7. Biang Petaka

386 52 51
                                    

▪︎Oktober, 2024▪︎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

▪︎Oktober, 2024▪︎


‼️Vote dan komentarnya sangat ditunggu, Dulur-Dulur. ^^

⚠️ Kata-Kata kasar, Kekerasan, Pelecehan.

🖤


"Makasih ya, Mi."

"My pleasure, Nak."

Napas lega berembus usai panggilan telepon berakhir. Hannah baru saja mengabari Ibu Widuri bahwa hari ini dia pulang terlambat, sebab harus menyiapkan pesanan katering untuk besok hari.

Kembali dia menyimpan telepon genggam di dalam saku celana, lalu bergegas ke dapur rumah mendiang ibunya yang dijadikan sebagai tempat menyiapkan urusan katering.

Di rumah itu sudah ada tiga orang wanita berusia lima puluh tahunan yang membantu untuk mengatur segala persiapan masakan. Para ibu yang dulunya juga membantu mendiang ibunya Hannah—Ibu Alamanda.

Hannah terlihat begitu sigap memasukkan bawang putih yang telah dikupas ke dalam tabung blender hingga penuh, kemudian menaruh wadah ke atas mesin blender. Sambil mengerjakan tugasnya, dia mendengar celotehan dan candaan para ibu.

Tak lama berselang seorang ibu bangkit dari duduk, sepasang tungkai melangkah ke depan. Sejak beberapa menit lalu, seseorang begitu tak sabar menggedor pintu masuk.

Dahi sang ibu mengerut dalam-dalam, kontan beliau menutup hidung kala tak sengaja menghirup aroma alkohol dari tubuh lelaki di hadapannya.

"Mana Hannah? Gue tau dia di sini." Begitu ketus nada lelaki itu. Penampilannya acak-kadut, sama sekali tak elok dipandang mata.

"Sore-sore begini dah mabok lu, Lex?" Si Ibu bertanya dengan logat Betawi kental. "Bini lu noh, capek-capek masak, lu sore-sore udeh mabok."

"Berisik, tua bangka!" Tanpa tedeng aling-aling, lelaki itu menyelonong ke dalam, sengaja dia menolak si Ibu dengan bahunya, hampir saja wanita paruh baya itu terhuyung ke lantai. Dengan raut cemas, Terseok-seok langkah sang ibu menyusul Alex.

Derap kaki Alex teramat lebar menuju dapur. Gurat amarah tak bisa disembunyikan. Tepat kemarin siang, surat panggilan kepolisian tiba di kontrakannya. Itulah alasan sore ini dia menggedor pintu kediaman mendiang mertuanya–Ibu Alamanda yang semasa hidup senantiasa memperlakukannya dengan baik.

"Hannah, lo memang jalang!" seruan kasar mengudara di area dapur.

Membekulah para wanita.

Sepasang netra Hannah bahkan membulat. Bukan main terkejut mendapati keberadaan Alex di rumah.

Hannah melangkah mundur tatkala Alex melangkah mendekatinya.

"Lo maunya apa, hah? Apa maksud lo buat laporan di polisi? Lo fitnah gue selingkuh? Anjing, lo!"

Wearing My LingerieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang