BAB SATU ( Tania )

82 27 52
                                    

Hai kalian para pembaca, kalian bisa memberikan komentar pada Dedey entah kritik atau saran. Dan tidak lupa juga pencet tombol ⭐️ di bawah yg ada di kiri untuk menyemangati author biar dedey jadi semangat nulisnya!

Buat yang udah kasih vote⭐️ Dedey ngucapin terima kasih sekali karena ada dari kalian (pembaca) yg bisa menghargai karyaku.

50 kta

________________

Happy Reading

Mengenai sekolah, pasti hal pertama yang kita pikirkan adalah pendidikan. Benar? Sekolah merupakan tempat kedua di mana kita bisa mendapatkan pendidikan dan tentu yang pertama kali adalah di rumah. Namun sayangnya hal itu tidak berlaku atau lebih tepatnya takdir seolah tidak pernah bersikap adil pada seorang gadis yang saat ini mendekam di ruang kepala sekolahnya. Tania, namanya.

Di sampingnya, tepatnya di sebelah kanannya, ada seorang gadis berambut panjang pirang yang menatapnya sinis dengan aura permusuhan. Sedari tadi gadis berambut pirang tersebut ingin menyudutkan Tania dengan lontaran kata yang cukup membuat dirinya takut dan cemas . Lalu di sebelah kirinya ada seorang lelaki berpenampilan urakan—ia yang menjadi akar masalahnya namun Tania yang di salahkan. Dan di depannya seorang pria paruh baya yang berprofesi sebagai kepala sekolahnya sedang menatap ke arahnya, membuat Tania menundukkan kepala. Tania melakukannya bukan karena ia merasa atau mengaku bahwa dirinya bersalah, hanya saja ia tidak suka di tatap secara intens oleh orang lain.

Perempuan di sebelah kanannya berdiri. "Saya lihat dengan mata saya sendiri, Pak! Kalau cewek ini yang mendorong Astrid! Pokoknya bapak harus memberikan hukuman yang setimpal," ucap Geisha, gadis berambut panjang tersebut sambil menunjuk-nunjuk ke arah Tania. Geisha bersedekap. "Kalau bisa keluarkan cewek pembawa sial ini dari sekolah ini."

Tomi, yang berprofesi sebagai kepala sekolah memijit keningnya. Lalu berujar, "Geisha, bisa tenangkan diri kamu? Tolong, kamu hargai saya sebagai kepala sekolah di sini. Jaga sikap kamu itu walau kamu adalah keponakan saya. Sekarang kamu duduk kembali."

Geisha mendengus kesal. Dengan tak senang hati, ia terpaksa duduk kembali namun dalam tatapan kesal dan marah yang tertuju pada Tania yang masih menunduk diam.

"Pak Tomi, bapak jangan lupa kalau orang tua Astrid adalah donatur besar di sekolah ini. Dan Astrid juga cucu dari pemilik sekolah ini. Kalau sampai mereka tahu bahwa pelaku yang menyebabkan anaknya masuk rumah sakit malah diberi sanksi ringan, bukankah bapak dan juga jabatan yang bapak raih susah payah ini akan terkena imbasnya?" ucap Afdil, lelaki di sebelah kiri Tania.

Tomi terdiam. Jujur saja, ia masih ingin mempertahankan posisinya yang susah payah ia dapatkan ini. Tapi gadis yang di depannya, Tania, adalah gadis yang cukup baik. Dia punya sopan santun dan tidak banyak bertingkah, juga gadis ini cukup mampu menguasai materi yang hampir di semua mata pelajaran akademis. Entah kenapa gadis itu selalu mempunyai permasalahan yang hampir setiap hari ada laporan tentangnya. Jika ia menghukumnya tanpa ada penjelasan dari akar masalahnya, ia yakin masalah laporan ini tidak akan pernah terselesaikan. Setiap kali ia meminta alasannya, dia hanya diam menunduk. Itu yang membuatnya kebingungan sendiri.

Afdil mencuri pandangan ke arah Tania sambil tersenyum miring.

Geisha mengangguk setuju. "Juga, kali ini masalah yang cewek ini perbuat terlalu gak bisa ditolerin. Dia ngecelakai Astrid sampek masuk UGD!" Geisha menunjuk Tania. "Lo iri ya karna Astrid bisa nyaingin nilai lo?" Geisha tertawa. "Munafik lo ya? Sikap lo saja yang pendiam, tutur lo aja yang sok lembut. Biar apa? Biar dikatain baik?"

Tania meremas ujung rok abu-abunya. Ingin rasanya ia membalas ucapan yang terdengar menyakitkan itu. Namun ia rasa membalasnya hanya memperpanjang masalah ini. Ia ingin segera keluar dari ruangan ini.Namun tidak bisa sebelum kepala sekolah memgizinkannya. Sekarang Tania berharap seseorang bisa membawanya pergi dari sini.

Rain Brings StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang