Three: A Date

1.1K 84 6
                                    

Hyukjae tersenyum sambil memandangi wajah bidadari di hadapannya. Tangan kiri memangku dagunya, sementara tangan kanannya bermain dengan permukaan gelas berisi wine putih.

Dalam tiga pekan terakhir, hubungannya dengan wanita manis bernama Kim Hyuri berjalan mulus. Seringnya mereka bertemu membuat keduanya cepat akrab. Mulanya hanya ketidaksengajaan kemudian berujung pada rasa penasaran Hyukjae yang semakin membesar, dia sengaja menemui Hyuri untuk dapat mengobrol dengan wanita itu. Respon Hyuri sungguh di luar dugaan, wanita itu bahkan sangat senang dan meminta Hyukjae untuk bertemu lagi dan lagi.

Jalan-jalan di taman, nonton, minum kopi di kedai, membaca buku di perpustakaan, hingga makan di tempat makan di tempat makan pinggir jalan. Semua mereka jalani kurang dari satu bulan, tapi tidak satu pun Hyukae memiliki kesempatan untuk bertanya pada wanita itu tentang asal-usulnya.

Hyukjae tidak hanya menyukai wanita ini, dia sangat dan sangat ingin mengenal wanita ini lebih dalam. Harinya tidak pernah semenarik ini, dan dia menemukan dirinya ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Hyuri. Bersama wanita ini, rasanya dia bisa melupakan semua kesedihan dan kemeranaannya. Hyuri adalah wanita yang memiliki pemikiran yang luas, wanita itu juga pintar. Dia bisa menimpali pernyataan Hyukjae, atau bahkan membuat lelucon yang membuatnya tertawa terbahak-bahak. Hyuri seperti sengaja diciptakan untuk mencerahkan hari-harinya yang kelam.

Mungkin, hidup bersama wanita ini akan sangat menyenangkan. Membuat dirinya lebih baik, membuat semuanya lebih baik. Batin Hyukjae.

Kini, keduanya duduk berhadapan di kursi mewah yang dipisahkan oleh meja yang sama mewahnya di dalam sebuah restoran terkenal di Seoul. Malam istimewa untuk sebuah pertemuan istimewa.

"Kau suka tempat ini?" Tanya Hyukjae.

Hyuri mendongak, mengalihkan tatapannya dari spagetti dan menatap Hyukjae tepat di mata.

"Kau ingin aku jujur?" Hyuri bertanya balik, membuat Hyukjae mengangguk cepat-cepat. "Sejujurnya, aku tidak suka dengan pelayan yang mengantarkan makanan tadi. Dia benar-benar menggodamu tepat di hadapanku." Komentarnya. "Selebihnya aku suka."

Hyukjae tidak tahu harus tersenyum atau mengernyit, tapi akhirnya dia malah tertawa. "Aku tidak melihat dia melakukan itu."
Hyuri menggelengkan kepalanya dalam ketidakpercayaan. "Dia memandangimu seolah kau adalah makanan lezat yang pantas untuk dibungkus dan dibawa pulang."

Kali ini Hyukjae tertawa keras, membuat tamu lain melirik aneh padanya. Dia segera bergumam oops! "Jadi, kau cemburu?" Bisiknya pelan, tidak tahan untuk menggoda Hyuri lebih jauh.

"Tentu saja." Jawab wanita itu blak-blakan.

Lima belas menit selanjutnya berlalu dalam diam. Masing-masing menikmati makan malam dengan khidmat. Saat Hyukjae meletakkan garpunya di atas meja dan mengangkat kepalanya untuk menatap Hyuri, ternyata wanita itu sudah terlebih dahulu menyelesaikan makanannya.

"Kau makan dengan cepat," Komentar Hyukjae.

"Apakah itu pujian?"

Sambil mengelus dagunya menggunakan telunjuk, Hyukjae tersenyum. "Ya."

"Terima kasih." Hyuri tersenyum geli.

"Kau benar-benar menggemaskan." Tangan Hyukjae meraih kepala Hyuri, mengelus rambut wanita itu pelan. "Hyuri, aku boleh bertanya sesuatu?"

"Tentu. Apa itu?"

"Aku hanya ingin tahu di mana kau bekerja, karena setiap sore aku menemukanmu di halte bus itu berpakaian kantor."

Hyuri memajukan tubuhnya, meletakkan sikunya di atas meja. "Aku bekerja di perusahaan marketing." Katanya. "Kau tidak perlu tahu di mana dan bagaimana, Hyuk Oppa. Itu akan sangat membosankan."

"Aku tidak pernah menganggapmu membosankan."
Hyuri terkekeh. "Gombal."

"Aku serius."

"Baiklah, Oppa." Hyuri mengangguk, memilih untuk tidak berdebat. "Kau sendiri, apa yang kau lakukan di sana?"

Itu merupakan pertanyaan yang sangat sensitif, jika saja orang lain yang menanyakannya. Tapi Hyukjae merasa biasa saja ketika wanita ini yang bertanya. "Mengenang seseorang."

"Pasti orang yang sangat berarti dalam hidupmu."

Hyukjae mengangguk. "Ya, kakak perempuan dan ibuku."

"Kau terlihat menggenaskan." Komentar wanita itu enteng.

"Memang." Hyukjae mengaku. "Tapi tidak lagi, karena aku menemukanmu."

***

"Kemari,"

Hyukjae menuntun tangan Hyuri, menggiring wanita menuju tempat yang dia inginkan. Awalnya mereka memasuki sebuah gedung perkantoran yang sempat Hyuri kira adalah tempat Hyukjae bekerja, ternyata bukan. Mereka hanya numpang lewat, karena Hyukjae membawa mereka ke lantai paling atas. Ruang terbuka di lantai tertinggi di gedung itu.

"Woah!" Seru Hyuri dalam kekaguman.

Hyukjae membawa wanita itu ke gedung tertinggi di Seoul untuk memperlihatkan pemandangan kota pada malam hari. "Ini adalah tempat favoritku." Ujarnya.

"Kukira kau bekerja di sini." Hyuri berkata, suaranya agak serak karena masih begitu terkejut dengan pemandangan yang disuguhkan di sekitarnya.

Lampu kota dan gedung-gedung menjulang tinggi. Sangat memanjakan mata, membuatmu rileks.

"Tadinya, ya. Tidak lagi sepeninggal Sora Eonni dan Ibu." Tutur Hyukjae. Dia membentangkan tangannya lebar-lebar, kemudian menghirup dalam-dalam udara malam itu ke dalam paru-parunya. "Bagaimana menurutmu?"

"Indah, sangat indah." Hyuri melangkah mendekati Hyukjae. Berdiri di samping Hyukjae, dia mengikuti gerakan pria itu tapi sambil memejamkan mata.

Hyukjae menatap lekat makhluk lembut di sebelahnya. Dia begitu takjub dan begitu kagum. Bukan pada pemandangan di luar sana, tetapi pada wanita ini. Jika tadinya dia tidak percaya cinta pada pandangan pertama, maka sekarang dia percaya. Hatinya berdegup dan menarikan tarian aneh, itu tidak pernah ada di sana sebelumnya. Namun sekarang tiba-tiba saja muncul dan dia langsung menyadarinya saat itu juga.

"Ya, sangat indah." Gumamnya sangat pelan.

Saat Hyuri membuka mata dan menemukan Hyukjae sedang menatapnya intens, dia tersenyum. "Kau mengatakan sesuatu?"

Merogoh sakunya, Hyukjae mengeluarkan sebuah cincin yang terbuat dari emas putih dengan aksen permata putih kecil di tengahnya. Itu adalah cincin pernikahan sang Ibu yang selalu dia bawa, kemana pun dia pergi. Kini, saatnya cincin itu berpindah tangan.

"Maukah kau memakai ini?" Tanya Hyukjae, suaranya parau. Dia hampir tidak dapat menahan emosi yang membuncah di dalam hatinya. Emosi yang jarang sekali mampir dan tiba-tiba saja terbentuk di sana.

"Hyuk-" Hyuri terbata, matanya bepindah dari Hyukjae ke cincin itu berulang kali. "Kenapa?"

Hyukjae terkekeh seraya menggaruk kepalanya menggunakan sebelah tangan. "Haruskah kau bertanya?" Dia tersenyum sambil mengedikkan bahu. "Karena kurasa aku jatuh cinta padamu, Kim Hyuri. Jika kau mau menjadi milikku, pakailah ini."

Hyuri memeluk Hyukjae saat itu juga. "Aku akan senang memakainya, Hyukkie Oppa." Saat dia melepas pelukannya, bibirnya mendarat singkat di pipi Hyukjae. "Terima kasih untuk semua ini."

Pseudo Romance (Eunhyuk Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang