06 ; Elegance in the Field

38 9 0
                                    

Selamat datang di chapter 06 pembaca setia Repsody. Semoga kalian dalam keadaan sehat dimanapun kalian berada, aamiin.

Sejauh ini aku paling suka dan merasa ini adalah judul yang aesthetic.
Namun, ini adalah chapter yang paling pendek hanya terdiri dari 2000+ kata. Semoga kalian suka!!

Jangan lupa vote dan komen!!

Happy Reading!!

•°•

Lapangan polo yang luas dan hijau terhampar di depan mata, dikelilingi tenda-tenda putih elegan yang berdiri tegak di bawah langit biru cerah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lapangan polo yang luas dan hijau terhampar di depan mata, dikelilingi tenda-tenda putih elegan yang berdiri tegak di bawah langit biru cerah. Hembusan angin sepoi-sepoi mengirimkan aroma manis bunga mawar dan lily yang menghiasi setiap sudut dekorasi, sementara spanduk besar yang membentang di atas tenda utama menandakan tujuan mulia hari itu, Menggalang Dana untuk Anak-anak yang Berjuang Melawan Kanker.

Para tamu mulai berdatangan, berpakaian anggun dan mewah, masing-masing menambah kilauan tersendiri pada acara ini. Beberapa adalah pengusaha besar, sementara yang lain selebriti terkenal dan keluarga-keluarga konglomerat yang sudah dikenal publik. Di meja registrasi di pintu masuk, senyum ramah panitia menyambut para tamu yang datang, menerima sumbangan mereka dengan penuh terima kasih. Nama-nama besar tertulis dengan elegan di daftar donatur yang akan dipublikasikan setelah acara, memberikan penghormatan bagi kebaikan hati mereka.

Di tengah kemewahan dan kilau acara, keluarga Djojohadikusumo tiba dengan aura kebersamaan yang kuat. Adhitama Djojohadikusumo, dengan postur tegapnya yang penuh karisma, menyambut setiap tamu yang mendekat. Di sisinya, Joanna Larasati, sang nyonya rumah, tersenyum anggun, matanya bersinar bangga pada ketiga putranya yang tampak gagah dalam seragam polo mereka. Alastair, Abyaksa, dan Adhinata tampak dipinggir lapangan dengan sepupu mereka.

"Gue percayain sama lo berempat ya, jangan malu-maluin," Yesaya atau yang lebih akrab dipanggil Yesa, menatap satu persatu sepupunya yang akan turun bermain di pagi menjelang siang ini.

"Santai dulu nggak sih? Kayak nggak tau gue aja, Aksa ini!" nada tengil Abyaksa membuat Jevvanya sangat ingin memukulnya.

"Awas kualat lo!"

"Kalau kalah, bang Aksa yang bayar liburan kita minggu depan," celetuk Michelle, mengundang tawa persepupuannya yang lain.

"Kalau yang ini gue setuju!" sahut Satya bersemangat.

"Nggak adil lah, kan yang bikin kalah berempat, yakali gue doang yang tanggungjawab. Berempat juga lah!"

"Gue dari tadi diem ya, nggak ikut-ikutan. Lo bayar aja sendiri," ujar Hasbi yang juga akan bermain hari ini bersama Alastair, Abyaksa, dan Adhinata.

"Udah yakin aja menang," sahut Adhinata.

"Mas Tata lo kenapa deh, diem aja? Tumben," ujar Abinaya yang memperhatikan gerak gerik Alastair. Tidak seperti biasanya, abang sepupunya itu tampak tidak berbicara sejak datang tadi.

RapsodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang