00.07

8 4 4
                                    


Pagi itu, rumah terasa sunyi seperti biasanya. Azeela, dengan perasaan berat, berjalan melewati ruang tamu menuju keluar sebab ingin pergi ke sekolah.

Ia terbiasa dengan keheningan di rumah sejak sang ibu tiada, tapi kali ini keheningan itu terasa lebih mencekam. Seperti ada sesuatu yang salah.

Langkahnya terhenti di depan pintu kamar ayahnya yang sedikit terbuka. Azeela ragu sejenak, lalu mendorong pintu itu perlahan. Apa yang ia temukan membuat darahnya terasa beku di nadinya.
 
Di sana, di atas kasur, ayahnya terkulai tak bernyawa. Sebuah botol pil kosong tergeletak di lantai, dan surat kusut di sisi kirinya.

Mata Azeela melebar, jantungnya berdegup kencang, tubuhnya gemetar, namun di dalam hatinya ia tahu sudah terlambat.

"Ayah..." lirihnya, nyaris tak terdengar, air mata mulai mengalir tanpa bisa dihentikan.

Dengan tangan yang gemetar, Azeela mengambil surat yang di tinggalkan ayahnya. Surat itu di tulis dengan goresan tangan yang bergetar, tinta yang hampir pudar menandakan air mata mungkin telah jatuh di atas kertas sebelum ayahnya selesai menulis.

Untuk putri kecil ku,
Azeela Keona Revarie

 Azeela, putriku yang paling berharga, yang selalu ayah dan bunda nantikan dengan penuh harap dan cinta.

Masih teringat jelas saat pertama kali kamu hadir di dunia ini. Waktu itu, aku dan bundamu begitu bersyukur atas karunia terindah yang diberikan Tuhan kepada kami .

Kamu adalah cahaya kecil yang menerangi hari-hari kami yang gelap. Wajah mungilmu yang tersenyum membuat hidup terasa penuh harapan, meski segalanya tak selalu mudah.

Ayah ingat malam-malam saat kamu tertidur di pelukan bundamu, dan ayah melihat kebahagiaan di wajahnya setiap kali ia memandangmu.

Kami dulu sering berbicara tentang masa depanmu, tentang betapa bangganya kami melihatmu tumbuh besar. Bundamu yakin, kamu akan menjadi anak yang kuat dan berani.

Dan kamu memang tumbuh menjadi sosok seperti itu, Azeela.

Tapi… ayah? Ayah telah gagal.Ketika bundamu pergi, ayah seharusnya menjadi pilar untukmu, menjadi tempatmu bersandar. Tapi ayah malah tenggelam dalam rasa sakit dan kehilangan, lupa bahwa kamu juga merasakan kehancuran yang sama.

Ayah larut dalam kesedihan, dalam rasa bersalah, dan memilih jalan yang salah. Ayah mabuk, ayah mengabaikanmu, ayah tak pernah ada di saat kamu paling membutuhkannya.Setiap hari, ayah menyesal.

Setiap malam, ayah dihantui oleh penyesalan yang tak pernah berakhir. Kamu seharusnya mendapatkan lebih dari ini, lebih dari apa yang ayah pernah berikan.

Maafkan ayah, putriku. Ayah tahu kata-kata ini tak cukup, tak akan pernah cukup untuk menebus semua kesalahan ayah. Tapi ayah ingin kamu tahu, dalam hati terdalam ini, ayah selalu mencintaimu. Ayah selalu ingin melihatmu bahagia, meski ayah tak mampu memberikan kebahagiaan itu padamu.

Azeela, kamu adalah hal terbaik yang pernah terjadi dalam hidup ayah dan bunda. Tak ada hari di mana ayah tak merasa bersyukur atas kehadiranmu.

Meskipun ayah pergi dengan cara ini, itu bukan karena kamu, tapi karena ayah terlalu lelah berjuang melawan diri sendiri. Jangan biarkan ini menghentikan langkahmu, jangan biarkan hidupmu terhenti karena kesalahan ayah.

Teruslah berjalan, Zee. Bangun kehidupan yang lebih baik dari apa yang ayah berikan padamu. Kamu pantas mendapatkan dunia yang lebih indah.

Maafkan ayah karena memilih bertemu bundamu lebih cepat, ayah dan bunda akan selalu melihatmu di atas sana, dan kamu harus ingat bahwa kami selalu menyayangimu. Selamanya.

Langit Tanpa Biru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang