Jarak yang Tak Terlihat

2 0 0
                                    

Annyeong chingudeull aku kembali membawa cerita baru semoga kalian suka yaa(^з^)-☆
.
.
.
.

Annyeong chingudeull aku kembali membawa cerita baru semoga kalian suka yaa(^з^)-☆

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

NOTE: CERITA INI MURNI DARI IDE SENDIRI DAN TIDAK ADA UNSUR COPYPASTE!!!

🌧🌧🌧🌧🌧

Hari-hari berlalu, dan hujan kembali menjadi saksi setiap pertemuan mereka. Kebersamaan Varsha dan Aryendra semakin dekat, namun ada sesuatu yang mulai terasa ganjil dalam hati Varsha. Meski mereka sering bertemu, ada momen-momen di mana Aryendra tampak menjauh, seolah ada batas tak terlihat di antara mereka. Varsha merasakannya, tapi ia memilih untuk mengabaikannya, berharap itu hanya perasaannya saja.

Pada suatu sore, Varsha memutuskan untuk mengunjungi perpustakaan tempat Aryendra sering menghabiskan waktu. Ia ingin memberi kejutan, berharap bisa menghabiskan sore bersama, seperti biasa. Namun, ketika Varsha tiba, ia melihat Aryendra sedang duduk di meja dekat jendela, menatap kosong ke luar tanpa membaca satu pun buku di hadapannya.

Varsha perlahan mendekat, namun langkahnya terhenti ketika seorang gadis datang menghampiri Aryendra. Gadis itu tampak akrab dengannya, bahkan tanpa ragu ia duduk di sebelah Aryendra dan berbicara sambil tersenyum hangat. Varsha berdiri kaku, seolah dunianya mendadak berhenti. Ia tidak mengenal gadis itu, dan meskipun tidak ada yang tampak mencurigakan, Varsha merasa ada yang tidak beres.

Setelah beberapa saat, Varsha akhirnya memutuskan untuk menghampiri. "Aryendra?"

Aryendra menoleh, terkejut melihat Varsha berdiri di sana. Ada sedikit kecanggungan dalam raut wajahnya, sesuatu yang Varsha tak pernah lihat sebelumnya. "Varsha? Kamu... kenapa nggak bilang kalau mau ke sini?"

Varsha tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan perasaan tak nyaman yang mulai tumbuh di dalam dirinya. "Aku mau kasih kejutan."

Gadis di samping Aryendra berdiri, lalu tersenyum sopan kepada Varsha. "Oh, jadi ini Varsha?" katanya, dengan nada yang terdengar ramah. "Aku Celestine, teman lama Aryendra."

Varsha balas tersenyum, meski hatinya masih diliputi rasa cemburu yang ia coba abaikan. "Hai, Celestine."

Setelah perkenalan singkat itu, percakapan di antara mereka menjadi kaku. Varsha merasa aneh berada di sana, seolah ia adalah orang asing dalam hubungan yang selama ini ia kira sudah dekat dengan Aryendra. Celestine tampak begitu nyaman berada di sisi Aryendra, dan itu membuat Varsha tak bisa menyingkirkan rasa gelisah di dadanya.

Setelah beberapa saat, Celestine berpamitan pergi, meninggalkan Aryendra dan Varsha berdua di perpustakaan yang semakin sepi. Aryendra tersenyum pada Varsha, namun ada sesuatu yang berbeda dalam senyuman itu-seperti ada jarak yang kini membentang di antara mereka, meski mereka duduk bersebelahan.

"Celestine teman lama?" tanya Varsha pelan, mencoba terdengar biasa saja.

Aryendra mengangguk. "Iya. Kita dulu sekolah bareng waktu SMP. Dia baru pindah ke sini lagi, jadi tadi ketemu dan ngobrol sebentar."

Varsha hanya mengangguk, meski hatinya merasa jauh lebih gelisah daripada yang ia tunjukkan. "Kalian kelihatan akrab."

Aryendra menatap Varsha, menyadari nada suara Varsha yang berbeda dari biasanya. "Kita cuma teman lama, sha. Nggak ada apa-apa."

Varsha tersenyum kecil, meski rasa tidak nyaman itu tetap ada. Ia tidak ingin terlihat cemburu atau posesif, tapi kenyataan bahwa Aryendra bisa begitu dekat dengan orang lain membuatnya merasa tersisih. Padahal selama ini ia selalu berpikir bahwa hanya mereka berdua yang memiliki ikatan spesial.

Sepanjang perjalanan pulang, Varsha dan Aryendra lebih banyak terdiam. Hujan yang biasanya mengiringi percakapan mereka kini turun dengan lembut, namun suasananya tidak lagi terasa sama. Ada perasaan terasing yang mulai tumbuh di hati Naira, sebuah perasaan yang sulit ia abaikan.

Sesampainya di depan rumah, Varsha menoleh pada Aryendra, berharap bisa mengusir kecanggungan yang menggantung di antara mereka. "Aryendra, kamu berubah," ucapnya pelan.

Aryendra menatap Varsha, tampak bingung. "Berubah? Apa maksudmu?"

Varsha menggigit bibirnya, merasa ragu untuk mengungkapkan perasaannya. Tapi akhirnya, ia memutuskan untuk jujur. "Kamu akhir-akhir ini sering... menjauh. Aku nggak tahu kenapa, tapi aku bisa merasakannya. Seolah-olah ada jarak di antara kita yang nggak bisa aku pahami."

Aryendra terdiam sejenak, seolah memikirkan apa yang harus dikatakan. "Aku nggak menjauh, Varsha. Mungkin ini cuma perasaanmu saja. Tapi aku minta maaf kalau aku bikin kamu merasa begitu."

Namun jawaban Aryendra tidak cukup untuk meredakan kegelisahan di hati Varsha. Ia merasa ada sesuatu yang disembunyikan Aryendra, sesuatu yang membuat mereka perlahan-lahan terpisah meski masih berada di tempat yang sama. Varsha ingin percaya pada kata-kata Aryendra, namun semakin hari, perasaan bahwa ada sesuatu yang salah semakin kuat.

Dan saat Varsha masuk ke rumah, meninggalkan Aryendra berdiri di depan gerbang, ia tahu bahwa hujan yang selalu membawa mereka bersama kini tidak lagi cukup untuk menghapus jarak yang semakin nyata di antara mereka.

Dan saat Varsha masuk ke rumah, meninggalkan Aryendra berdiri di depan gerbang, ia tahu bahwa hujan yang selalu membawa mereka bersama kini tidak lagi cukup untuk menghapus jarak yang semakin nyata di antara mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


☔️☔️☔️☔️

.
.
.
.

Jangan lupa vote and comment sebanyak-banyaknya ya karena untuk membuka part selanjutnya diperlukan vote and comment dari kalian terimakaciii...

See u guyss semoga kalian suka dengan ceritaku kali ini (*≧з≦)


~ Author ♡ ~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kenangan Terakhir di Bawah HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang