Wanita tanpa motivasi
Beranjak dewasa aku banyak mengalami luka sendiri.
Penting ku katakan untuk mu wahai para ibu kesakitan yang kalian rasakan entah itu dari suami ataupun dari mertua apalagi dari saudara saudaramu tolong jangan beritahukan semua kepada anak mu, akibatnya mental hati nya akan terganggu tanpa kalian sadari kalian menanamkan benih benih kebencian sejak dini kepada anak.
Dulu saat saat masuk remaja, rumah yang seharusnya tempat ternyaman menjadi tidak bisa aku jadikan persinggahan, bersyukurnya jadwal ku di rumah agak padat, subuh ke pengajian pagi ke sekolahan siang sekolah lagi sore berangkat ngaji, malam nya aku bisa berkumpul disetiap sela sela waktu, aku selalu menyaksikan pertengkaran demi pertengkaran, aku anak pertama banyak menyaksikan bagaimana cara mereka berkasih sayang wkwk, kasih sayang hahaa...
Malam malam ku isi dengan tangisan, bahkan di pertengahan malam pun mereka masih ada saja hal yang mereka ributkan bahkan masalah yang kecil akan membesar, bising nya mereka membuat tidurnya nuri terganggu.
Dengan lantang teriak sambil menangis.
"ibuuu...!! Ayaaah!!. Tidak kah kalian berpikir aku ada disini yang terus menyaksikan pertengkaran demi pertengkaran kalian, lanjut dengan lirih berkata tidak kah kalian kasihan melihatku"
Begitu hampir tiap hari aku mengungkapkan kekesalan ku kepada mereka.
Ayahku yang tempramental, aku selalu menyaksikan bagaimana ibuku di caci dan di bentak oleh ayahku..
Ayah aku sakit karenamu aku banyak mengandung beban dan luka darimu.
Kamu menyayangiku tapi kamu juga menyakiti ku ayah.Karena itu aku benci laki laki, aku benci perhatian yang menghadirkan kesengsaraan, aku benci kata sayang hanya sekedar bualan, nyatanya mereka selalu membunuhku secara perlahan.
Ibuku dia mendidik keras aku agar aku tak seperti ayahku, ibu banyak memaksa dan melatih aku agar terbiasa hidup dengan penekanan dan kekarasan, aku sakit jiwa rasanya.
Tapi ibu banyak mengajari ku hal agama, hal tentang pengaduan ku jangan sama manusia tapi sama tuhan saja.
Heuhh... Aku menerapkan itu hingga aku menjalani hidup dengan kesendiria.
Aku hidup karena tuhan yang menghidupkan, aku makan dan tinggal karena aku tau masih ada jalan kehidupan ku dari mereka sebagai tanggung jawabnya orang tua.Picik sekali pikiran ku tapi aku membatasi hidupku dengan kenyamanan yang aku ciptakan, pada akhirnya ibuku sendiri yang mengatakan kenapa kamu menjauhiku, aku ini ibumu wkwk
Aku pernah di posisi itu tak menganggap dia ibu ku tapi hanya sebatas manusia yang tuhan kirimkan menjadi perantara aku di ke bumi kan.
Ayahku, ayahku merakit ku agar aku tak gampang di bodohi dan bersikap tegas agar tak seperti ibu. Aku harus apaaaa tolong katakan aku harus apaa...hiks hiks
Ayahku selalu menyalahkan setiap hal yang aku lakukan, ayah selalu mengajarkan aku untuk tau apa dan kenapa aku melakukan sesuatu hal dan apa manfaat hingga akibat yang akan aku lakukan ribet banget, tapi pada akhirnya aku berterimakasih untuk yang satu ini.
Ayahku mempersiapkan segala hal yang akan terjadi di masa depan.
Pada dasarnya mereka membuktikan bahwa aku harus tidak seperti mereka dalam keburukan misal dari sikap dan sifatnya, tapi aku harus banyak belajar dari mereka tentang kehidupan dan belajar kebaikan demi kebaikan yang mereka kenalkan dan yang mereka ajarkan, agar aku lebih baik dan lebih sukses dari mereka.
Saat SMA, aku mulai belajar dan menyusun konsep kehidupan, ya saat orang orang yang fokus mencari perhatian diluar aku masih sibuk membangun benteng pertahanan yang lambat laun mulai hancur berantakan, setiap hari nuri pulang sekolah laporan dan menjelaskan bagaimana di rumah tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Milik Tuhan
Non-Fictioncinta, adakah kamu bertahta. tolonglah raga yang tak berjiwa. Cinta pertama andai kita bersama