One: Meeting The Cheerful Girl

1.9K 118 3
                                    

It is not my first time writing fanfictions and I tend to write 'weird' kind of stories including the plot. With this warning, I hope you guys to think twice before you read this. Anyhow, enjoy! ^^

-izze

***

Hujan lebat tidak menghentikan Hyukjae dari kebiasaannya berdiri tanpa tujuan di sebuah tempat pemberhentian bus.
Tempat itu adalah tempat favoritnya bersama Ibu dan Sora, dua wanita terpenting dalam hidupnya. Sepeninggal Ibu dan Sora dalam sebuah kecelakaan bus, pria itu selalu datang ke sana setiap sore tepat pukul 3. Di sana banyak sekali kenangan yang tidak bisa dia lupakan, salah satunya adalah mengantar Sora ke kafe dan Ibu ke toko kue, tempat keduanya bekerja. Maka setiap harinya, di jam yang sama, dia akan pergi ke sana dan berdiri bersandar di tiang penyangga lampu kota selama dua jam. Merenung dan mengenang, lalu pulang dengan wajah berderai air mata.

Cengeng.

Memang, dia adalah pria yang cengeng.

Hanya saja hari ini berbeda, sedikit di luar harapan Hyukjae. Tidak pernah terbayang olehnya bahwa hari-hari seperti ini akan datang. Suara tawa mengejek seorang wanita mengalihkan perhatiannya, membuyarkan konsentrasinya. Bahkan membuatnya penasaran.

"Kau tahu, ada beberapa daun kering yang menyangkut pada rambutmu." Wanita itu berujar sambil memperhatikan Hyukjae dari atas sampai bawah, masih terkekeh geli seraya menutupi mulutnya dengan telapak tangan.

Hyukjae mengerling dirinya sendiri sebelum akhirnya menatap nanar wanita aneh yang memandanginya dengan tampak geli itu. Wanita muda itu sama sekali kering, sementara dirinya basah kuyup oleh hujan. Tentu saja karena aku berdiri di bawah tiang lampu, sementara dia di bawah naungan pemberhentian bus. Pikir Hyukjae, sedikit kesal ditertawai seperti itu.

Mengernyit pada dirinya sendiri, Hyukjae heran. Ini adalah kali pertama dia merasakan perasaan lain, selain sedih, selama beberapa minggu sejak kematian Ibu dan kakak perempuannya. Perasaan kesal, ya, kalau dia tidak salah memastikan.

"Apakah kau baru saja menertawaiku?" Hyukjae menemukan dirinya bertanya pada wanita itu. Itu juga membuatnya heran. Hebat, ternyata aku masih mampu berbicara. Dia berkomentar sinis dalam hati.

Wanita itu mengangguk, kegelian masih menyentuh bibirnya.

"Apa yang kau lakukan di tengah hujan deras seperti ini? Kau bisa sakit." Wanita itu menarik lengan Hyukjae supaya mereka sama-sama berdiri di bawah naungan. Itu membuat Hyukjae mengernyit lagi. "Sini, biar kubantu."

"Apa yang kau-"

Sebelum Hyukjae sempat menyelesaikan perkataannya, wanita itu sudah berjinjit di hadapannya kemudian meraih dedaunan yang menempel di rambut pria itu.

"Tenanglah, aku hanya berniat mengambil ini." Dia menunjukkan tiga helai daun kering di depan wajah Hyukjae. Pria itu hanya memandangi daun itu tanpa ekspresi. "Kau tidak akan berterima kasih padaku?" Tuntutnya penuh jenaka, sebuah senyum merekah dan tak pernah hilang dari bibir mungilnya.

"Aneh," Hyukjae menyeletuk pelan. Segera setelah kata itu keluar, dia langsung menyesalinya. Dia takut kalau wanita ini akan marah.

Di luar dugaan, wanita itu malah tertawa. "Baiklah, kurasa itu adalah salah satu caramu untuk berterima kasih. Sama-sama, Tuan..."

Tanpa pikir panjang, dengan herannya Hyukjae memberitahu wanita itu. "Lee Hyukjae."

"Kau itu lucu, kau tahu, Tuan Lee Hyukjae?" Dia terkekeh lagi. "Ah, busku sudah datang."

Tepat saat itu, sebuah bus berhenti. Wanita itu segera berlari ke arah bus, tapi berhenti sebentar seraya berbalik menatap Hyukjae. Tersenyum, dia berkata. "Omong-omong namaku Kim Hyuri. Sampai jumpa lain kali, Hyukjae Oppa!"

Jantungnya berdegup tak terkendali, seperti genderang. Tiba-tiba saja bibirnya merekah membentuk sebuah senyum lebar, Hyukjae berharap dia bisa bertemu lagi dengan si Aneh Kim Hyuri.

Karena kalau tidak, dia bisa gila. Atau mungkin dia memang sudah gila?

Pseudo Romance (Eunhyuk Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang