Prolog

772 145 52
                                    

Dalam sebuah perkenalan singkat, orang sehat akan mengawalinya dengan penjelasan lembut dan teratur. Katakanlah itu untuk menarik perhatian penikmat seni diluar melalui etika dan sopan santun.

Perlu diketahui, semua makna positif adalah bakteri menjijikkan bagi sebagian manusia. Sebut saja---

"MANA SI AZKANJING. GUA MATIIN TUH ORANG!"

Mia Denara Pertiwi. Betina tangguh anak Bapak Lintang Tji Waluyo dan Ibu Tiara Siregar, telah menolak bersahabat dengan kelembutan jika itu artinya dia menjadi lemah. Didikan kuat dari kakak laki-lakinya untuk menjadi petarung sejati yang kelak harus melawan dunia adalah sebuah kesempurnaan mutlak mengenai etiket hidup manusia.

Itu di kondisi normal, jadi dalam kondisi sekarang di mana batas kesabaran yang setipis buku catatannya sendiri, telah meluap hingga menimbulkan banjir bandang, Mia telah menerjang kerumunan sambil menyingsing kedua lengan baju.

Amarahnya sering kali memang tanpa alasan. Sayangnya saat ini sebuah dasar persahabatan yang kuat menjadi landasan hukum yang membuat kekuatan spiritualnya melesat tajam. Terang saja, jauh di depan, sambil sok-sokkan memapah sahabatnya, Mia melihat seorang bajingan yang telah menyakiti teman polosnya itu. Dia habis kesabaran.

"AZKA ANJNG!"

Tubuhnya nelayang. Langsung melompat dan menerjang raga tinggi yang tadi menunduk. Hantamannya kokoh. Setangguh leluhurnya pada dua ribu tahun lalu.

Bugh!

"BANCI LO!"

BUGH!

Kali ini jauh lebih kuat. Sampai di titik Azka tersungkur jatuh di lantai dan tampak tak kuat berdiri. Mia tak puas. Dia lalu mengangkat kaki dan menendangi Azka sampai cowok itu meringkuk kesakitan.

"NGGAK BECUS LO JAGA TEMEN GUE!"

Saking kuatnya, muka cowok alias samsak tinjunya terdorong jauh dan kini makhluk itu terbaring di lantai dingin bandara. Sampai situ saja? Tidak. Mia kejar orang tersebut dan kembali menghajatnya.

"GUA MATIIN LO SEKARANG!!!"

Hantaman bertubi semakin kuat di tiap detik dan Mia mengambil kuda-muda kokoh. Kemudian tanpa rasa iba menendangi tubuh laki-laki yang meringkuk kesakitan. Perutnya, kakinya, bahkan sampai dada dan kepala, biar bajingan ini paham macam-macam dengan Syakilla, ARTINYA CARI MATI.

Mia sudah sangat kesal saat mendengar kecelakaan yang menimpa sahabatnya di Bali. Seharusnya itu jadi acara menyenangkan baginya, tapi justru diludahi kebancian cowok bernama Azka ini. Sangat tidak termaafkan.

"Mia!"

Nah, ini. Ini dia. Syakilla itu memang terlalu polos. Mia sedang berjuang demi kehormatannya saja cewek itu malah berusaha menghentikannya. Syakilla pasti kasihan dengan Azka yang sudah babak belur di tangan Ratu tawuran.

"DIEM CHA!" Mia menepis kasar tangan Syakilla. Kembali mengambil kida-kuda serta tendangan brutal. "NIH BAJINGN BUTUH DIKASIH PAHAM DIKIT BIAR NGERTI.

"Ya tapi itu---"

"CUIH."

Sentuhan terakhir telah melengkapi maha karya terindah. Mia meludah ke sampah yang telah dihajarnya sampai permen karetnya melompat keluar. Dia paling jago soal membuat kulit manusia legam kebiruan. Itu merupakan bakat naturalnya sejak masih berbentuk sel satu. Sayang tak ada komposisi musik berupa bunyi patahan tulang tercipta malam ini. Mia berkacak pinggang, melenguh puas setelah menumpahkan emosi. Dia memberikan cengiran lebar atas pertunjukkan dahsyat di tempat umum itu sambil menatap sahabatnya.

"Nah, itu adalah apa yang harus lo lakukan kalau ada---"

Ucapan Mia terpotong. Mata gadis tersebut menyipit tajam, lalu dikuceknya keras. Mengerjap-erjap, sambil mencoba mencerna situasi. Linglung sesaat. Agak aneh tentang apa yang dilihatnya kini. Dia cukup yakin telah menghajar Azka habis-habisan sampai jatuh ke lantai.

Lalu kenapa sekian meter darinya, ada cowok yang dimaksud, sedang berdiri terdiam sambil menggendong pacarnya itu?

"Cha, ini si Azka..."

Wajah pasrah Syakilla yang menyambut, dengan lirikan kode menuju sosok tepar di atas lantai, Mia melotot lebar.

Di sana, masih tersungkur sambil memegangi perut nyeri, ada cowok yang sudut bibir kirinya robek, mata kanan lebam, dan pipi yang basah karena ludah. Permen karet menempel di rambut hitam acak-acakan. Beberapa jengkal darinya ada kacamata yang terhempas dan telah remuk.

Tanpa perlu dideskripaikan lebih jauh, semua bisa tahu lebam dan bonyok ada di tiap jengkal tubuh.

Tangannya gemetaran, entah karena emosi atau menahan nyeri terlalu pekat. Namun sorot abu-abu yang sangat tajam tetap tak terusik. Membalas nyalang ke arah cewek kurang ajar yang telah menyerangnya tanpa alasan.

Sebuah janji gelap terucap. Dia melebarkankan sayap elangnya perlahan. Menunjukkan pada lawan itu, siapa yang ada di puncak rantai makanan. Tak akan pernah melepaskan cengkeramannya pada mangsa apapun di depan mata. Hari itu, bersamaan dengan desisan tajam berselimut dendam, kutukan telah tersegel dalam diri seorang gadis.

"Lo cewek... harus bayar ini..."

Setelah ini, hidup Mia tak akan bisa tenang.

29 September 2024

Hehehe, Azkiella lagi fase mumet. Mau kabur bentar ke sini biar refresh dikit. Tenang, 90 Days akan tetap up di hari sabtu sampai ke hari 90 alias tamat. Jadi sekarang seminggu ada dua cerita up. Bisa gak ya?

Bisa-bisain ajalah. Buabay~~~

GIOMIA - Sebuah Ledakan Menembus Dunia LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang