Tulisan 00 ;

2.3K 138 11
                                    

Semua yang ada di dalam cerita ini hanya fiksi belaka, mohon kebijakan dalam membaca (17+)


2 oktober 2024

Malam ini, terasa begitu berat. Seolah memang Tuhan tak memberikan sedikit jeda untuk para pelacur menarik napasnya. Bagaimana tidak? Mereka tetap harus bekerja meski sakit, meski sedih, ataupun menderita.

Mereka tetap harus bekerja, bekerja tanpa dibayar, dan menyayangi kehidupannya seolah tak mengalami hari buruk sama sekali. Bagaimana bisa Tuhan menyelipkan kebahagiaan di titik terendah mereka?

Kocaknya, mereka masih tertawa di sela-sela itu.

....

Seorang gadis seraya menyesap rokoknya tertawa kecil usai menuliskan tulisan aneh tersebut. Entahlah, dirinya sendiri juga tidak mengerti apa yang dituliskan, hanya saja hal tersebut menghiburnya. Setiap pukul 7 malam tepatnya, dia mulai menuliskan banyak hal hingga ke seekor kucing sekalipun. Tidak ada kaidah kebahasaan yang dipakainya.

Dia benar-benar pure menulis otodidak. Jika ditanya, bagaimana dirinya bisa menulis sampai banyak sekali, dia juga tidak tahu. Dia tak punya keahlian di bidang itu, bahkan jika disebut penulis, dia pun tidak pantas mendapatkannya. Dia hanya seorang gadis aneh yang hanya ingin meluapkan isi kepalanya yang terlalu berisik, dari pada menahannya seorang diri, maka dia memilih untuk melampiaskannya ke dalam tulisan.

Usai menulis, biasanya dia membakar rokoknya. Mungkin sudah tidak tabu untuk perempuan merokok, beberapa orang sering kali melihatnya tidak suka dikarenakan caranya menghisap rokok tersebut serta caranya berpenampilan. Sudah dipastikan mereka akan menganggap dirinya sebagai "cewek nggak bener". Tapi, yang benar itu yang seperti apa?

Apakah ketika perempuan tidak merokok bisa dikatakan benar? Tapi yang diketahuinya, "cewek yang benar" itu, adalah dia yang berhijab. Ah, tidak perlu tabu dengan kalimat itu, sering kali orang tua hingga orang tua lainnya mengatakan bahwa "cewek" baik2 itu dialah yang menutup aurat dan menjaga dirinya sendiri dari hawa nafsu.

"Tai!" pekik Bintang. Iya, namanya Bintang.

Bintang Ashila, temannya suka mengubahnya dengan Bintang Asusila. Berengsek memang, nama sebagus itu diubah, akan tetapi itu hanya guyonan semata. Dirinya pun tidak diambil hati untuk itu. Sedari SMP hingga sekarang memasuki semester baru perkuliahan, dia sama sekali tidak tabu untuk hal-hal yang sebenarnya beberapa orang pikir "tidak harus dinormalisasikan", akan tetapi untuk para remaja, mereka membiasakan hal tersebut hingga akhirnya benar-benar terbiasa.

Kini, Bintang duduk sendiri di kursi kamar kost-nya. Dia ngekost selama berkuliah, sebab rumahnya cukup jauh dari kampus, maka dari itu dia memilih untuk ngekost. Walaupun kehidupannya di kost jauh lebih sulit, akan tetapi jika dipikir-pikir, mungkin lebih sulit tinggal di rumah.

"Lo nggak ada niatan punya gebrakan baru apa sih, Bi?" tanya Bintang pada dirinya sendiri sebab dia sudah hampir dua minggu tak melakukan apa-apa. Dia hanya terdiam saja di dalam kamarnya, dan tak melakukan apa-apa. Dia ingin, hanya saja hatinya menolak, seolah menyuruhnya untuk tetap terdiam di dalam kamar.

Dia tak bisa merasakan apa pun akhir-akhir ini. Hatinya sakit, hatinya pilu, dia masih teringat jelas bagaimana temannya mengkhianatinya, dan tak lama dari itu kekasihnya pun ikut meninggalkannya. Sialnya memang kehidupan tidak segampang pemikiran.

Toh beberapa orang bilang, "akan ada saatnya kebahagiaan datang, jadi segeralah bangkit untuk tetap menjalani kehidupan."

yang dimaksud dari kalimat tersebut adalah dirinya harus moved on. Tapi, tidak segampang mulut bicara, terlebih Bintang terlalu banyak menyimpan momen bersama dua orang itu. Dia, kekasihnya. Dan juga temannya.

Ah, Bintang kesal. Dia menghisap rokoknya lebih dalam, lalu tak lama ada suara teriakan dari luar kamar.

"Gempa!"

"Gempa woi!"

Bintang keluar kamar melihat beberapa teman kostnya melarikan diri, dan sesekali juga mengajaknya untuk ikut keluar.

Bintang melotot, "hah gempa? Seriusan?"

"Iyaa, ayo turun."

Kebetulan memang kamarnya berada di lantai 3, jelas sangat terasa bagaimana getarannya.

Ia mengangguk kecil lalu masuk ke dalam. Bukannya keluar, Bintang justru mengunci pintunya lalu berlari cepat dan membanting dirinya sendiri ke atas kasur. Ia menghela napasnya lega, "bodo amat," gumamnya.

***

Hi! Cerita ini, hanya perlu dinikmati, jangan ditiru yaa💯

Berikan komentar dan votenya! Love u

When She Writes || sensitive contentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang