03

8 2 2
                                    

Vienna turun dari kereta kuda dengan langkah yang anggun, dia langsung disambut oleh pelayan pribadinya, Elyn Alclalos.

"Nona." Vienna mengangguk pelan sebagai balasan.

Mereka pun kemudian memasuki kediaman yang megah dan elegan itu, namun sayang seribu sayang Vienna malah bertemu dengan kakak yang sedang bersama seorang perempuan berambut coklat.

"Dari mana saja kau?" Tanya Arick Miller dengan dingin saat menatap adik satu-satunya itu.

"Dari kediaman Grand Duke Lynch." Balas Vienna yang tak kalah dingin sambil melewati kedua orang itu tanpa ada rasa peduli.

Arick mengerutkan alisnya menatap bingung Vienna, kalau biasanya dia langsung menempel pada dia selayaknya lintah tapi sekarang Vienna malah bertingkah dingin.

"Nona Vienna tak boleh seperti itu, mau bagaimanapun Tuan Arick adalah kakak anda." Suara yang lembut terdengar yang membuat Vienna langsung menoleh ke arah nya.

"Maksud mu?" Tanya Vienna dengan alis terangkat tak suka.

Laura Cleopatra, protagonis perempuan di novel Beloved Lady. Dia yang berhasil menjerat keempat pemeran utama, namun dia malah memilih sang Putra Mahkota yang jelas jelas akan di jodohkan dengan Eloise Lynch.

"Tuan Arick hanya tak ingin anda dekat dengan Nona Lynch, beliau dapat membawa pengaruh buruk pada anda. Apalagi beliau sering bertingkah seperti bukan seorang bangsawan." Kata Laura dengan nada lembut yang membuat Vienna hampir muntah.

"Benar kata Laura, kau seharusnya tak berteman dengan iblis itu, Vienna! Kau membuat nama Miller tercoreng karena berteman dengan putri arogan Grand Duke!" Kata Arick dengan sinis yang membuat kesabaran Vienna semakin menipis.

"Mau aku berteman atau tidak, itu urusan ku bukan urusan kalian! Jangan pernah sesekali menghina sahabat ku karena aku tak akan tinggal diam bahkan jika kau adalah kakak ku!" Kata Vienna sambil menetap tajam ke arah Arick.

Manik biru sapphire itu menoleh pada Laura dengan kilatan amarah dan kebencian. "Dan kau yang merupakan putri seorang Count jangan pernah menghina sahabat ku! Dia adalah putri dari seorang Grand Duke, bahkan dia bisa menghancurkan mu jika dia mau!" Ucap Vienna.

Dia kemudian berbalik dan berjalan pergi mengabaikan tatapan kaget dan dua dedemit sialan yang membuat suasana hatinya menjadi buruk.

"Hiks...apa aku salah? Aku hanya tak ingin Nona Vienna menjadi jahat." Lirih Laura yang mulai mengeluarkan air mata buayanya.

"Tidak, Laura. Kau tak bersalah, dia sudah terlalu dekat dengan Nona Lynch karena itu Vienna bersikap seperti ini." Kata Arick.

"Emosi pasti tuh." Suara dari salah satu bola berwarna putih itu terdengar yang menampakkan sesosok perempuan berambut pirang.

"Ya kan?! Pengen gitu aku lempar mereka ke laut! Menyebalkan sekali!!" Geram Vienna dengan kesal.

"Yang sabar, wahai sahabat ku~" Ejek Lillienne dari salah satu bola putih itu.

Sementara di bola ketiga terlihat Eloise tengah membaca buku, namun dia masih mendengar curhatan dari sahabatnya itu.

"Argh!! Menyebalkan! Lagian si Cleopatra itu ada kediaman sendiri tapi malah kemari!" Kata Vienna dengan geram.

"Maklum lah, Sapphire. Namanya juga protagonis, pasti dekat ama protagonis pria apalagi kakak mu itu kan salah satu protagonis." Kata Beatrice dengan simpel.

"Ngomong-ngomong enam hari lagi kan kamu ulang tahun, pas banget ulang tahun mu dengan Vienna yang asli sama! Jadi bagaimana kalau kita rayakan bersama!" Usul Lillienne yang berusaha menghibur sahabatnya itu.

"Gak perlu repot repot, Lil. Tapi kalau bisa kirim permata Alexandrite ke kediaman ku ya." Kata Vienna dengan wajah tanpa rasa bersalah.

Seketika ketiga sahabat itu langsung menatap datar ke arah Vienna, di kasih jantung malah minta hati nih anak satu.

"Canda doang."

"Keknya aku sudah memiliki ide buat hadiah untuk mu, Vi." Kata Beatrice sambil menyeringai.

"Hm? Aku juga." Kata Eloise yang kini buka suara.

"Kalian tak merencanakan apapun yang membuat ku kesal, bukan?" Tanya Vienna dengan penuh kecurigaan.

"Curigaan melulu kamu, Vi! Kami tak mungkin begitu lah!" Protes Lillienne sambil cemberut.

"Lagian kalian mencurigakan!" Kata Vienna.

"Ya memang." Balas Beatrice dengan santai yang seketika mendapatkan tatapan tajam dari Vienna.

"Aku pamit dulu ya? Ayah ku memanggil ku untuk belajar sihir, sampai jumpai nanti." Kata Lillienne.

Seketika bola itu berubah menjadi putih polos.

"Aku juga nih, aku harus latihan dulu, bye, girls." Kata Beatrice yang kemudian bola itu berubah menjadi putih polos seperti milik Lillienne.

Kini tersisa Vienna yang masih menghubungi Eloise lewat bola komunikasi itu.

"Hei, El. Menurut mu apa kita akan benar-benar kembali ke tubuh kita yang asli?" Tanya Vienna sambil menatap dia.

Eloise terdiam sejenak sebelum menatap sahabatnya itu. "Tanyakan itu lagi pada ku saat kita sudah lima tahun tinggal disini." Eloise pun mematikan bola komunikasi itu.

Helaan nafas terdengar dari Vienna, dia merebahkan diri di kasur sambil menatap langit-langit kamarnya yang berwarna biru langit.

"Haa, begini nasib jadi anak Duke Miller~" Gumam Vienna dengan jengah.

Tok.

Tok.

Tok.

"Nona."

"Ada apa?" Tanya Vienna sambil menatap pintu.

"Ada kiriman dari Tuan Marquess Muda." Kata Elyn.

"Buang!" Kata Vienna dengan tegas.

Dia tak ingin berurusan dengan tunangan yang tukang selingkuh itu, namun kemudian sebuah ide terlintas di pikirannya yang membuat Vienna langsung bergegas keluar dari kamar nya.

"Saya ingin membatalkan pertunangan saya, ayah!"

Manik biru sapphire bertemu dengan manik biru sapphire milik sang ayah yang memperlihatkan tatapan terkejut.

"Atas dasar apa kamu membatalkan pertunangan mu dengan Marquess Muda Jeffrey?" Tanya Duke Miller dengan kaget dan bingung.

"Karena dia tak mencintai saya, jadi untuk apa saya mempertahankan orang yang tak mencintai saya?" Balas Vienna dengan dingin.

Vienna yang asli mungkin tergila-gila pada Theodore Jeffrey, tapi ini adalah Vienna yang berjiwa Sindi. Tukang selingkuh tak perlu di pertahankan, begitulah prinsip seorang Sindi.

"Saya hanya akan menikah dengan pria yang mencintai saya!" Kata Vienna dengan tegas.

"Baiklah." Kata Duke Miller yang seketika membuat alis Vienna mengkerut bingung.

"Semudah itu? Ku kira akan ada drama perdebatan yang berjudul sang ayah tak mengizinkannya putrinya membatalkan pertunangan nya." Batin Vienna dengan bingung tapi di satu sisi dia juga senang.

"Akan aku kirimkan surat pembatalan pertunangan mu pada keluarga Jeffrey." Kata Duke Miller.

"Terimakasih, ayah. Kalau begitu permisi." Kata Vienna sambil mengangkat satu sisi gaun nya dan tangan kirinya dia letakan di dada nya, dia membungkuk dengan anggun seperti layaknya seorang putri bangsawan.

Setelah itu dia keluar dari kantor sang ayah dengan perasaan yang gembira, satu tugas sudah dia lakukan dan untuk kedepannya akan lebih mudah.

Transmigrasi Empat SahabatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang