Rain

139 20 10
                                    

Niat hati memilih motor supaya bisa sat set, kondisi lalu lintas yang padat membuat Seungmin terjebak macet. Ini masih jam empat tapi penampakan alam menggiring isi kepalanya untuk berpikir kalau sekarang sudah pukul setengah enam menjelang malam. Awan kelabu tebal membentang jauh dan sapuan angin yang kencang sudah menjadi tanda bahwa tidak lama lagi akan turun hujan deras.

Maka dari itu, Seungmin tidak ragu menarik gas dan memperlakukan jalanan seperti arena balapan ala motojipi. Menempatkan dirinya sebagai Valentino Rossi, dia melaju cepat seperti kilat.

Tes!

Satu disusul dua, empat, dan ratusan rintik hujan kemudian. Hujan akhirnya datang, menggiring Seungmin untuk berhenti dan menepi sejenak, memakai jas hujan juga menaruh jajanan yang sudah dia beli ke dalam bagasi. Bergabung kembali ke jalanan setelah persiapannya selesai, lajunya menjadi sedang karena tidak ingin jatuh akibat jalanan yang licin.

Lagi, perjalanannya terhenti, kali ini karena rombongan kendaraan sedang melintas dari pertigaan. Telinganya penuh denga suara hujan, mesin yang berderu, dan peluit yang terus dibunyikan tukang parkir. Melirik ke atas, lampu jalan menampilkan oranye.

Karena titik hujan yang jatuh di atas kaca helm, warna oranye menyebar secara acak dalam bidang pandangnya. Saat Seungmin hampir tenggelam dalam warna oranye yang menyala saat kelabu menguasai langit, klakson dari arah belakang menariknya ke kenyataan, dia menarik gas dan kembali melaju.

'Aris lagi ngapain ya?' Tanyanya dalam hati.

Hujan turun lebih deras di lingkungan rumahnya namun beruntung saluran air komplek tidak tersumbat sampah dan membawa air hujan dengan baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hujan turun lebih deras di lingkungan rumahnya namun beruntung saluran air komplek tidak tersumbat sampah dan membawa air hujan dengan baik. Dengan kaki yang basah dan cemilan di tangan, Seungmin membuka pintu, "Aris?"

Sembari mengeringkan kaki di keset, dia memanggil lagi, "Aris?"

Di luar masih nyaring suara hujan namun semakin dia masuk, rumah semakin sepi. Menaruh jinjingan di atas meja saat dia melihat sepasang kaki mencuat keluar dari tenda selimut yang didirikan di tengah rumah, Seungmin melangkah mendekat.

Berjongkok dan memandang ke dalam, dia melihat Minho sedang tertidur di dalam tenda, ditemani dua malaikat kecil di sisi kanan dan kirinya.

Ini sudah waktunya si kembar bangun supaya nanti malam tidak liar--ekhem aktif dan kembali tidur, tapi Seungmin didorong oleh rasa lapar dan memilih untuk menikmati cemilannya yaitu pelakor alias pempek, lumpia, dan martabak telor di ruang makan sepelan mungkin yang dia bisa. Tapi mungkin dia terlalu berisik atau anaknya yang terlalu sensitif, beberapa menit kemudian, satu anak terbangun dan memanggilnya dengan suara serak, "Pih."

Tanggung karena sedang menyuap pempek ukuran besar, Seungmin tidak bisa membalas panggilannya. Sebagai gantinya, si kecil memanggil lagi tapi dengan suara bergetar siap menangis, "Pih!"

"Iyaa." Mengunyah secepat yang dia bisa, Seungmin buru-buru masuk ke dalam tenda dan membawa satu kecambahnya untuk dibawa keluar, "Ini Papih ini Papih, Ian bangun? Lama gak tidurnya sama Papah?"

"Eung." Sungchan kecil mengistirahatkan kepalanya di ceruk leher Seungmin, menguap dan mengucek-ucek (?) mata tapi tidak kembali tidur.

Membawa si kecil ke ruang makan dan melanjutkan memakan cemilan, Seungmin cukup tenang sampai Sungchan tertarik dan menunjuk salah satunya, "Ini apa?"

"Pempek."

"Eek?"

"Bukaan, ikutin Papih. Pem."

"Em."

"Pek."

"Ek."

"Pempek."

"Mempe."

"Heem, pinter." Seungmin memptong bagian pempek menjadi lebih kecil dan menyuapi Sungchan.

"Enyak!" Mengambil lebih banyak segera setelah menelan yang pertama, acara nyemil Seungmin bertambah anggota.

Beberapa saat kemudian, anggota bertambah. Minho dengan muka bantal datang dan mencuci muka di westafel sementara Sunghoon datang membawa boneka beruang di tangan.

"Ini apa?" Pertanyaan yang sama ditanyakan oleh Sunghoon kecil.

"Lumpia, tapi jangan makan yang ini. Pedes, haaahh." Seungmin mengipas bibirnya untuk penekanan.

"Aku bisa ko Pih mam pedes." Sunghoon membela diri, "Aku bisa mam pedes Pih."

"Iya." Balas Seungmin.

"Aku bisa mam pedes Pih."

"Iya heem." Balas Seungmin lagi.

"Papah aku bisa mam pedes loh." Sunghoon ganti sasaran.

"Iya." Balas Minho.

"Papah aku bisa mam pedes."

"Iyaa."

"Papah aku bisa mam pedes. Papah aku bisa mam pedesss, kan aku jagoann."

Minho mengambil setengah sendok lumpia, "Cium baunya, ini banyak cabe. Kepedesan kamu nanti."

Mengendus dan merasakan hidungnya terkena tendangan pedasnya cabai, Sunghoon tiba-tiba membuka mulutnya dan memakan sedikit. Belum dua detik, hujan juga turun di dalam rumah. Hujan air mata si bocah yang baru menginjak umur 3 tahun.

RAINBOWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang