Five: A Fight

838 71 2
                                    

Donghae menanti kedatangan Hyukjae beserta kekasih barunya di Grill5 Taco, sebuah restoran miliknya yang menyediakan berbagai macam jenis taco. Mereka janji bertemu pukul 9, tapi sekarang sudah mendekati pukul 10. Donghae resah menunggu.

Pada pukul 10.15, Hyukjae datang mengenakan pakaian santai. Dia datang dengan sebuah senyum memenuhi bibirnya. Ada yang senang rupanya. Pikir Donghae.

"Hai, Donghaek." Sapa Hyukjae dengan riangnya. Pria itu menarik dua buah kursi, tapi meninggalkan satu kursi yang berada di hadapan Donghae dan malah duduk di kursi yang lain. "Maaf aku terlambat."

"Tidak masalah." Donghae berkata sambil mengernyitkan dahi dalam keheranan. Ada yang aneh. "Mana kekasihmu?"

Hyukjae menatap bingung ke arah Donghae, kemudian tertawa keras tapi canggung. "Kau ini tidak lucu sama sekali." Komentarnya. "Hyuri, perkenalkan, ini adalah sahabatku Lee Donghae. Dan Donghae, ini Kim Hyuri." Dia mengerling kursi di sebelahnya.

Dahi donghae mengerut lebih dalam, dia tidak mengerti permainan apa yang sedang Hyukjae lakukan. Dia sama sekali tidak menganggap ini lucu. Tidak ada seorang pun di Grill5 pada jam seperti ini kecuali Donghwa, kakaknya, dia sendiri, dan Hyukjae. Jadi, yang mana yang dia panggil Hyuri? "Hyuk, jangan main-main denganku."

"Kau tidak menjabat tangan Hyuri?" Hyukjae melirik kursi kosong di sampingnya kemudian pada Donghae secara bergantian.
"Kalian ini ada apa?"

Habis sudah kesabaran Donghae. Di saat seperti ini, dia tidak ingin bercanda. Sama sekali tidak. Hari ini sudah cukup melelahkan, ditambah dengan kelakukan konyol sahabatnya tidak membuat suasana hatinya membaik. Hyukjae baru saja memancing amarahnya.

Donghae memukul meja dengan telapak tangannya, sekuat tenaga meredam amarah yang melua-luap dan siap menyembur. "Lee Hyukjae," Dia menekankan setiap kata. "seharusnya aku yang bertanya, ada apa dengan otakmu?"

"Apa maksudmu?"

"Ini tidak lucu."

Ekspresi Hyukjae yang tadinya berbinar dan penuh keceriaan, kini berubah menjadi sangat serius, bahkan berbahaya. "Donghae, aku membawa Hyuri ke hadapanmu dan sekarang kau menganggap aku sedang bercanda?" Tanyanya kesal.

Donghae menggeleng, bukan dalam sangkalan. Hanya saja dia tidak menyangka bahwa sahabatnya akan bertingkah kekanakan seperti ini."Kemarin malam, kau datang ke restoran sendirian, 'kan?" Dia memastikan. "Kau berbohong padaku, lalu sekarang kau bertingkah seolah-olah aku ini anak kecil yang mudah ditipu. Kau tidak perlu mengarang cerita tentang seorang wanita yang kau kencani, Hyuk."

Hyukjae mengernyit. "Apa yang bicarakan, Donghae?"

"Pegawaiku mengatakan bahwa kau pergi ke sana seorang diri."

"Demi Tuhan! Aku ke sana bersama Hyuri!" Hyukjae bangkit dari bangkunya, amarah mulai membayanginya. "Aku tidak percaya kau meragukan sahabatmu sendiri."

"Tapi pegawaiku tidak mungkin berbohong-"

"Hyuri, ayo kita pergi." Sela Hyukjae cepat-cepat.

Donghae memicingkan matanya saat dia melihat tangan Hyujae bergerak seperti meraih lengan seseorang, tapi tidak ada siapapun di sana. Apakah dia meraih angin? Batin Donghae.

"Kau sudah gila ya?" Donghae menggeram tertahan, Hyukjae berbalik dan menatapnya heran. Suara Donghae pecah ketika dia membentak, "Tidak ada seorang pun di sebelahmu!"

***

Hyukjae duduk di atas karpet, punggungnya bersandar pada sofanya. Matanya memandang dengan cermat setiap ekspresi yang Hyuri tampakkan. Tangan kirinya membelai kepala Hyuri yang berada di pangkuannya, sementara tangan yang lain menggenggam tangan Hyuri.

"Kau tahu," Dia memulai. "aku sangat marah dengan sikap Donghae." Tuturnya pelan.

"Kurasa Donghae hanya kesal dengan keterlambatan kita tadi." Simpul Hyuri

"Ya, kurasa." Dia terhenti. "Tapi perkataannya sungguh keterlaluan. Jelas-jelas kau duduk di sana di sampingku, tega sekali dia menganggapmu tidak ada. Juga para pelayan restoran itu, mereka buta atau apa? Kau di sana malam itu, makan malam denganku. Kau sangat cantik dengan gaunmu, mereka bahkan tidak menyadari itu? Sangat disayangkan." Dia berdecak.

Hyuri terkekeh, disusul dengan Hyukjae yang ikut tertawa.
Untuk beberapa saat, kesunyian menyelimuti mereka. Hanya ada suara angin dari jendela, kencang tapi tidak terlalu kencang. Hanya cukup untuk membuka dan menutup jendela dengan sendirinya. Di luar semakin gelap, tanda bahwa malam semakin larut.

Hyuri mendesah sebelum dia sempat membuka mulutnya untuk membuka pembicaraan lagi. "Oppa,"

"Hmm?"

"Apakah aku cukup nyata bagimu?" Tanya gadis itu dengan polosnya.

Hyukjae bergeser, membetulkan posisinya, sehingga keduanya kini duduk dan saling menatap satu sama lain. "Apa maksudmu?"

Hyuri tersenyum. "Maafkan dia." Hyuri berkata lembut, "Aku tidak ingin menjadi sumber masalah di antara kalian. Karena bagaimanapun, Donghae adalah sahabatmu. Dia hanya kesal, perkataannya jangan dimasukkan ke hati."

Saat itu, Hyukjae baru sadar betapa murah hatinya sang kekasih. Seharusnya dia yang berkata seperti itu kepada Hyuri, bukan malah sebaliknya. Tapi di sini lah dia menemukan sang kekasih menyuruhnya untuk tidak membenci sahabatnya sendiri. Bagaimana dia bisa tidak semakin cinta pada gadis ini?

Pria itu tersenyum, sedetik kemudian memeluk Hyuri dengan sangat erat sambil berbisik. "Aku tahu..."

Pseudo Romance (Eunhyuk Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang