Chapt 4

10 2 0
                                    

Pagi itu, sang Bagaskara masih terlihat cerah meski jalan Veteran sudah dipenuhi kendaraan yang bergerak perlahan. Asap knalpot, deru mesin, dan bunyi klakson yang tak henti-hentinya menambah keramaian. Audrey duduk gelisah di dalam mobil, matanya terus melirik ke arah jam di dashboard. Waktu sudah menunjukkan pukul 6.30, dan mereka masih terjebak dalam kemacetan panjang.

"Yah, kalau begini aku bisa terlambat," gumamnya sambil menggigit bibir.

Audrey akhirnya memutuskan untuk turun dari mobil. Ia berpamitan dengan ayahnya, yang setuju bahwa lebih cepat kalau ia berjalan kaki. "Hati-hati ya nak, jangan lupa berdoa" ucap ayahnya seraya tersenyum.

Audrey mengangguk cepat, "Iya, terima kasih, Yah."

Setelah bersalaman dan menutup pintu mobil, gadis itu segera merapatkan tas hitamnya di bahu. Tangan kanannya menggenggam almamater hijau sage SMK Dirgantara, simbol sekolah kebanggaannya. Rambut panjangnya yang terurai sedikit tertiup angin ketika ia mulai berlari di trotoar yang padat oleh pejalan kaki. Langkahnya cepat, berpacu dengan waktu, sementara napasnya semakin berat seiring detik yang berlalu.

Audrey tidak peduli pada sekelilingnya, pikirannya hanya tertuju pada perlombaan debat yang akan segera dimulai di SMK Sinergi Aksara. Setiap langkah di trotoar yang ramai membuat tas hitam di pundaknya bergoyang, tetapi ia terus berlari, berusaha sekuat tenaga agar tidak terlambat.

Namun, di tengah kesibukannya, sebuah suara klakson tiba-tiba terdengar keras dari belakang. Audrey menoleh dan dikejutkan oleh sosok yang sudah tidak asing lagi.

Seorang pengendara motor dengan almamater biru gelap simbol SMA Gajah Mada yang terkenal di kota menepi di sebelahnya. Helmnya masih terpasang, tetapi Audrey segera mengenali siapa dia. Itu Bintang, siswa SMA Gajah Mada yang menabraknya dan dikenalnya saat pelatihan seminggu yang lalu.

"Audrey! Mau ke mana? Kok lari-lari gitu?" Bintang membuka helmnya dan tersenyum lebar.

Audrey yang masih terengah menghentikan langkahnya, "Aku... mau ke SMK Sinergi Aksara, hari ini udah mulai lomba debat nya untuk jenjang SMK. Jalannya macet banget, jadi aku jalan kaki aja biar cepat."

Bintang melihat ke arah jam tangannya dan mengangguk. "Naik sama aku aja. Naik motor lebih cepat daripada kamu jalan kaki."

Audrey ragu sejenak, tetapi setelah melihat jam di tangannya dan mempertimbangkan jarak yang masih cukup jauh, ia setuju. "Oke, makasih ya!"

Setelah Audrey naik ke motor, Bintang langsung melaju dengan gesit melewati kemacetan. Angin berhembus menerpa wajah Audrey saat mereka melewati kendaraan-kendaraan yang terjebak. Perjalanan terasa lebih ringan, meski perasaan tegang masih menyelimuti pikirannya.

Tidak butuh waktu lama, mereka sampai di depan SMK Sinergi Aksara. Audrey segera turun dari motor dan membetulkan almamater serta tasnya.

"Terima kasih banyak, Bintang. Kamu penyelamatku hari ini!" ucap Audrey sambil tersenyum, meskipun tubuhnya masih terasa lelah.

Bintang hanya tertawa kecil, "Sama-sama. Semoga sukses, ya! Lakukan yang terbaik." Ucap Bintang sembari mengepalkan tangannya simbol memberikan semangat.

Audrey mengangguk dan melambaikan tangan sebelum berlari menuju aula perlombaan, tempat timnya sudah menunggu. Tiba di sana, ia melihat Ariela, Reyna, dan Bu Alfi yang sudah terlihat bersiap.

"Kamu telat sedikit lagi, Aud!" kata Ariela dengan nada cemas.

Audrey menghela napas, "Maaf, macet parah. Tapi sekarang aku udah di sini. Yuk, kita bawa pulang kemenangan!"

Dengan semangat yang baru, Audrey bergabung dengan timnya, siap untuk menghadapi tantangan di depan mereka.

Audrey, Ariela, dan Reyna mengenakan almamater hijau sage kebanggaan SMK Dirgantara. Langkah mereka mantap saat memasuki aula SMK Sinergi Aksara, tempat berlangsungnya lomba debat antar sekolah. Aula tersebut sudah dipenuhi oleh berbagai tim dari SMK se-kota, dan begitu mereka bertiga masuk, seketika pandangan tertuju pada mereka.

JalubiVivat2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang