Tulisan 03 ;

606 74 10
                                    

05 oktober 2024

Tubuhnya melemah setiap hari
Meminta udara yang bebas
Udara yang dapat menyelamatkannya
Nyatanya, semakin menipis setiap hari

Tak ada uluran tangan
Tak ada kepastian
Tak ada yang meyakinkan
Meskipun itu dirinya sendiri

Mengeluh tanpa suara
Marah tanpa emosi
Bahkan sampai membenci
Padahal, tinggal sedikit lagi

Sedikit, sedikit untuk diperbaiki
Tapi, tak sabar hati
Tak ada rasa itu lagi
Sudah, cukup. Ingin melepaskan

>>><<<

"Gue kemaren nanya kan ke Albi anak komunikasi, si Jeremiah angkatan 2020, sekitar semester 9 sekarang," ucap Bina memberitahu. Bintang mengernyit.

"Oh, anak komunikasi?"

"Iya, Ikom."

"Baiklah."

Seketika mata Bina menyipit mencoba menelaah maksud dirinya yang kemarin tiba-tiba menanyakan soal cowok.

"Bintang, lo suka yaa?"

"Apa sih," jawabnya malas, "gue kemaren kan nongkrong sendiri di kampus, ya udah ketemu dia."

"Oalah, suka kan?"

"Sekali lagi ngomong gue jepit mulut lo pake jeday." Bina hanya cengengesan.

"Iya maap." Bina menghela napasnya pelan, "ya udah yuk cabut. Gue udah jengah banget di kelas." Seketika Bintang menaikkan sebelah alisnya seraya menatap kanan-kiri.

"Lo tengok noh, orang mah pada fokus dengerin dosen. Nih bocah tolol malah ngajak keluar."

Bina tertawa kecil-kecilan, seperti lirik lagunya Sal Priadi.

"Hehe, tapi btw..." Bina kembali mengubah wajahnya yang serius dengan suara kecil, seperti berbisik membuat Bintang mendekat agar suara Bina terdengar.

"Apaan?"

"Beneran suka kan?"

"Bangsat!"

Melihat dirinya kesal, Bina puas.

Usai kelas, Bintang yang mulutnya sudah sangat asam sekali duduk di sekitaran pelataran kampus fakultasnya, sendirian tentunya. Sebab Bina yang memang anak kelembagaan BEM sok sibuk lagi sibuk menyapa kawan-kawannya. Bintang sering kali memberitahu Bina untuk tidak usah ikut organisasi, tapi Bina yang fomo tetap ikut.

Pasalnya ketika di tanya alasan masuk organisasi apa, Bina menjawab, "buat isi CV," seolah memang sereceh itu. Pantas saja mahasiswa semakin di tekan oleh struktural, pasalnya orang-orang kelembagaan saja dominan seperti Bina yang memang tak mau peduli dengan urusan mahasiswa, yang pada kenyataannya mereka ada perwakilan dari mahasiswa. Satu kata, kocak.

"Bintang, lo udah ngerjain tugas bu Fira?" Tanya Ethan, teman sekelasnya.

"Belom."

"Hari jumat njir, serius belom?"

"Ya gimana lagi, orang belom." Saat tengah bercakap dengan Ethan serta teman kelas lainnya, matanya menangkap sosok yang dikenalinya. Dia Jeremiah, atau lebih singkatnya Jeremi saja kali yah. Cowok itu menatapnya, lalu tersenyum padanya membuat Bintang refleks membalas senyumannya meski setelahnya ia membuang muka.

Bagaimana tidak? Cowok itu tersenyum? Ah, melihat perawakan serta tatapannya saja sudah terlihat bahwa cowok itu pemain. Tak lama juga dari kejadian itu tiba-tiba saja Bina menghampirinya.

When She Writes || sensitive contentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang