04

4 0 0
                                    

Trang.

Trang.

Trang.

Suara dua pedang besi saling beradu, seorang perempuan berambut pirang dan mata merah ruby yang memancarkan tekad menatap lawannya tanpa rasa takut, pedang perak dengan gagang emas dan dihiasi oleh ukiran indah dari batu ruby terayun menangkis ataupun menyerang lawannya.

"Gerakan anda masih lambat, Nona!" Kata sang guru yang membuat Beatrice langsung mempercepat gerakannya.

Regan Wilde, seorang komandan pasukan elit yang dimiliki oleh Grand Duke Lynch. Kemampuan Regan tak bisa di anggap remeh walaupun masih di bawah kemampuan sang sword master, yaitu Grand Duke Lynch.

Prang.

Pedang Beatrice terpental dan berakhir di tanah, keringat membasahi dahi sang pewaris Emrys itu.

"Kemampuan anda sudah meningkat, Nona Muda. Tapi tolong gerak lebih cepat namun tetap jangan terburu-buru, serta jangan biarkan emosi anda menguasai anda karena musuh akan cepat menemukan celah anda." Kata Regan sambil menyimpan pedangnya ke sarung pedang.

"Aku mengerti, Regan. Terimakasih atas sarannya." Kata Beatrice sambil tersenyum.

Tangan lentiknya mengambil pedang milinya, manik merah ruby menatap pedang itu dengan penuh tekad dan keseriusan.

"Aku harus menjadi kuat agar bisa melindungi mereka." Batin Beatrice dengan penuh tekad.

"Kemampuan mu sudah cukup bagus."

Seketika Beatrice menoleh ke arah suara, sesosok pria berambut pirang dengan mata turquoise yang indah dan tajam bersama sesosok perempuan berambut hitam kelam dan mata merah ruby.

"Ayah!! Ibu!!" Senyum indah terbit di wajah cantik Beatrice, dia langsung berlari ke arah orang tuanya, Duke Emrys dan Duchess Emrys

"Regan, kau boleh pergi." Kata Duke Emrys pada Regan

Regan membungkuk sejenak, dan kemudian dia pun pergi meninggalkan sang Duke dan Duchess bersama putri semata wayang mereka.

"Duke Emrys sebenarnya baik sih di novel Beloved Lady, tapi dia berubah pas debut si Beatrice dkk. Keknya gw harus minta Lilie buat cari informasi deh." Batin Beatrice dengan keseriusan namun wajah tetap menampilkan senyuman indah.

"Ayah kenapa kemari? Tak baik loh! Nanti ayah sakit kan Bea jadi khawatir!" Kata Beatrice sambil tersenyum.

"Ayah tak selemah itu, putri ku. Seharusnya ayah yang mengatakan itu, kau tak seharusnya latihan terlalu keras." Kata Duke Emrys yang membuat Beatrice semakin tersenyum lebar.

"Benar apa kata ayah mu, Beatrice. Kamu seharusnya istirahat." Kata Duchess Emrys dengan nada lembut sambil mengelus rambut merah milik Beatrice.

Perasaan hangat dirasakan oleh Beatrice, dia merasa senang bisa mendapatkan kasih sayang dari seorang ibu karena di kehidupan dulu orang tuanya sibuk bekerja, sehingga dia menjadi anak yang susah di atur.

"Saya baik-baik, ayah, ibu! Lagipula saya harus menjadi kuat agar bisa melindungi anda berdua dan sahabat-sahabat saya!!" Kata Beatrice dengan semangat.

"Astaga, lihatlah putri mu, Amaryllis. Dia keras kepala seperti mu." Kata Duke Emrys pada istri tercintanya.

"Ayah/Kau juga keras kepala!" Balas anak dan ibu itu secara kompak.

Seketika Duke Emrys menatap datar kearah dua perempuan yang berharga di hidup nya, tapi kemudian Beatrice langsung memeluk Duke Emrys dan Duchess Emrys dengan erat.

"Saya menyayangi kalian berdua sebanyak bintang di langit malam!!" Kata Beatrice sambil tersenyum ceria.

"Astaga, putri ku ini." Kekehan terdengar dari sang Duchess Emrys saat melihat perilaku sang putri nya.

Beatrice menatap serius ke arah sebuah buku tua di meja belajar nya itu, alisnya mengkerut tak suka saat membaca sebuah halaman.

"Sihir pemikat tipe gelap, eh? Apa jangan-jangan ada hubungannya dengan sifat Duke Emrys pada Beatrice? Bener-bener harus ku bahas ke para gadis sih ini." Batin Beatrice dengan serius.

Helaan nafas terdengar dari Beatrice, dia kemudian duduk di kursi sambil menatap langit-langit ruang belajar nya itu.

"Apa anda baik-baik saja, Nona?" Tanya asisten pribadi Beatrice, Gracia Lynne.

"Aku baik-baik saja, Grace. Oh ya, apa ada surat atau sesuatu dari sahabat ku atau dari orang lain?" Tanya Beatrice saat dia menoleh ke arah sosok perempuan berambut coklat tua itu.

"Tidak ada, Nona." Jawab Gracia.

Beatrice membalas dengan anggukan sebelum mata merah ruby nya melirik keluar jendela, pemandangan indah yang berupa taman yang berisi berbagai macam bunga indah, salah satunya bunga Amaryllis, bunga yang mirip dengan nama ibu nya dan juga salah satu bunga kesukaan Beatrice.

"Beatrice, kapan pesta musim gugur?" Tanya Beatrice dengan tiba-tiba.

"Eh? Maaf, Nona. Tapi pesta musim gugur sudah diadakan pada tanggal satu September kemarin." Kata Gracia.

Tangan Beatrice terletak di lengan kursi dengan dagu yang menopang pada tangan tersebut, jari telunjuknya mengetuk dagunya saat dia memikirkan sesuatu.

"Berarti Laura sudah bertemu dengan Pangeran Erland, berarti sudah masuk ke Bab 17 : pertemuan indah di pesta musim gugur. Berarti seingat ku kalau pas Bab 20 ada scene dimana antagonis melihat si Laura jalan ama si bajingan Lucien di toko gaun. Kalau si Sunset gak akan marah sih, karena mana mungkin dia suka sama si bego bajingan goblok Lucien." Batin Beatrice dengan ekspresi yang serius.

Entah dari mana keberanian dia, dia berani mengumpat sosok putra mahkota Kekaisaran Sirius walaupun di dalam hati.

"Oh ya, Nona, tadi saya sempat mendengar berita kalau Nona Miller membatalkan pertunangan beliau dengan Marquess Muda Jeffrey." Kata Gracia dengan hati-hati.

Gracia tentu tak mau menghadapi amarah nona nya, dia tau seberapa sayangnya Beatrice pada para sahabatnya bahkan Beatrice siap memasang badan untuk melindungi mereka.

"Membatalkan?" Beatrice menaikan alisnya dengan bingung mendengar berita itu, tapi kemudian seringai tipis muncul di wajah Beatrice.

"Haa, pasti akan menarik mengingat sebelum obsesinya keluarga Jeffrey pada kekuasaan Duke Miller." Kata Beatrice dengan nada rendah.

"Haruskah aku kirim hadiah untuk Vienna?" Batin Beatrice dengan wajah polos nya.

Senang? Tentu! Itu karena sahabatnya sudah mulai menjalankan rencana awal, membatalkan pertunangan dengan protagonis pria membuat mereka lebih leluasa dan mungkin menghindari konflik untuk beberapa saat.

"Apa jadwal aku hari ini, Grace?" Tanya Beatrice sambil tersenyum.

"Jadwal anda hari ini tidak ada, Nona." Jawab Gracia sambil tersenyum.

Beatrice menghela nafas lega karena sekarang dia bisa bersantai walaupun hanya sesaat, dia meregangkan tangannya dan senyuman indah terbit di wajah rupawan milik pewaris Emrys itu.

"Istirahat sebentar gak masalah, kan? Habis itu bahas rencana ama si Eloise! Tapi aku penasaran gimana rupa si protagonis kalau di lihat secara langsung. Kalau cantik sih pasti cantikan Eloise, kalau imut sih masih imutan si Lillienne, kalau anggun sih pasti masih anggun Vienna. Lain kali deh ku jalan-jalan, siapa tau bertemu dengan dia." Batin Beatrice.

Transmigrasi Empat SahabatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang