[ Chapter 10: Love That Is Never Perfect ]

2 1 0
                                    

Cinta. Selalu ada keinginan di hati setiap manusia untuk mencari yang terbaik, yang sempurna. Dari dulu aku merasa hidup ini adalah sebuah pencarian yang tiada henti. Pencarian untuk menemukan seseorang yang bisa melengkapi, menyempurnakan segalanya. Selalu ada harapan bahwa di suatu tempat, ada cinta yang benar-benar mampu memenuhi seluruh kekosongan dalam diri. Namun, seiring waktu berjalan, aku menyadari satu hal-yang sempurna itu ternyata tidak pernah ada.

Aku pernah jatuh cinta beberapa kali. Setiap kali, aku selalu berharap bahwa orang yang ada di hadapanku adalah yang terbaik, yang akan menjadi akhir dari segala pencarianku. Tapi entah bagaimana, cinta itu selalu berakhir dengan kekecewaan. Bukan karena orang-orang itu buruk, tapi karena aku selalu menginginkan lebih. Dalam pikiranku, cinta haruslah sempurna. Tanpa cela, tanpa keraguan, tanpa kesalahan. Namun, kenyataannya, manusia tidak seperti itu. Aku juga tidak seperti itu.

Hari-hari berlalu, dan aku mulai merasa ada sesuatu yang salah dengan caraku memandang cinta. Di satu sisi, aku selalu mendambakan yang terbaik, yang sempurna. Aku menginginkan seseorang yang bisa menjadi segalanya-seseorang yang memenuhi standar tinggi yang kubuat dalam pikiranku. Di sisi lain, aku tahu tidak ada manusia yang bisa benar-benar memenuhi semua itu. Selalu ada kekurangan, selalu ada hal-hal yang membuatku bertanya-tanya apakah ini yang seharusnya aku rasakan.

Manusia cenderung membandingkan, termasuk aku. Aku selalu membandingkan cinta yang kumiliki dengan yang lain. Ketika melihat hubungan orang lain yang tampak sempurna dari luar, aku mulai meragukan yang kupunya. Apakah dia cukup baik? Apakah cinta ini cukup kuat? Pikiran itu terus menerus menghantui. Mungkin ini alasan kenapa cinta selalu terasa begitu rumit-karena kita selalu berharap lebih dari apa yang bisa diberikan oleh manusia biasa.

Aku ingat suatu waktu, di masa lalu, ketika aku sedang bersama seseorang yang sangat kusayangi. Segala hal tampak indah pada awalnya, seperti biasanya ketika cinta masih bersemi. Aku merasa hubungan itu bisa menjadi jawaban atas pencarianku. Namun, seiring berjalannya waktu, keindahan itu mulai pudar. Bukan karena dia berubah, tapi karena aku selalu merasa ada yang kurang. Aku mulai mencari kesalahan, hal-hal kecil yang seharusnya bisa diterima, tapi tidak bisa. Perbandingan antara apa yang kuinginkan dan apa yang kumiliki mulai merusak segalanya.

"Apa yang sebenarnya aku cari?" tanya diriku sendiri berkali-kali. Aku selalu merasa bahwa cinta itu harus sempurna, tetapi aku juga sadar bahwa yang sempurna itu tidak pernah benar-benar ada. Aku mencoba untuk mencintai orang dengan cara yang utuh, namun dalam hati selalu ada keraguan, selalu ada keinginan untuk lebih. Bukannya aku tidak mensyukuri, tapi rasa ingin memiliki cinta yang sempurna, yang tak pernah salah, selalu muncul. Dan itu adalah sesuatu yang tidak mungkin aku temukan.

Hari ini, aku merenungkan semua hal yang telah kulalui dalam pencarian cinta ini. Aku sadar, manusia, termasuk diriku, memang tidak pernah puas. Aku terus mencari sesuatu yang lebih baik, bahkan ketika yang ada di hadapanku sudah begitu baik. Aku tahu ini adalah kecenderungan alami, kecenderungan untuk membandingkan, untuk berharap lebih dari apa yang mungkin ada.

Namun, dalam perjalanan ini, aku juga mulai belajar. Cinta bukan tentang menemukan yang sempurna, tapi tentang menerima kekurangan. Terkadang, yang terbaik bukanlah mereka yang tanpa cela, tetapi mereka yang mampu tumbuh bersamamu, melengkapi ketidaksempurnaanmu dengan kelebihan mereka, dan sebaliknya. Dan mungkin, cinta sejati adalah ketika kau berhenti membandingkan, berhenti berharap pada kesempurnaan yang tidak ada, dan mulai menerima cinta apa adanya.

Aku tahu, sekarang, bahwa cinta itu lebih dari sekadar mencari yang terbaik atau yang sempurna. Cinta adalah tentang menerima kenyataan bahwa kita, sebagai manusia, tidak pernah sempurna. Kita penuh kekurangan, penuh keinginan yang tak terpenuhi, tapi kita juga punya kemampuan untuk mencintai dan dicintai apa adanya. Dan mungkin, itulah bentuk cinta yang paling indah-cinta yang tidak membutuhkan kesempurnaan untuk tetap bertahan.

Di akhir pencarianku ini, aku berharap bisa berhenti mencari yang sempurna, berhenti membandingkan cinta yang kumiliki dengan cinta orang lain. Aku ingin belajar untuk menerima bahwa cinta tidak selalu sesuai dengan harapan kita, tapi itu bukan berarti cinta itu tidak berharga. Setiap orang punya perjalanan cintanya sendiri, dan aku mulai menyadari bahwa mungkin, cinta terbaik yang bisa kutemukan adalah cinta yang mampu menerima ketidaksempurnaan, baik dalam diriku maupun dalam orang lain.

Cinta itu, akhirnya, bukan tentang kesempurnaan. Cinta adalah tentang bagaimana kita bertahan, bagaimana kita berjuang, dan bagaimana kita memilih untuk terus mencintai meskipun segala sesuatu tidak selalu berjalan seperti yang kita harapkan.

Truth QuestTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang