Bab 1: keputusan ayah.

37 28 9
                                    

Malam ini ara berada di kafe biasa kumpul bersama teman-temannya,menghabiskan waktu bersama dengan cerita dan minum secangkir coklat panas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam ini ara berada di kafe biasa kumpul bersama teman-temannya,menghabiskan waktu bersama dengan cerita dan minum secangkir coklat panas.

Udara malam ini sangat lah dingin,ara yang hanya menggunakan baju kaos lengan pendek pun merasa menggigil karena kedinginan.

"Sayang kamu kenapa?" Tanya ravel.

RAVEL ERLANGGA KUSUMA atau yang dikenal dengan RAVEL ia adalah pacar dari ara.mereka sudah pacaran sedari menginjak bangku SMA.

"Aku gapapa kok cuma udara malam ini terlalu dingin" ucap ara.

Ravel yang mendengar itu pun langsung beralih tempat duduk ke samping ara,sambil merangkul bahu ara.
"Biar ga dingin peluk aku aja ya sayang" ujar ravel lalu mencium kening ara.

Teman-teman mereka yang sedari tadi melihat pun serasa menjadi nyamuk,karna ke bucinan kedua insan itu.
"haduh so sweet banget sih bang,pengen peluk juga boleh ga?" Tutur repal sahabat ravel sejak kecil.

Brukh......
Suara sepatu yang di lemparkan ke arah wajah repal.
"berisik loh,sana pergi" ujar ravel yang kesal pada temannya itu.

"Anj**g loh,sakit tolol" umpat repal yang kesal pada ravel,lalu pergi meninggalkan kedua pasangan itu.

"Sayang? Kamu ngantuk?" Tanya ravel sambil mengelus ubun-ubun milik ara.

"emh,iya beb,aku mau pulang,nanti ayah dan bunda nyari udah jam 11 malam juga" ucap ara yang sudah mengantuk.

"ya udah aku antar pulang ya kalo gitu" ucap ravel menawarkan diri untuk mengantar sang pacar.

Ara yang mendengar itu pun langsung membulat kan matanya. " Jangan beb,kamu tau kan ayah bakal ngapain kalo tau aku di antar cowok dan kamu ga bakal selamat kalo ayah tau kita pacaran" tutur ara menjelaskan.

"Tapi kita udah satu tahun loh pacaran masa ga boleh juga aku antar kamu" ucap ravel.

"Aku pernah bilang kan sama kamu,kalo ayah aku ga mau liat anak nya pacaran,dan bahkan aku ga di bolehkah buat dekat sama cowo,ini aja aku sering keluar malem karna flow yang ajak baru bisa keluar" tutur ara.

"Ya udah deh kalo gitu,kamu pulang sama flow kan? Hati hati ya sayang,much, much" ucap ravel sambil mencium kedua pipi milik ara.

"Iya,aku pulang ya beb,dada sayang" ujar ara yang perlahan menjauh dari ravel sambil melambaikan tangan nya.

~•~•~•~

Disisi lain ayah dan bunda sudah sangat gelisah dirumah,karna sang putri sematawayang belum pulang ke rumah dari soreh tadi.

"Bun itu anak ke mana sih,kenapa semakin hari,semakin parah,apa yang ia lakukan diluar sana sebenarnya" ucap ayah.

"Bunda juga ga tau yah,akhir-akhir ini ara udah ga pernah mau cerita tentang keseharian dia sama bunda,bahkan saat bunda tanya dia selalu menghindar" jawab bunda.

Ayah berfikir sejenak,sambil menghela nafas panjang "sepertinya keputusan ayah sudah bulat bun,seperti yang kita rencanakan minggu lalu" ujar ayah.

"Baiklah jika itu memang yang terbaik,bunda akan mendukung apa pun itu demi kebaikan putri kita" tutur bunda.

Tok tok tok......

Suara pintu di ketuk, sesok yang di tunggu sedari tadi pun akhirnya pulang.

Bugh.....

pecutan ikat pinggang yang melayang ke arah kaki ara."Bagus ya kamu pulang malam kayak gini,sekalian ga perlu pulang" tutur ayah penuh amarah.

"Aw aw aw,sakit yah,tega banget sama anak gadis nya" ucap ara penuh rintihan.

"Itu memang pantas kamu dapatkan,ga sewajarnya anak gadis pulang selarut malam ini!" Bentak ayah pada ara.

Ara yang selama ini tak pernah mendengar bentakan itu pun sedikit kaget,bagaimana tidak ayah yang ia kenal jika marah tak pernah sekasar ini,tiba-tiba di malam ini ia sangat marah.

"Kamu itu perempuan pulang jam segini kemana urat malu mu?" Bentak sang ayah.

"Ta-tapi ayah ara cuma main sama teman-teman ara ga yang aneh-aneh kok" ujar ara yang membela diri.

"Ayah ga mau tau,bukan hanya sekali atau dua kali kamu seperti ini,tapi sudah berkali-kali" teriak ayah pada ara "keputusan ayah sudah bulat kamu ayah masukan ke pesantren!" Ucap ayah yang sudah memutuskan dengan banyak pertimbangan.

Ara yang tak terima dengan keputusan sang ayah pun langsung menghampiri sang ayah dan memohon dengan sangat. "Ayah,ga bisa gitu dong,ara ga mau mondok,ara ga suka dunia pesantren".

"ga ada tapi-tapi mau kamu suka atau tidak kamu harus terima hal itu,besok lusa ayah akan mengantarmu ke pesantren teman ayah" ujar ayah penuh emosi.

Ara pun tak bisa melakukan apapun,ia hanya merengek pada sang bunda,agar mau membujuk ayah nya. "Bunda tolong in ara bun,ara ga mau masuk pesantren,hiks hiks hiks" ucap arah yang sesegukan.

Bunda tak bisa berbuat apa-apa,karna ia tau suaminya itu jika sudah memutuskan sesuatu tidak akan bisa di ubah oleh siapapun. "Ara yang ikhlas ya sayang,bunda yakin ara bisa berbaur di lingkungan pesantren,jangan sedih sayang nya bunda,nanti cantiknya hilang" ujar bunda sambil menghapus pelan air mata yang jatuh di pipi putri sematawayang nya itu.

~•~•~•~

Dikamar nya ara menatap langit-langit atap penuh banyak pikiran,ia tak sanggup rasanya jika harus menjalani hari-harinya di pondok pesantren nantinya.

"Ayah kok tega banget mau masukin ara ke pesantren, apa ayah udah ga sayang sama ara" gerutu ara yang tek terima dengan keputusan sang ayah.

Saat ara tengah memikirkan hal itu pun suara handphone miliknya berbunyi,yang menandakan ada sebuah panggilan telepon.
Ara yang mendengar suara handphone nya pun langsung melihat siapa yang menghubunginya,tak lain sang pujaan hati lah yang menelponnya.

"hallo beb"

"Hallo sayang,gimana kamu udah sampe rumah? Di marah ga tadi?"

"Iya aku udah dirumah ini juga lagi baring di kamar"

"Ya udah kalo gitu,aku ga mau menyita waktu tidur kamu,sekarang kamu bobo ya sayang"

"Iya beb,kalo gitu aku mati in ya"

"Iya sayang mati in aja,I love you cinta ku,semoga mimpi indah,much"

"Love you tu beb"

Panggilan telepon pun di matikan secara sepihak oleh ara.

Kini hati ara sangat bergejolak,ia bingung apakah harus memberi tau ravel atau tidak tentang hal yang baru saja ayah nya bilang tadi.

"ravel harus tau atau enggak ya,kalo aku bakal di masukin ke pesantren,tapi kalo ravel tau dia pasti ga bakal setuju,dan kalo aku ga kasih tau,gimana cara nutupi nya" gerutu ara.

Malam itu ara habiskan waktunya untuk berfikir.

HALLO! GUS TAMPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang