4. Sarapan Pertama di Kediaman Djiwandana

499 65 69
                                    

▪︎Oktober, 2024▪︎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

▪︎Oktober, 2024▪︎

🖤

Netra bermanik cokelat kehijauan turunan dari sang ayah yang berdarah Polandia itu melirik Lintang yang baru saja menjejakkan kaki di ruang makan.

Isi kepala Hannah kembali memutar kejadian tadi malam kala Lintang memergokinya meraung meratapi kesedihan di taman belakang. Dadanya berdebar pesat sekali. Begitu kalut jika Lintang sampai membocorkan kejadian tadi malam pada Ibu Widuri yang tengah menikmati sarapan.

"Ayo makan, Mas. Ada Mi goreng seafood, nih." Ibu Widuri menyambut kehadiran putra tengahnya, sementara pria itu memandangi lekat-lekat Hannah yang duduk di seberang meja.

Tadi malam tatkala Lintang menawarkan bantuan hendak memeriksa kaki Hannah, wanita itu menolak mentah-mentah, setelah mengucapkan terima kasih, Hannah berlari meninggalkan taman belakang, tak mengindahkan denyut pada kaki kanannya.

Lintang tahu persis, cedera pada kaki Hannah semakin parah sebab wanita itu membawa kakinya berlari cepat sekali.

"Bude yang masak, Mi?" Lintang mengajukan tanya, menyebut panggilan salah satu asisten rumah tangga yang bekerja di rumah mereka.

"Bukan, Mas. Hannah tadi subuh-subuh banget udah bangun, masakin sarapan buat kita."

Lagi, Lintang melirik ke arah Hannah, wanita itu seolah menulikan telinganya, pura-pura tak mendengar namanya tengah disebut dalam percakapan. Dia tampak asyik menyuapi Kanaka makan.

"Hannah ini udah pinter masak sejak masih kuliah dulu, Mas." Bergantian Ibu Widuri menatap sang putra dan Hannah. "Ibunya dulu punya katering, jadi Hannah sering bantu-bantu ibunya masak. Gitu kan, Han?"

"Betul, Mi."

Seraya menuangkan mi goreng seafood ke atas piringnya, pria itu mengangguk paham.

"What's it?" Lintang menatap mangkuk berisi sambal di hadapannya dan Hannah bergantian. Sementara yang ditanya masih fokus menyuapi putranya makan.

"Itu sambel mi gorengnya, Nak."

Lintang menarik sudut bibir membentuk senyuman tipis. "Mi ..." Suara lembut Lintang mengayun. "Aku nanya dia." Pria itu menggerakkan dagu ke arah Hannah.

"Oh, oke. Mas Lintang nanya kamu tuh Han, sambelnya buat apaan." Ibu Widuri menengahi, lalu kembali menyantap sarapannya.

"Oh, iya, Mi." Hannah berdeham sebelum menjawab pertanyaan Lintang. "Ini sambel siram, Pak. Disiram ke atas mi." Hannah menjelaskan tanpa melakukan kontak mata pada pria yang berseberangan dengannya.

Kejadian tadi malam membuat kecanggungan kian mengimpit. Andai saja Hannah tak menuruti kata hatinya untuk melipir ke taman belakang, pasti tak akan ada kejadian memalukan; Lintang tak akan memergokinya, dia juga tak akan berakhir dalam dekapan Lintang.

Wearing My LingerieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang