Chapt 3

5 2 0
                                    

Hari ini, Dinas pendidikan kota mengundang seluruh perwakilan lomba debat tingkat kota untuk menghadiri acara di SMA Gajah Mada, di mana mereka akan menerima materi tentang teknik debat dari beberapa narasumber berpengalaman. Namun, di balik antusiasme itu, Audrey merasakan keanehan yang mendalam.

"Audrey, kamu kenapa?" tanya Ariela, melihat ekspresi aneh di wajah Audrey saat mereka bersiap-siap berangkat ke SMA Gajah Mada.

"Aku... takut bgt bjirr," jawab Audrey, menghela napas. "Aku khawatir ketemu Gavin."

Reyna, yang mendengarnya, langsung menoleh dengan mata lebar. "Gavin? Mantan kamu itu? Dia sekolah di sana?"

Audrey mengangguk, meremas tangan di depan tubuhnya. "Iya, dia di SMA Gajah Mada. Kita putus karena aku melihat dia berboncengan dengan cewek lain. Rasanya pen aku tonjok deh kalau sampai ketemu dia di sana."

Ariela menggenggam tangan Audrey, memberikan dukungan. "Hahaha dengar, itu hanya mantan. Kita harus fokus pada kompetisi ini. Kamu bisa kok!"

Meskipun ia berusaha bersikap cuek dan tidak peduli, rasa penasarannya tentang kondisi Gavin tetap menghantui pikirannya. Apakah dia baik-baik saja? Bagaimana dengan cewek yang diboncengnya waktu itu? Mereka beneran pacaran atau engga yah? Apakah dia sudah move on? Audrey berusaha menyingkirkan pikiran itu, tetapi bayang-bayang masa lalu sulit diabaikan.

Sesampainya di SMA Gajah Mada, suasana ramai menyambut kedatangan mereka. Bangunan sekolah megah itu membuat Audrey merasa sedikit terintimidasi. Dia menatap sekeliling, berusaha mencari tempat yang nyaman. Sesampainya di aula sma gajah mada, semua tamu undangan juga para calon peserta dipersilahkan untuk duduk, dan Ketika para pembicara mulai memberikan materi, dia berusaha untuk berkonsentrasi, tetapi pikirannya melayang.

"Bertahan, Audrey. Fokus pada materi dan pelatihan!" bisiknya pada diri sendiri.

Reyna, yang duduk di sampingnya, mengamati wajah Audrey yang cemas. "Hey, kamu baik-baik saja? Fokus ya, Yuk bisa yuk Audrey. Ini kesempatan besar untuk belajar," ujarnya pelan.

Audrey berusaha tersenyum, tetapi hatinya berdebar. "Iya, aku tahu. Tapi... rasanya aneh. Aku hanya penasaran tentang dia, entah kenapa."

"Lupakan dia. Kita di sini untuk belajar, bukan untuk memikirkan masa lalu," Ariela menambahkan. "Kamu tidak sendirian, kita di sini bersama,tenang aja kalau dia berani nyakitin kamu lagi, ku tonjok tuh orang."

Setelah sesi pengenalan, pemaparan materi juga pemaparan teknis lonba debat, mereka pun tertunjuk oleh pemateri untuk beranjak menuju podium debat untuk mempraktikkan apa yang telah mereka pelajari melawan sekolah lain sebagai contoh juga latihan untuk sekolah lainnya. Namun, Audrey masih merasa sedikit gelisah. Setiap kali dia mendengar suara atau melihat wajah yang mirip, jantungnya berdegup kencang. Meskipun dia berusaha untuk tidak menatap, rasa penasaran tetap ada.

"Baiklah, kita harus mulai serius sekarang," Reyna berkata dengan nada serius. "Kita harus menguasai materi kita sebelum kompetisi."

"Aku akan mencoba," ujar Audrey, berusaha mengumpulkan keberanian. Meskipun dia masih merasa gugup, semangat untuk berlatih dan memenangkan lomba lebih besar.

Saat hari beranjak siang, kehadiran Gavin yang tak terlihat membuat Audrey merasa tenang, setidaknya untuk sementara waktu. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan membiarkan masa lalu mengganggu fokusnya dalam lomba yang akan datang. Dengan tekad yang semakin kuat, dia bersiap untuk menghadapi kompetisi yang akan datang.

Setelah sesi materi dan praktik selesai, suasana di SMA Gajah Mada semakin ramai dengan para siswa yang ingin menuju kantin. Audrey, Ariela, dan Reyna memutuskan untuk menjelajahi kantin dan mencari jajanan yang menggugah selera.

JalubiVivat2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang