(part 2)

47 3 1
                                    

Nuri namanya, anak pertama dengan cerita nya.

Nuri sama seperti anak lain nya punya orang tua lengkap dan ada, tapi kehidupan nya sangatlah biasa.

Saat masih anak anak nuri tak punya cerita bagaimana rasanya di utamakan sebagai anak pertama dan juga sebagai cucu pertama.

Nenek yang tak menyayanginya, bahkan mungkin dulu nenek sangat tak suka padanya, orang tua yang membagikan perhatian dan cintanya.

Dulu ibunya nuri, punya adik yang ditinggal wafat oleh ibunya saat melahirkan.
Ibu nuri mengambil hak asuh adiknya dan merawatnya, saat itu usia nuri baru satu tahun lebih.

Pertumbuhan dan usia mereka hampir sama, banyak perbedaan di antara keduanya.
Nuri bersikap cuek dan kalem, jarang bicara dan tak terlalu suka bergaul dengan teman temannya, sementara bibi nya sangatlah aktif, periang, dan gampang kenal banyak orang.

Kehidupan merubahnya saat bibi nya pulang kerumah ayahnya, kakek nya nuri.

Setelah kepergian bibi nya rumah tak sehat seperti sebelumnya, entah mungkin karena nuri anak rumahan jadi apapun yang terjadi di dalam rumah dia perhatikan.

Tapi mereka berhasil mendidik nuri menjadi anak yang kuat dan bijaksana mampu melihat keadaan dengan ketenangan, kekuatan hati yang diberikan ibunya, dan ayah yang mengasah kemampuan berpikirnya.

Diluar rumah nuri pandai bersosial tapi hanya sekedar, bukan sebagai kebutuhan.

Disekolah nuri selalu mendapatkan peringkat pertama atau pun kedua karena pembawaan nya yang bisa membawa diri, bersosial hingga para guru guru di sekolah semua dekat dengan nya.

Posisi nuri agak menjadi kebanggan dari guru ke guru hingga menimbulkan kecemburuan teman nya, dan kadang mereka memanfaatkan.

Nuri memperhatikan cape juga ternyata jadi orang kebanggaan dan selalu menebar kebaikan. di tempatnya belajar agama pun sama.
Hapalan cepat dan gampang hapal, gampang lupa juga tapi wkwk.

Hari ke hari tahun berganti nuri menjadi kebanggan guru di pengajian juga.

Orang tuanya, mungkin bangga, terdengar diluar jadi bahan perbandingan anak² yang lain, untuk menjadikan nuri sebagai contoh, tapi buat nuri sendiri justru adalah beban.

Nuri Cape dirumah,
Selalu ada hal yang membuat nuri gak bisa betah bertahan, rumah yang menjadi tempat ternyaman menjadi tak tenang.

Karena ketertarikan pada agama nya lumayan nuri meminta untuk di pesantrenkan.
Tapi ya gitu niatnya perlu perbaikan wkwk karena di awal niatnya menghindari perselisihan dan mendamaikan.

Masuk sekolah menengah pertama nuri masuk pergaulan yang urakan.

Awal masuk smp nuri masuk kelas unggulan anak pilihan semua murid teladan dan kebanggan, tapi di akhir penutupan nuri masuk pergaulan yang tadinya kelas unggulan, jadi kelas pilihan anak badungan kelas buangan, prestasinya menurun.

Sebagai ibu pastinya merasakan perubahan, anaknya sudah tidak lagi beraturan, ibunya bilang jika ada gangguan dan mengacaukan pikiran anggaplah ibumu sebagai teman, bagaimana nuri bisa bilang jika semuanya berawal dari rumah, dari ibunya, keluarga besarnya, bagaimana ganasnya perlakuan dan ucapan nya merusak tekanan anaknya.

Bahkan nuri beberapa kali pergi tanpa pamitan nggak jauh si pergi ke teman nya atau tidak kerumah kakek nya tapi tanpa pamitan.

Satu kali pulang dari sekolah nginap di rumah teman nya tanpa bilang ke ibunya, berdosa sekali nuri membuat satu kampung gentar dan keluarganya karena tak pulang ke rumahnya.

