W - Waktu

129 18 4
                                    

"Hei."

"Hah?"

Mendorong buku latihan yang sudah dia bedah selama beberapa menit kepada pemiliknya, Minho menunjuk salah satu nomor yang ada di atas kertas menggunakan ujung pulpen, "Ulangi."

Dengan berat hati, Seungmin harus bertempur lagi. Minho ikut memperhatikan dari samping.

Pensil menari. Beragam angka ditulis dan proses pencarian jawaban terlihat cukup lancar seolah-olah Seungmin tidak kesulitan dengan fisika yang menurutnya mematikan ini.

"Salah."

Tapi, Seungmin tidak akan memberi label mematikan jika dia bisa menyelesaikannya dengan benar.

"Bukan gini. Ini harusnya..."

Seungmin malas mendengarkan, dia sudah lelah dan menyerah. Memangku dagu di tangan, dia hanya memperhatikan bagaimana Minho merevisi dan menuliskan jawaban yang tepat di buku miliknya.

'Eh uratnya nongol.' Monolog hati Seungmin yang salah fokus pada urat yang menonjol di tangan Minho.

"Jangan ngelamun. Perhatiin yang bener." Minho memperingati.

"Iya iyaa." Beringsut lebih dekat, Seungmin tidak benar-benar melakukan apa yang dia katakan. Dia kembali salah fokus. Masih memandang tangan Minho, kali ini dia memperhatikan jari-jarinya. Entah kenapa, dia merasa jari-jari Minho agak lucu. Itu benar-benar menggelitik hatinya entah kenapa sampai-sampai kekehan kecil lepas begitu saja.

"...Sehat?" Minho bertanya-tanya setelah menangkap senyum lebar di wajah Seungmin.

"Hehe." Mungkin karena masih merasakan gelitik yang menyenangkan di hati, rem di bibirnya juga tidak berfungsi, "Jari Aris buntet, imut. Hehe."

Minho secara otomatis membuka telapak tangannya. Memang tidak terlalu panjang dan agak berisi tapi menurutnya tidak buntet?

''Imut katanya?' Detik berikutnya, dia tidak terlalu mempermasalahkan buntet karena terpaku pada kata imut.

"Sini kita coba bandingin." Seungmin mengangkat sebelah tangannya.

Minho menempelkan tangannya. Kedua tangan mereka bertemu, satu memiliki jari yang panjang sementara yang lain lebih berisi.

"Ih lucu banget kalo disandingin begini!" Seungmin bersemangat melihat perbedaan ukuran mereka.

Minho berkedip beberapa kali. Seperti disihir, jari-jarinya menekuk dan mengunci jari Seungmin. Saat dia tersadar dan hampir menarik tangannya, Seungmin lebih dulu bertindak. Dia ikut mengunci, membuat tautan kedua tangan mereka terkunci sepenuhnya.

Dengan sudut bibir yang semakin tertarik naik, dia menggoyangkan tautan tangan mereka ke kanan dan kiri, "Hehe jari Aris qiyut~"

"...." Nyatanya, bukan tangannya saja yang bergoyang, hati Minho juga sama.

Perlahan, senyum di wajah Minho tercipta. Bahagia di dalam hatinya meluap begitu saja, tumpah dalam bentuk tawa.

"Hahaha!"

..

"Aris?"

"Ahaha!"

"Aris kenapa tiba-tiba ketawa?"

Menatap wajah yang sama seperti yang ada dalam ingatannya barusan, Minho mengangkat tautan tangan mereka dan mengecup punggung tangan suaminya, "Enggak."

"Hmmz." Seungmin kembali bersandar di pundak suami, menikmati waktu tenang di sore hari di teras belakang rumah.

"Kamu masih inget gak kamu pernah bilang jari aku imut qiyut?"

Ada jeda karena sedang mengingat-ngingat, "Pas Widya belajar fisika kan ya?"

"Hm. Masih imut qiyut gak?"

"Masih hahaha. Udah lama banget itu, hampir lupa malah Widya."

"Buat beberapa hal, aku berusaha gak akan lupa. Apalagi kenangan berharga."

Tidak hanya mendengarkan suara, Seungmin yang bersandar juga bisa merasakan getaran suara dan detak jantung suaminya. Untuk beberapa alasan, itu membuatnya salah tingkah. Seolah-olah dia sedang mendengarkan bagaimana hati Minho berbicara. Mendengarkan bagaimana suaminya sangat menghargainya dan momen sederhana mereka, tidak membiarkan waktu menghapus jejak manis dalam kenangan dengan mudah.

"Masuk yuk, udah mulai dingin." Minho perlahan bangkit dan hendak menarik Seungmin tapi-

"Gendong."

--tidak semudah itu.

Mengabulkan permintaan suaminya, Minho mengangkat Seungmin tapi ala mengangkat karung beras, "Dasar manja."

"Turunin Aris, turunn ampunn. Iya Widya jalan sendiri--hei tangannya jangan nakal! Megang apa itu hei! Hei hei HEI!"

Tidak bisa dilihat tapi Seungmin yakin Minho sedang tersenyum sembari menepuk-nepuk pantatnya.

"Shh udah sore." Jawab Minho dengan senyum puas.

RAINBOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang