Hari ini adalah hari pertama Jenna masuk ke kampus IESE Business School Barcelona. Sekolah yang hanya mengajari hal-hal tentang bisnis. Jenna hanya murid biasa-biasa, tidak pintar dan juga tidak bodoh. Beruntunglah Tuhan dan para dewa mengirimkannya seorang suami yang cerdas, seorang Professor, tampan juga terlihat dingin dan kejam sekaligus.
Awalnya Jenna memilih fakultas Hukum. Namun, suaminya yang kejam tapi cerdas itu tidak mengizinkannya karena keluarganya adalah satu-satunya orang yang meneruskan bisnis keluarga. Aneh saja, mengapa dia tidak mengizinkan Jenna masuk ke fakultas hukum hanya karena bisnis. Tetapi, suaminya juga bukan pebisnis. Dia seorang Professor. sangat tidak masuk di akal. Terkadang, Jenna tidak bisa mengerti pemikirannya. Bukan tidak mengerti, mereka memang tidak dekat. Bahkan hanya satu jengkal saja, pria itu langsung menjauh. Seolah-olah, Jenna adalah makhluk yang memiliki beribu-ribu penyakit.
Jenna dan suaminya menikah disaat Jenna berusia 17 tahun. Dan sekarang, Jenna berusia 20 tahun, dan kini usia pernikahannya sudah 3 tahun jalan. Dan selama itu, tidak ada perubahan sama sekali. Pria itu tidak pernah menyentuh, dekat bahkan bicara padanya meski mereka tinggal di satu atap yang sama dan tidur bersama. Kalian tahu, seperti apa cara tidur mereka? Mereka memang satu kamar, namun suaminya itu sengaja membeli ranjang terpisah. Suaminya yang mengatur semuanya bahkan sampai hal terkecil mengenai pakaian dalam mereka.
Yah, memang seperti itulah namanya kehidupan. Ada bahagia, sedih, kecewa, bahkan senang sekalipun. Dari keempat pilihan itu, Jenna hanya belum menemukan kesenangan dalam hidupnya.
.
.
.
Jenna melangkah masuk setelah seorang Professor memanggilnya untuk masuk dan memperkenalkan dirinya pada teman sekelasnya. Jenna awalnya gugup, namun dia melewatinya dengan baik dan selama kelas, banyak yang ingin menjadi temannya dan bahkan sampai meminta ponselnya untuk mengajaknya pergi di akhir pekan. Kericuhan itu berhenti sesaat setelah Professor di depan sana hanya bedehem. Jenna melihat ke sekelilingnya, semua teman-teman di kelas itu luar biasa. Mereka semua diam.
"Señorita, anda bisa membuka buku pelajaran yang kemarin saya pelajari. Anda sudah belajar di rumah, bukan?" Tanya si Professor itu sambil menaikkan salah satu alisnya. Jenna otomatis menelan kasar ludahnya.
"Y-Ya, Prof." Pria itu mengangguk sekali dan langsung memasuki pelajaran yang akan dia jelaskan.
Jenna mengikuti semua pelajaran di kampus itu hingga selesai pukul 7 malam. Ini hari pertama, tetapi Jenna merasa lelah dan juga otaknya sedikit panas. Jenna berniat untuk mendinginkan otaknya dengan sesuatu yang dingin seperti es krim. Gadis itu sedang berkemas dan merapikan barang-barangnya ke dalam tas. Tetapi, seorang teman tiba-tiba menginterupsinya.
"Hey, Jenna. Professor memintamu membawakan makalah-makalah di atas meja itu ke ruang kerjanya." Kedua mata Jenna berkedip-kedip.
"Aku? T-Tapi.. S-Siapa.." Lily mengangguk cepat sambil tersenyum.
"Semangat!" Gadis itu lalu pulang sebelum Jenna menyelesaikan pertanyaannya dan di kelas hanya tersisa Jenna sendirian. Gadis itu menarik nafas dalam-dalam sebelum meraih tasnya dan menyampirkan di salah satu bahunya, Jenna mengambil tumpukan kertas di atas meja kemudian berjalan keluar menuju ruangan Professor.
"Sial, Professor itu tidak tahu siapa suamiku?!"
Jenna akhirnya tiba di ruangan dosen, lampu di dalam ruangan itu terlihat padam. Jenna mengintip ke jendela untuk melihat ada siapa di dalam sana. Namun, tiba-tiba lampu di dalam ruangan itu menyala terang membuat Jenna terlonjak dan hampir jatuh.
"Ayam, ayam, ayam. Sialan, bikin kaget saja." Jenna lalu mengetuk pintu sebelum suara seseorang yang tampak tidak asing terdengar di telinganya suara itu menyuruhnya masuk. Jenna masuk dan berdiri di ambang pintu. Benar saja, itu dia.