Saat itu nuri memang ingin perhatian bagaimana jika nuri menghilang wkwk...

Tapi sikap nuri saat tau ibunya kewalahan dan pergi kesana kemari mencari nya, malem nya gak karuan nangis uring uringan.

Dari situ nuri paham bahwa semua nya jika terus terusan mengikuti alur permainan hati minta perhatian dan kasih sayang rasanya percuma.

Teman, yang nuri anggap teman hanya satu, namanya Asa. Putranya guru ngaji yang nuri jadikan keluarga kedua, kedekatan dengan orangtua nya membuat nuri percaya kepada Asa.

Dulu nuri dekat dengan asa,
Dari kecil asa tau bagaimana kehidupan nya,
Tapi saat masanya perpisahan itu ada, nuri yang melanjutkan pendidikan formalnya, Asa melanjutkan ke pondok pesantren pilihan orangtuanya.

Tiga tahun masa sekolah menengah pertama usai, nuri mencoba bilang ke ibunya pengen pendidikan agama yang di kejar, nuri sudah tidak menginginkan sekolah formal, saat itu nuri sudah mantap dan bulat akan pergi ke pondok, tapi lagi lagi harus ditahan. Karena ayah nya tidak mengijinkan.

"selesaikan dulu sekolah formal nya sampai menengah awal, ilmu agama saat ini juga tidak kamu tinggalkan, yang di pondok pesantren ajarkan disini juga sama di ajarkan dan di pelajari juga olehmu, hanya mungkin tentang pengalaman yang belum kamu dapatkan".

Nuri menerima keputusan nya tapi nuri gak mau kalah dalam berperang sekalipun sekolah formal.

Yang nuri kejar buat paham bukan tentang ilmu pengetahuannya, tapi bagaimana caranya guru mendidik dan mengamalkan ilmu pengetahuannya.

Yang nuri pelajari bukan kenapa mobil bisa maju dengan kecepetan tertentu bukan pula atom dan newton, apalagi cara mengatur larutan warna dalam fisika dan kimia. ah apalagi matematika perbandingan membeli dan menjual untung rugi yang di dapatkan. Akuntansi, perhitungan uang yang berwujud ghaib seperti ilmuwan.

Dan sesuai lingkungan, nuri di sekolahnya tidak berteman dengan siapapun, setelah nuri mengalami yang namanya perhatian karena di manfaatkan, bergaul dengan orang badungan.

Nuri memilih sendirian, pada dasarnya memang dunia nuri sepi dan sendiri.
Ilmu yang dia pelajari semakin menambah kecintaan nya pada panutan kehidupan nya, keinginan untuk belajar agama lebih berharga lagi baginya.
Menurutnya dunia dan seisinya tak ada apa apanya dibandingkan keinginan nya.

Lulus sekolah nuri meminta izin untuk memakai cadar, disekolah nya ada yang menggunakan, Tapi jawaban ibunya jangan dulu, nuri belum mampu, tanamkan rasa malunya, jaga kehormatan sebagai perempuan, insyaallah katanya sekalipun belum bercadar hatimu sudah Allah jaga untuk nya.

Sekolah nya usai, keinginan nuri yang ingin belajar di pondok psantren kembali dia ingatkan pada kedua orangtuanya. bagaimana janjinya dulu untuknya, tapi takdir belum juga berpihak padanya.
Ibunya sakit yang mengharuskan nuri merawat dan menggantikan posisi ibunya di dalam rumah nya, bersyukurnya nuri anak rumahan semuanya sudah biasa dia lakukan.

Tiga bulan setelahnya keadaan sudah tenang dan aman nuri kembali meminta janji nya. Dan boom.. Terjadi sesuai dugaan.

Ibunya bilang,
"jangan yang jauh disini aja ngajinya, kalau nuri disini ibu jadi bisa kebantu kalau kamu jauh ibu gak bisa lagi memintamu."

Ah ibu, mau marah gimana mau kecewa gimana terima nasib aja, mungkin jalan nya jalan nya uwais alqarni kan hihii.

Milik TuhanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang