mabuk?

23 16 8
                                    

Mereka semua yang dihubungi telah datang ke rumah Wiratama.

Dengan segera, Wiratama menyuruh mereka masuk.

Tanaya bertanya, kenapa mereka semua di panggil ke sini? "Kenapa memangnya? Kan bisa bilang du WA." Tanaya protes.

Allea dan Raenara menyenggol lengan Askara. "Ra, kenapa kita semua di panggil kesini?" Tanya Raenara.

Askara menggeleng. "Gue juga gak tau," Jawabnya.

Ruang tamu rumah Wiratama seakan menjadi pasar. Bumantara menggebrak meja menyuruh mereka semua untuk diam.

"Shut up!" Titah Bumantara.

Ruang tamu Wiratama sunyi seketika.

Beberapa menit berlaku, mereka hanya di selimuti oleh kesunyian.

Karna tidak ada yang membuka pembicaraan, Bumantara menginjak kaki Wiratama agar laki-laki itu berbicara.

"Ngomong," Bumantara.

Wiratama berdeham beberapa kali. "Ekhem!"

Wiratama merogoh sakunya. "Wingi kula ketemu iki ing laci mejo Ara." (-kemarin saya menemukan ini di laci meja Ara.) Wiratama mengeluarkan secarik kertas dari dalam saku celananya.

"Kula menehi saiki amarga kula ngenteni sampeyan kabeh kumpul."(-saya memberikannya sekarang karna saya menunggu kalian semua berkumpul.)

Bumantara dan Askara saling tatap. "Kenapa bisa ada di laci gue?" Tanya Askara.

Wiratama menggeleng dan menaruh rokok yang ada di antara dua jarinya ke pinggir asbak.

"Intenta leer el contenido." (-Coba baca isinya.) Cakrawala menyuruh salah satu dari mereka untuk membaca isi dari surat tersebut.

Askara ingin mengambil kertas yang di letakkan Wiratama di atas meja tadi.

Wiratama yang menyadari bahwa Askara ingin mengambil kertas tersebut langsung menahannya. "Nope." Wiratama menahan kertas itu dengan telapak tangannya.

"Let me read it!" Allea mengambil kertas tersebut dan mulai membacanya dengan perlahan agar teman-temannya mengerti.

"Lama banget sih!" Protes Chandra karna Allea tak kunjung membaca isi dari surat tersebut.

"Shut up Chandra." Bumantara melempar kotak rokoknya Marlboro ke arah Chandra.

"Iye iye, gue diem." Chandra membuka kotak rokok milik Bumantara.

"Bagi gue satu." Chandra mengambil satu batang rokok.

Bumantara hanya membalasnya dengan dehaman.

"Ah, gue punya wine, lo pada mau minum?" Tanya Wiratama.

"Lama lama gue gak jadi baca kalo gini." Allea kembali meletakkan kertas tersebut dan menyuruh Wiratama untuk mengambil wine yang dirinya maksud.

Wiratama pun berjalan ke arah dapur dan mulai menyiapkan gelas untuk menyajikan sebotol wine yang dirinya punya.

Selang beberapa menit Wiratama kembali dengan membawa sebotol wine dan beberapa gelas yang dirinya telah siapkan.

Senyum di wajah Bumantara langsung merekah setelah melihat wine jenis apa yang di bawa oleh Wiratama.

"Wow, lo. Dapat dari mana?" Tanya Askara.

"Toko wine di jakarta pusat harganya sekitar empat ratus tujuh puluh lima juta." Jelas Wiratama sebelum mereka lebih banyak bertanya.

Mereka semua berdecak kagum. Ternyata Wiratama berani membeli wine sendiri tanpa di temani oleh siapapun.

Tak masalah bukan, lagian mereka semua sudah memiliki KTP.

Allea, Askara dan Tanaya langsung menyambar gelas Wine yang berada di atas meja.

"Wow wow wow. Santai, bro." Cakrawala mengambil botol wine yang ada di atas meja.

Cakrawala berjalan ke arah dapur Wiratama dan mencari pembuka tutup wine yang dimiliki oleh Wiratama.

Setelah mendapatkannya, dirinya langsung kembali ke ruang tamu.

Cakrawala menuangkan wine tadi ke gelas mereka satu persatu.

Askara, Tanaya, dan Allea langsung meneguk habis wine yang di tuangkan oleh Cakrawala tadi.

Tiga laki-laki yang berada di dekat mereka langsung menggelekan kepalanya tak percaya.

Punya mereka saja belum tersentuh, tetapi punya mereka sudah habis bahkan minta di tambah lagi.

"Segelas lagi." Askara menyodorkan gelasnya ke arah Cakrawala.

Kalian pikir Askara adalah anak polos, baik, dan tidak neko-neko? Kalian salah, justru di sini Askara lah yang mempengaruhi mereka.

Bumantara mengambil gelas kosong milik Askara, dan menyerahkan gelas yang masih teriak dengan wine.

"Setelah ini cukup." Bumantara menuangkan wine ke dalam gelas kosong milik Askara tadi.

Begitu juga dengan Tanaya dan Allea. Mereka menambah satu gelas wine lagi, dan meminumnya.

Tanpa terasa sudah empat gelas wine yang mereka bertiga minum. Tiga laki-laki yang ada disana hanya bisa geleng-geleng kepala tak percaya.

"Wah, gue mulai pusing." Askara tertawa terbahak-bahak.

"Lemah lo Ra," Ejek Tanaya.

Askara tersenyum. "Udah lama gak minum, jadi gini deh."

"Ilangin dulu pusing kalian, setelah itu baru kita baca surat ini sama- sama."

♪♪♪

Follow akun author
kuecubittampol

Gimana kabar kalian guys? Oh iya, kan di cerita ini ada bahasa jawanya, sedangkan bahasa Jawa aku tu masih kurang lancar.

Kalo aku ada salah ketik atau apalah itu tolong di koreksi ya guys, terimakasih



Bawa Aku, Tuhan [Berhenti Sementara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang