Author POV
Pagi itu, sinar matahari menyelinap masuk melalui celah-celah jendela kamar Adel. Suara langkah kaki Zee yang berat terdengar di lantai kayu. Dia berjalan perlahan, memastikan setiap sudut ruangan aman sebelum matanya tertuju pada Adel yang masih terlelap di tempat tidur. Wajahnya terlihat tenang, meskipun semalam penuh dengan ketegangan dan keputusan besar.
Zee mendekat, duduk di kursi di dekat tempat tidur sambil memperhatikan Adel. Perasaan dalam dirinya campur aduk antara kekhawatiran dan cinta. Dia ingin Adel tetap aman, jauh dari bahaya, tapi ia juga sadar bahwa Adel tidak lagi bisa ditahan. Gadis itu sekarang adalah bagian dari semua ini-bagian dari hidupnya yang tak mungkin ia lepaskan.
Tiba-tiba, mata Adel perlahan terbuka. Ia menatap Zee yang duduk di dekatnya, lalu tersenyum samar.
"Kau belum tidur, ya?" Adel berkata dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur.
Zee tersenyum tipis, menatapnya dengan penuh kasih. "Aku tidak bisa tidur. Pikiranku penuh dengan segala hal yang terjadi."
Adel menggeser tubuhnya, lalu duduk bersandar di kepala tempat tidur, matanya tak lepas dari Zee. "Aku tahu kau khawatir, Zee. Tapi kita akan baik-baik saja. Aku yakin itu."
Zee menatapnya, lalu menggelengkan kepala. "Kau tak mengerti, Adel. Aku tidak hanya khawatir tentang mereka. Aku khawatir tentang kau... tentang kita. Aku tidak bisa membiarkanmu terluka."
Adel meraih tangan Zee yang dingin, menggenggamnya dengan lembut. "Aku sudah membuat keputusan, Zee. Aku tidak akan lari lagi, dan aku tahu kau juga tidak akan meninggalkanku. Kita akan menghadapi ini bersama, bukan?"
Zee terdiam, matanya menatap dalam-dalam ke mata Adel. Dia tahu, perasaan ini lebih besar daripada sekadar tanggung jawab atau rasa protektif. Di balik semua kekacauan dan bahaya, ada cinta yang tumbuh di antara mereka. Dan cinta itu terlalu kuat untuk diabaikan.
"Aku tidak pernah berniat meninggalkanmu, Adel," jawab Zee dengan nada lembut, tapi tegas. "Sejak awal, aku sudah berjanji untuk selalu berada di sampingmu. Tapi yang membuatku takut adalah... kalau sesuatu terjadi padamu karena aku."
Adel tersenyum kecil, masih menggenggam tangan Zee erat-erat. "Kau sudah menyelamatkanku lebih dari sekali, Zee. Dan aku tahu kau akan terus melakukannya. Aku percaya padamu."
Zee memejamkan mata sejenak, merasakan kehangatan dari genggaman Adel. "Kau tak tahu betapa berharganya kau untukku. Setiap kali aku melihatmu, setiap kali aku memikirkanmu, aku merasa takut kehilanganmu. Dan sekarang, saat kita berada di ambang pertempuran besar, aku hanya ingin kau tetap aman... tetap bersamaku."
Adel mendekatkan tubuhnya, meraih wajah Zee dengan lembut, lalu berkata, "Aku tidak akan ke mana-mana. Kau tidak akan kehilanganku. Kita akan menghadapi ini bersama, Zee. Seperti yang selalu kita lakukan."
Mendengar kata-kata itu, Zee merasa hatinya sedikit tenang. Namun, di sudut pikirannya, kekhawatiran tetap ada. Ia tahu musuh yang mereka hadapi kali ini bukan musuh biasa. Mereka kuat, licik, dan tanpa belas kasih. Tapi di balik semua ketakutannya, satu hal yang ia yakini adalah bahwa dia tidak akan membiarkan apa pun terjadi pada Adel.
"Aku tidak akan membiarkan mereka menyentuhmu," Zee berkata dengan nada tegas. "Selama aku di sini, kau akan selalu aman."
Adel tersenyum lagi, kali ini lebih hangat, dan kemudian menaruh kepalanya di bahu Zee. "Aku percaya padamu, Zee. Dan aku akan terus berada di sisimu."
Zee merasakan kepala Adel di bahunya, dan untuk sesaat, waktu seolah berhenti. Ada perasaan tenang yang mengalir di antara mereka, meskipun dunia di luar sana penuh dengan bahaya dan ketidakpastian. Mereka berdua tahu, dalam waktu dekat, pertarungan akan datang, tetapi momen ini-momen kedekatan dan perasaan yang tumbuh di antara mereka-adalah sesuatu yang tak tergantikan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Shakhara: Legacy of the Shadow King
Fiksi Ilmiah( ON GOING ) ⚠️Mengandung kata kata kasar⚠️ Seorang Laki-laki tangguh, terbiasa hidup dalam bayang-bayang kekerasan dan kuasa, tak sengaja bertemu dengan seorang perempuan cantik yang penuh teka-teki. Dalam sebuah pertemuan takdir yang tak terduga...