bergidik ngeri, tangannya gemetaran mencoba untuk menggenggam celemek yang ia gunakan.

"I-i-ini...Upan cuma membantu disini kok Kak, engga kerja..lagian Upan masuk si—"

"Jangan berbohong padaku."

Lagi-lagi kata-kata Halilintar mampu membuat Taufan tak dapat berkata-kata, akhirnya ia menunduk dan mencoba menahan air matanya yang hendak jatuh sejak tadi, ia cukup takut menghadapi kakaknya jika sedang marah besar seperti ini.

"Punya mulut atau engga?" ujar Halilintar dingin, wajahnya tanpa ekspresi seperti biasanya.

"M-maaf Kak..hiks..U-upan k-kerja..Kak..maaf Upan bohong.." titah Taufan terbata-bata, ia tak mampu berhadapan dengan kakaknya lebih lama lagi.

"Kenapa kau pergi diam-diam huh? takut aku tidak mencarimu? takut aku membiarkan mu? takut aku memarahimu huh? KENAPA PAN!?"

Bentakan diujung kalimat cukup membuat Taufan merasakan pertahanan nya runtuh, kini dia terisak pelan sambil mencoba untuk mempertahankan suaranya agar tidak pecah.

"Maaf Kak...hiks...m-maaf, hiks... Up-an ga bicara sama Kaka.. karena Upan takut Kakak ga beri izin..hiks...Upan ga bisa lihat Kakak pergi pagi pulang malam seperti itu..hiks..Upan merasa gagal menjadi adik yang baik..hiks."

"Lalu? dengan kau pergi diam-diam untuk bekerja seperti ini aku senang? aku bahagia? huh? aku sudah berkali-kali memberitahumu,

—AKU HANYA INGIN KALIAN FOKUS PADA SEKOLAH KALIAN! AKU TAK INGIN KALIAN MENGALAMI NASIB YANG SAMA SEPERTI KAKAK MU INI, TAUFAN!! CUKUP KAKAK SAJA YANG MENJADI ANAK YANG BODOH, KALIAN JANGAN SAMPAI SEPERTI KU!" teriak Halilintar penuh emosi, matanya berkaca-kaca namun dengan kasar ia menepisnya, ia tak ingin terlihat lemah didepan adik-adiknya.

"TAPI BAGAIMANA BISA KAMI FOKUS SEKOLAH SEMENTARA KEUANGAN KITA MENURUN SETIAP HARINYA KAK!? hiks...UPAN GA BISA LIAT KAKAK TERUS-TERUSAN GA MAKAN, TERUS-TERUSAN KERJA SIANG-MALAM, HUJAN PANAS DITEROBOS APA KAKAK FIKIR KAMI BISA FOKUS BELAJAR!?"

Kini airmata Taufan mengalir jatuh ke pipinya melalui pelupuk matanya, tangannya terkepal saat ia menatap netra ruby sang kakak.

"LALU DENGAN KAU BEKERJA SEPERTI INI BISA MENYELESAIKAN MASALAH KEUANGAN KITA!? KAU BELUM TAU APA-APA TENTANG DUNIA KERJA PAN!

—Baru satu hari kau mulai bekerja, kau sudah begadang dan lihat kantung matamu! jangan mengira aku tidak tau hal itu Taufan! aku mengenalmu! kau tidak tau? Gempa sakit! kau tidak memikirkan adik-adik kita hah!? dimana hatimu Fan!?"

Jantung Taufan serasa berhenti sejenak, kini netra safirnya meredup, kakinya tak mampu menopang berat badannya lagi, kini dia berlutut di tanah sambil menutup wajahnya dengan matanya.

"Hiks..maafkan Up-an kak....hiks..Up-an bodoh...hiks..maaf selalu membuatmu kesulitan kak..hiks.."

grepp!

Taufan membelalakkan matanya, kini dia merasakan kakaknya memeluk dirinya dengan erat, kini dengan segera ia membalas untuk mendekap kakaknya dan mulai menangis sejadi-jadinya disana.

"Maafkan Kakak Pan..Kakak membentakmu tadi, maafkan Kakak ya?" ucap Halilintar dengan gemetar, namun wajahnya masih terkesan tak memiliki ekspresi apapun.

"Upanlah yang harus meminta maaf..hiks..maafkan Upan ya?" jawab Taufan sambil memejamkan matanya, membiarkan dirinya terhanyut suasana.

"Berjanjilah untuk tidak pergi tanpa izin oke? Kakak khawatir padamu Fan... berjanjilah untuk selesai kan kuliahmu sebelum menginjakkan kaki ke dunia kerja?" ucap Halilintar membuat Taufan mau tak mau mengangguk, kini Halilintar melerai pelukannya.

"Ayo pulang," pinta Halilintar sambil menarik tangan adiknya untuk berdiri.

"Tapi—"

"Ga ada tapi tapi, ayo kita pulang. Siapkan barang-barang mu, Kakak harus membawamu pulang dengan cepat."

Kini Taufan hanya bisa menghela nafas pasrah lalu mengangguk, kini dia berdiri dibantu Halilintar untuk masuk ke cafe dan dengan segera membereskan barang-barangnya.

BERSAMBUNG...

𝐒𝐓𝐑𝐎𝐍𝐆 [ COMPLETED ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang