Bab 23

852 9 0
                                    

"GENDENG...!! ".

Aku mengumpat pelan.

Jemari tangan kananku menyentuh gagang gelas kaca di atas meja.

Aku sedikit haus, tapi ragu untuk meminumnya.

Tapi ketika melihat ibu ibu yang duduk melingkari meja didepanku mereguk minuman yang sama dengan santainya,

Aku memberanikan diri mengangkat gelas dan sedikit merenggangkan bibir untuk meminum nya.

Sedikit aneh rasa minuman ini ketika menjalari kerongkongan ku..

Agak sepet, sedikit asam tapi menghadirkan rasa ingin mencicipi lagi.

Mungkin memang begini rasanya minuman orang kaya. Pikirku...

Setengah gelas sudah masuk ke perutku, mataku merasakan sensasi pandangan yang sedikit buram. Sedikit. Tak separah ketika aku menghabiskan dua gelas anggur merah bersama jarot dan alek ketika itu.

Hei....

Kenapa aku selalu membandingkan segala sesuatunya dengan peristiwa bersama dua begundal itu....?

_________

_Kristian_

Jam dinding menunjukkan angka sembilan ketika seorang lelaki berjalan ke arah mejaku.

"Boleh aku duduk ... ? ".

Ucap nya sedikit keras berusaha menindih suara musik yang menggelegar.

Aku mengangguk dan menggeser sebuah kursi yang tadi kupakai menopang sebelah kakiku kearahnya.

Lelaki yang masih cukup muda itu kemudian duduk setelah sedikit menggeser kursi plastik itu lebih dekat ke arah ku.

Aku tak mengenal laki laki ini, jelas dia bukan salah satu petambak anak buah pak mukhlis.

Atau mungkin dia adalah petambak baru yang menggantikan suamiku....?

Lelaki ini kemudian berucap.

"Kita pindah ke teras depan yuk. Disini berisik".

Aku sempat melihat ada beberapa pasangan yang duduk duduk di kursi yang juga disediakan di teras depan rumah sehingga aku kemudian mengangguk dan bangkit mengikuti lelaki ini.

Didepan sana tentu tidak akan terlalu berisik.

"Namaku kristian".

Ucapnya setelah kami menemukan dua buah kursi kosong di pojok teras dekat batang bonsai yang cukup besar.

Aku menyambut ukuran tangannya.

" Nesty".. Aku menyebutkan namaku.

lelaki yang berusia sekitar 30 an itu sedikit terkejut.

"Istri Deni...? ".

Aku mengangguk.

Lelaki itu kemudian bercerita panjang lebar tentang asalnya yang dari daerah timur Indonesia.

Dia juga menceritakan kalau tambak yang dulu dikelola suami ku sekarang dia yang ditunjuk oleh pak mukhlis untuk mengurusnya.

Aku hanya menjawab seperlunya.

Seorang wanita muda yang aku tau itu salah satu pembantu pak mukhlis membawa sebuah nampan berisi dua gelas minuman ke arah kami.

Ini seperti air Putih..

Sedikit kureguk minuman dalam gelas untuk meyakinkan. Dan ternyata benar ini air putih biasa.

Aku yang haus menghabiskan minuman itu sampai tandas.

Sempat ku lirik Kristian sedikit tersenyum melihat tingkahku.

Si Perkasa di Balik Pagar (Cucuk Old 21+ Warning)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang