Eps 1

295 20 4
                                    

Pagi2 sekali seorang gadis berbadan mungil sudah sibuk didapur menyiapkan kue beras untuk dijual. Dia mulai membuat kue2 itu dengan berbagai macam isian mulai dari kacang hijau, campuran biji wijen dan madu juga kacang merah

Dia mulai mengaduk adonan, memasukkannya kedalam kukusan kue yang sudah diisi dan memberikan isian kembali pada kue yang belum diisi sembari menunggu yang dikukus matang

Tidak lupa juga ia bersenandung riang untuk memulai harinya. Menghilangkan segala rasa sedih dihatinya. Gadis itu sebatang kara, 5 tahun lalu ayahnya meninggal dunia akibat dipukuli saudagar kaya kejam yang mengaku telah memiliki tanah keluarga mereka padahal tidak sepeserpun uang dibayarkan pada keluarganya, sang ayah bersikeras hingga berakhir meregang nyawa. Untungnya hukum masih bertindak adil sehingga pelaku dihukum penjara dan tanah juga rumah sederhana itu tidak berpindah tangan

Berlakunya keadilan itu membuat keluarga gadis penjual kue beras melega namun tidak merubah apapun, sang istri dan anak gadisnya tetap kehilangan sosok suami dan ayah. Hal itu membuat sang ibu sakit keras ditambah mereka hidup dibawah garis kemiskinan, uang yang didapat hanya dari menjual hasil kebun kecil dibelakang rumah mereka yang sebagian sayurannya mereka pakai makan dan hasil penjualannya yang tidak banyak itu mereka pakai beli beras

Sang ibu sakit keras dan hanya terbaring lemah ditempat tidur, untuk kekamar mandi saja harus dibopong sang anak. Akhirnya anak gadis satu2nya itu harus putus sekolah diusia 16 tahun dan memutuskan menjual kue beras keliling demi menambah penghasilan untuk membeli obat sang ibu

"Maafkan ibu ya, tidak seharusnya ibu sakit dan kau harus bekerja keras seperti ini uhuk uhuk"

"Ibu jangan bilang gitu, aku suka ko jualan kue beras bisa keliling2 kota dan bertemu orang baru, aku juga tidak lelah yang penting pas aku pulang ada ibu yang kasih aku senyuman" ucap sang anak gadis dengan senyum yang tulus

"Ibu jangan bilang gitu, aku suka ko jualan kue beras bisa keliling2 kota dan bertemu orang baru, aku juga tidak lelah yang penting pas aku pulang ada ibu yang kasih aku senyuman" ucap sang anak gadis dengan senyum yang tulus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selama itu ia berjuang menghidupi dirinya dan ibunya. Pagi2 ia akan menjual kue beras dan sayuran dipasar hingga siang. Di siang hari ia akan pulang dan makan lalu mengurus ibunya lalu sore hari ia akan kembali mengantarkan kue berasnya ke toko kue kecil yang memang buka dimalam hari

Ya, Kim Jennie anak perempuan dari pasangan Kim Soowong dan Ye Jiwon. Bisa dibilang mereka hidup bahagia sederhana dengan sang ayah yang bekerja sebagai pekerja proyek dan sang ibu dirumah mengurus kebun sayur mereka

Jennie terbiasa mandiri sejak kecil. Sepulang sekolah dia akan membantu ibunya menyiapkan makan siang  dan dia akan berinisiatif untuk mengantarkan makan siang itu ke proyek ayahnya

"Hati2 ya sayang~" Jiwon

"Iya ibu" dengan langkah imutnya Jennie yang berusia 14 tahun kala itu berjalan menyusuri kota menuju proyek sang ayah.

"Jennie sayang langsung pulang ya" Soowong

"Bukan ayah cuma 4jam lagi pulang ya? Jennie disini saja ya tunggu ayah, kita pulang bareng" Jennie

"Jangan sayang, banyak alat berat disini bahaya" Soowong

"Aaaa~ ayah Jennie akan hati2" Jennie

"Hey pulanglah, bahaya lagipula kau terlalu menggemaskan takutnya banyak yang mau, kau kan cuma punya ayah" Soowong terkekeh

"haha oke deh Jennie pulang, tapi ayah jangan pulang malam2 ya ibu masak enak sekali lho" Jennie

"Pasti, ayah kan mau makan dengan ibu dan anak cantik ini" Soowong

"Kalo gitu cium dulu" Jennie mencium pipi ayahnya lalu kembali pulang tanpa sadar bahwa itulah hari dimana dia terakhir kalinya melihat sang ayah

2 tahun berlalu Jennie sudah terbiasa dengan rutinitasnya dan luka  kehilangan sang ayah mulai memudar. Namun luka kehilangan itu kembali basah dan melebar ketika Jennie harus kehilangan ibunya diusia dia 18 tahun

.

Jennie menggeleng cepat mengembalikan kesadarannya saat bayang2 kesedihan itu datang. "Hwaiting Jennie kau harus membuat ibu dan ayah bangga"

2 tahun berlalu, Jennie semakin terbiasa dengan rutinitasnya dan namanya semakin dikenal dengan Jennie si pedagang kue beras. Dengan telaten ia mulai mengemasi dagangannya dan berjalan keluar

"Hai" sapa Jennie

"Hai Jen mau jualan?" sapa Joy tetangga Jennie

"Iya doakan ya semoga laku keras" Jennie

"Aamiin, oh iya nanti malam ada pesta rakyat dibalai desa kau jualan lah disana ramai ada bazar juga" Joy

"Jinjja? Kalo gitu aku akan berjualan disana nanti malam gomawo infonya" Jennie "Ah apa kau manggung disana?"

"Iya nanti aku manggung disana" Joy, ya dia penyanyi dipesta rakyat atau di Indonesia kita kenal dengan "Biduan" (author engga tau bahasa Korea biduan itu apa)

"Oh ok kalo gitu, makasih ya" Jennie yang berlalu menjajakan dagangannya keliling. Langkah demi langkah dia lalui, berbagai hal dia juga hadapi entah itu panggilan pembeli atau pembeli menawar harga bahkan pembeli jahil yang memanggil namun menghilang

Sesekali Jennie duduk dibangku umum dan minum air mineral yang ia bawa dari rumahnya dan menghela nafas. kruuukkk~

"Kenapa perutku bunyi?" monolog Jennie sambil memegang perutnya "Ah iya aku kan belum makan apa2 sejak pagi tadi"

Jennie langsung mengambil sebuah kotak makan yang sudah ada nasi dan sayuran didalamnya bekalnya dari rumah tadi dan mulai makan. "Setengah saja, setengah lagi untuk nanti siang"

Setelah makan dan beristirahat akhirnya Jennie kembali berjalan menyusuri kota menjajakan kue berasnya



I Am Here For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang