1. What A Coincidence

1.5K 229 32
                                    

note (JANGAN DI SKIP):

Cerita ini mengandung buanyak konten dewasa. Pokoknya banyak banget, bukan cuma soal tidur-tiduran, tapi juga hal-hal kecil seperti sifat tokoh, bercandaan seksis, kata-kata kasar, dsb. Gak usah berantem di kolom komen kalo beda pendapat, gak usah bawa-bawa agama. Mohon bijak ya! Makasieee~ happy reading!

-//-

Memasuki usia 27 tahun, Ruth semakin percaya bahwa terlahir menjadi wanita memang tidaklah beruntung. Dalam sebulan, setidaknya ia hanya punya waktu lima hari untuk merasa sehat. Karena 14 hari sebelum datang bulan, suasana hatinya naik turun dan membuat ia menjadi bringas serta menyebalkan. Lalu lima hari selama datang bulan, fisiknya mulai ambruk karena nyeri di pinggul, bokong, selangkangan, dan payudara. Kemudian tujuh hari berikutnya pada masa ovulasi, psikis Ruth mulai blingsatan.

Ada sesuatu yang ingin dipuaskan, tapi tak pernah terlampiaskan dan membuat Ruth kembali menjadi menyebalkan. Sebab terakhir kali dia menonton Fifty Shades of Grey bersama Sofia di masa ovulasinya, Ruth tak bisa tidur semalaman. Sementara Sofia pamer dengan bangga tengah berendam di bath tub bersama suaminya di close friend Instagram.

Sejak saat itu, Ruth menghindari menonton film-film kategori dewasa, khususnya bersama Sofia.

"Asu! Gimana mau jalan kalau di stop terus begini?" Ruth menggerutu sambil menekan klakson hingga menimbulkan kebisingan pada pertigaan jalan.

"Ruthiee! Lama-lama lo bisa tua di jalan kalau tiap nyetir marah-marah terus."

Ruth menghela napas, bunyi klakson tidak ada gunanya karena sebuah truk baru saja belok dan menghalangi lajur lurus. Lagi-lagi, dia dan ratusan mobil di belakang harus mengalah dari sosok Pak Ogah-si pengatur jalan-yang hanya berpihak pada pengendara yang ingin belok-yang tentu akan memberikan receh.

"Mending lo pasang lampu strobo sama plat merah aja, Ruth! Dijamin nggak ada yang berani menghalangi jalan lo."

Suara gelak tawa dari speaker radio mobil menyita perhatian Ruth. Dia ikut mendengus.

"Sekarang lo tahu kan, kenapa gue ogah main ke rumah baru lo," ujar Ruth, sambil melepaskan rem perlahan. "Karena jalan ke rumah lo itu neraka dunia. Macet nggak kira-kira."

"Makanya lo cari pacar yang kayak lakinya Mona, biar dapat private jet," sahut Sofia, dari seberang telepon.

"Eh! Kenapa jadi gue? Emangnya tuh private jet bisa gue pakai dari BSD ke Jakpus?" Mona menimpali. 10 menit lalu dia berkabar bahwa sudah tiba di rumah Sofia.

"Seenggaknya kalau mumet sama kemacetan di sini, lo bisa langsung terbang ke Singapur kan?" balas Sofia.

"Gila! Lampu merah aja nggak selama ini." Ruth kembali menekan klakson, sambil menutup cela antara mobilnya dengan kendaraan di depan agar tidak di stop Pak Ogah. Namun, tiba-tiba saja sebuah motor masuk dari cela kanan, membuat kaki Ruth reflek menginjak pedal rem. "Shit!"

Ruth melotot ke arah pemotor yang tengah berusaha melewati mobilnya. Orang yang dibonceng pemotor itu hanya menangkupkan kedua tangan sambil mengangguk kepadanya. Ruth langsung membuka kaca, berniat untuk meneriaki pengendara tersebut.

"Woi! Nyetir yang be-"

BRAK!

"Holy shit!" Ruth membeku sejenak.

Suara nyaring dari dua benda keras yang beradu itu membuatnya terkejut. Ruth melirik pengendara lain yang kini menatap dan menunjuk mobilnya sambil entah bicara apa. Tak butuh waktu lama untuk ia menyadari.

"Anjir! Gue ditabrak?!"

"Hah? Ruth! Lo nggak apa-apa?"

"Ruth, lo ditabrak siapa? Woi! Kabarin!"

Hidden Desires [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang