13. Mengakui, Memungkiri. Repeat!

359 66 106
                                    

▪︎Oktober, 2024▪︎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

▪︎Oktober, 2024▪︎

‼️ READ ME:

Hai, Sayangsku. Berhubung mulai dari Sabtu ini sampai pekan depan jadwal di real life ku padet banget, jadi aku akan posting bab 13, 14, dan 15 malam ini (kalau gak kekejar malam ini, besok pagi aku lanjut).

Kita jumpa lagi setelah
tanggal 10 November, ya.

Happy Reading, Dearests.
Jangan lupa tinggalkan jejak komentar yang banyak dan klik bintangnya ☆, ya.
Terima kasih.
Luv.

🖤

Nuansa kayu gelap mendominasi kantor rumah produksi Djiwa Raga Pictures, rumah produksi yang diwariskan mendiang Pak Pramoedya untuk anak tengahnya yang juga menggeluti dunia seni peran.

Kala memasuki lobi kantor, Lintang Askara Djiwandana lekas memasuki lift, membawanya menuju lantai lima, tempat yang dikhususkan untuk pemimpin rumah produksi Djiwa Raga Pictures.

Pria itu sedikit terperanjat ketika membuka pintu, Nawang Wulan sudah berada di ruangan, berdiri tak jauh dari pintu, menyambut pria itu dengan lukis senyum menghiasi wajah ayunya.

"I miss you, Mas." Tiada ragu dia mengungkapkan rasa, lekas pula menggelayut kedua tangan begitu manja di leher kokoh sang pria.

"Udah lama?" tanyanya sekadar basa-basi, tak lupa merangkul posesif pinggang Wulan.

"Sekitar tiga puluh menit, Mas." Usai menjawab, gegas perempuan itu berjinjit untuk menyejajarkan posisi wajah dengan Lintang, kemudian membubuhkan kecupan singkat di bibir sang pria.

Lintang kontan mengulas senyum tipis. Jujur saja, dia menyukai bibir penuh milik Wulan. Paham perempuan itu akan kelelahan jika terus-menerus berjinjit, Lintang melebarkan posisi kedua kaki, merendahkan tubuhnya.

Tiada sangsi menjangkiti, Lintang membalas kecupan perempuan itu. Kecup yang lekas beralih menjadi pagut.

Terlalu intens pagut bersambut, hingga kini kedua tangan Wulan bergerak teratur mengelus punggung serta tengkuk Lintang memperdalam ciuman. Sementara begitu ringan tangan sang pria meremas kuat bongkahan bokong Wulan.

Desah bersumber dari mulut sang perempuan menambah gelora panas dalam ruangan, perlahan-lahan perempuan itu mengambil posisi jongkok hendak membuka ritsleting celana sang pria.

Bukan bahagia, Lintang justru diserang keterkejutan. Tangan kanan pria itu cepat-cepat terulur menahan agar Wulan tak melanjutkan aksinya, tetapi sayang, gerakan sang pria kalah cepat dari seseorang di seberang sana yang lebih dulu membuka pintu, menyaksikan posisi menggelikan kedua insan itu.

Serentak Lintang dan Wulan menolehkan kepala ke asal suara. Nolan berdiri tegang di ambang pintu. Dia spontan menggaruk kepala yang tak gatal tatkala kedua manusia itu menoleh ke arahnya.

Wearing My LingerieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang