00.01

22 8 7
                                    


Azeela adalah gadis yang tampak ceria di sekolah, menyembunyikan luka mendalam di balik senyumnya.

Sejak kecil, ia tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu, dan ayahnya, yang seharusnya menjadi pelindungnya, malah terjebak dalam dunia kegelapan sebagai pemabuk.

Kehidupan di rumahnya adalah neraka, dipenuhi dengan ketidakpastian dan rasa sakit yang terus menghantuinya. Meski hidup dalam keterbatasan dan ketidakpastian, Azeela berusaha bertahan, menganggap senyum dan tawa sebagai cara untuk mengatasi segala penderitaan.

Saat memasuki SMA, Azeela bertemu dengan dia Langit Biru Samudra, teman sekelasnya yang memiliki senyum seindah langit cerah.

Cinta yang tumbuh di hatinya menjadi pelipur lara di tengah kekacauan hidupnya, tetapi perasaannya harus terpendam dalam diam.

Kepergian Langit ke sekolah baru di kelas 3 SMA menyisakan rasa hampa dan kesedihan yang mendalam dalam hidupnya.

Dengan setiap hari yang berlalu, Azeela berjuang menghadapi kenyataan pahit bahwa cinta sejatinya mungkin tak terbalas.

Dalam kesunyian dan kekosongan, dia berusaha menemukan kekuatan untuk melanjutkan hidup, meskipun hatinya penuh dengan luka.

~LANGIT TANPA BIRU~

Sinar matahari pagi bahkan belum tampak menyinari dunia namun seorang perempuan berseragam SMA itu sudah siap dengan baju seragam di tubuhnya.

Ketika dia membuka pintu kamarnya hal yang pertama kali dia lihat adalah serpihan pecahan kaca, dan rumah yang seperti kapal pecah serta bau alkohol yang sangat menyengat, Azeela sudah tahu siapa biang dari kekacauan dihadapannya itu.

Azeela pun melewati kekacauan itu dengan hati hati dan mengambil sapu serta serokan, perlahan ia bereskan semua kekacauan itu dengan hati yang campur aduk antara kesal, marah, dan kecewa.

Setelah bersih Azeela langsung melenggang pergi tanpa berpamitan kepada sang ayah.

Karena di sekolah ia memiliki sesuatu yang bisa membuat ia tersenyum secerah matahari.

oOo

Pagi itu, seperti biasa, Azeela memasuki kelas dengan langkah ringan. Seragam sekolahnya tampak rapi, dan rambut hitamnya terikat rapi dengan pita kecil yang mengayun seiring gerakannya.

Wajahnya berseri-seri, seolah dunia selalu cerah baginya. Saat ia melangkah ke dalam kelas, suara tawa kecilnya terdengar, membuat beberapa teman meliriknya dengan senyum.

"Lalita! Kamu nggak bakal percaya apa yang aku temuin tadi pagi di depan rumah!" Seru Azeela begitu ia melihat sahabatnya duduk di meja barisan tengah.

Lalita, yang sedang merapikan buku di mejanya, menoleh dengan senyum hangat. "Apaan tuh? Pasti hal yang aneh lagi, kan?".

Azeela tertawa ringan, duduk di sebelah Lalita dengan antusias. "Aku ketemu anak kucing di depan pagar! Lucu banget, bulunya putih semua kecuali di ekornya ada belang coklat. Kayaknya aku harus kasih dia nama."

Mata Azeela berbinar saat menceritakan temuannya itu, seolah itu adalah hal paling menyenangkan yang pernah terjadi.

Lalita tersenyum, terbiasa dengan cerita Azeela yang selalu penuh warna. "Kamu bakal bawa kucing itu pulang? Jangan-jangan nanti dia malah jadi penghuni baru di rumahmu"

"Hmm, aku pikir-pikir dulu. Tapi ya, mungkin aja! Rumah butuh sesuatu yang bisa bikin ceria kan?" jawab Azeela, setengah bercanda, setengah menyimpan sesuatu di balik kata-katanya.

Lalita tersenyum lagi, tetapi matanya mencoba menangkap sesuatu di balik keceriaan sahabatnya. "Kamu emang selalu bisa lihat sisi baik dari segala hal, Zeel. Itu yang bikin aku kagum sama kamu"

Azeela tertawa lagi, meski sebenarnya ada getaran kecil dalam hatinya. Selalu melihat sisi baik... andai Lalita tahu, itu hanya topeng yang ia pakai.

Tapi tentu saja, Azeela tak akan membiarkan siapa pun tahu tentang perasaannya yang sesungguhnya. Ia harus menjadi sinar matahari yang ceria-itulah perannya di sini.

Sejenak, tatapan Azeela teralihkan ke sudut kelas. Matanya secara tak sengaja bertemu dengan sosok yang ia kenal sangat baik-Langit Biru Samudra, yang tengah duduk diam dengan buku terbuka di depannya.

Tatapan Langit tak bisa ditebak, seperti biasa, tetapi hanya sesaat, sebelum Azeela buru-buru mengalihkan pandangannya kembali ke Lalita, seolah-olah tak terjadi apa-apa.

"Kita kerja kelompok nanti, kan?" Azeela berganti topik dengan cepat.
"Aku harap kita satu kelompok, ya!"Lalita mengangguk, meski ia tahu ada sesuatu yang mengganggu Azeela, namun ia tak ingin memaksa sahabatnya untuk mengungkapkan apa yang mungkin masih disimpannya.

"Mohon minta perhatiannya sebentar"Suara Razi si ketua kelas mengalihkan perhatian Azeela.

"Karena ada urusan yang mendesak Bu Risa ngak bisa hadir hari ini" sontak seisi kelas berseru bahagia karena guru bahasa itu tidak hadir dan yang pasti tidak membuat mereka pusing karena seharusnya mereka kerja kelompok hari ini, namun ada juga sebagian kecil dari mereka yang sedih sebab tidak dapat menerima ilmu dari sang guru hari ini.

"Tapi Bu Risa ninggalin tugas yang harus siap dan dikumpulin hari ini dan bagi siapa yang nggak ngerjain bakalan berurusan sama Bu risa dan untuk tugas kelompok udah aku kirim di grup, disitu liat aja materi apa yang bakalan di bahas dan siapa anggota kelompok kalian" lanjut si ketua kelas, lalu ia pun menuliskan soal tersebut di papan tulis, ada yang dengan semangat mengerjakannya namun ada pula yang bodo amat.

Ketika Azeela tengah fokus mengerjakan tugas yang membuat pusing tujuh keliling itu,
konsentrasinya buyar ketika sosok yang seindah langit cerah itu tertawa dengan manisnya, dunia Azeela berhenti sejenak seakan cahaya matahari hanya menyoroti sang pelipur lara.

Dia Langit Biru Samudra seorang pria yang memiliki tatapan sedalam samudra dan semenenangkan langit biru, sosok yang memancarkan keindahan dan ketenangan dari luar.

Biru memiliki postur yang tegap namun tidak berlebihan, seperti seseorang yang memiliki keseimbangan antara kekuatan dan kelembutan.

Rambutnya hitam pekat, sedikit berantakan, seolah angin pagi selalu bermain-main di antara helaiannya. Matanya, yang hitam legam seolah mampu menenggelamkan siapa saja yang menatapnya, selalu tampak sejuk namun penuh rahasia, seperti ombak yang tak terduga di samudra. Tatapannya bisa membuat siapa pun merasa dilihat hingga ke dalam jiwa mereka, tapi di saat yang sama, sulit dipahami. Senyumnya adalah hal yang paling memikat,tenang, damai, seperti langit cerah setelah badai, membawa perasaan hangat dan nyaman pada siapa pun yang melihatnya.

Di tengah segala luka yang kini Azeela dekap Biru adalah alasan Azeela untuk tetap dapat tersenyum secerah sekarang.

Langit Tanpa Biru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang