Mamih ngantuk gaes
.
.
.🗝️🗝️🗝️
Suara bising memenuhi penjuru kamar ketika satu buah guci mewah membentur lantai. Serpihan keramik kecil menyebar begitu saja tanpa arah dan bahkan tidak sengaja menggores pipi wanita malang yang kini terduduk usai mendapatkan tamparan keras.
"Sudah puas kamu menyudutkan saya?" Tanya Zain. Laki-laki berusia 25 tahun itu ikut berlutut dengan angkuh di hadapan Sera.
Tangan kanan laki-laki dengan jas yang masih membalut tubuh kurusnya itu mencengkram rahang Sera sampai wanita itu meringis menahan perih.
"Jawab saya!" Teriaknya. Wajah Zain begitu menakutkan.
Sera sudah muak melihat wajah itu dalam hidupnya hingga kini dia tidak mau sama sekali menatap kedua bola mata yang telah menyakitinya. Apa salah dia sebenarnya? Sera hanya menanyakan kebenaran kalau selama pernikahan mereka ternyata Zain mempunyai hubungan dengan wanita lain. Itu mungkin sudah jelas, tapi kali ini menurut Sera, Zain sudah diluar batas.
Sera hanya menanyakan hal tersebut, perkataannya pun begitu pelan dan tak menyudut sama sekali. Namun sayang, Zain dengan ambisinya malah mendorong guci di kamar mereka pun menampar Sera sedemikian rupa. Padahal Sera tengah mengandung anak pertama mereka.
"Maaf," ucapnya dengan nada hambar.
Hanya itu yang mampu terucap di bibir gemetar Sera. Tak ada kata lain apalagi kata pembelaan. Sera tahu, Zain akan sangat mudah membalikan fakta. Sudah 3 tahun bersama, jelas membuat Sera paham dengan sifat Zain.
"Apa? Maaf?" Zain mendekatkan wajahnya kemudian meludah tepat di pucuk hidung Sera yang memerah.
"Saya tidak butuh maaf kamu." Zain mendorong wajah Sera kasar sehingga rambut yang terurai panjang itu terkibas.
"Dengar baik-baik. Selama kita menikah saya tidak pernah mencintai kamu dan menganggap kamu sebagai istri. Kamu sendiri tahu, kalau saya menikahi kamu karena permintaan Papah," lanjutnya seraya berdiri dan melepaskan jas hitamnya kemudian melemparkannya ke tubuh Sera.
Perih. Kulit Sera terasa terkiris.
Sera tahu, mereka menikah karena orang tua Zain yang memaksa. Alasannya, karena Zain menyukai wanita yang seharusnya tidak pria itu sukai, orang tua Zain jelas tidak merestui.
Dan sialnya, Mama dan Papah Zain malah menjodohkannya dengan Sera sebab keluarga Sera terlilit hutang yang cukup banyak.
Sera tidak bisa menolak, apalagi mengingat wajah memelas Abah dan Uma waktu itu. Sera memang merasa perlu bertindak juga meskipun tindakan ini sangat menyakitkan untuknya.
Kedua tangan Sera mengepal. Dia muak, dia benci dengan ini semua. Sera mau kehidupan tidak layak ini berakhir sekarang juga.
Seolah diberi kekuatan. Sera berdiri membawa tubuh lemasnya di hadapan Zain. Wajahnya begitu datar tanpa ekspresi, dan itu membuat Zain tidak suka. Tidak ada sorot takut di wajah manis itu.
"Selama ini aku tahu, mas masih berhubungan dengan mbak Wulan dan aku tahan buat enggak bilang ke Mama dan Papah mas. Tapi ternyata, kalian berdua udah tidur di sini. Di ranjang kita! Aku gak bisa terima!" Tenggorokan Sera terasa kering. Mati-matian dia menahan air matanya untuk tidak keluar. Sera benci kalau harus menangis di depan bajingan macan Zain.
"Lalu? Apa masalahnya sama kamu hah? Mau ngadu ke Mama sama Papah?"
"Iya!" Jawab Sera cepat tanpa tahu bahwa jawaban itu akan sangat menyulut emosi Zain.
Zain takut kalau Papah dan Mamanya tahu, harta warisan tidak akan jatuh ketanganya melainkan ke saudara angkatnya yang penurut itu.
Itu pemikirannya waktu dulu.
Namun sekarang dia tidak peduli. Zain cinta dengan Wulan. Dan dia cukup muak hidup bersama wanita bernama Sera yang tiba-tiba datang ke kehidupannya.
Plak
"Sudah berani menaikan suara di depan saya ? Hah?" Zain tidak terima. Sera harusnya menurut dan takluk di bawahnya, Sera tidak boleh melawannya dan semala tiga tahun pernikahan Sera tidak pernah menaikan nada suaranya kecuali malam ini.
"Aku cape Mas! Aku muak!" Jerit Sera histeris, dia menjambak kuat rambutnya sampai kuku tanganya memutih. Sera lelah dengan semua ini, Sera kehilangan masa mudanya, kehilangan jati dirinya, Sera benar-benar kehilangan semuanya.
Satu dorongan kuat membuat tubuh kecil Sera terdorong dan jatuh di atas ranjang. Dorongnya begitu kuat sampai tubuh Sera memantul cukup tinggi. Kedua tangan mungil Sera memeluk perutnya seolah mencoba melindungi bayi malang di dalamnya.
"Wanita gila! Mulai detik ini kamu bukan istri saya lagi!" Ujarnya begitu lantang sampai membuat Sera terkejut. Kedua matanya memanas.
"Kemasi barang-barang yang kamu bawa dari desa tanpa menyentuh sedikitpun barang milik saya di rumah ini. Ingat, kamu tanpa uang saya, hanya onggokan sampah yang tidak berguna!"
Setelah itu Zain meninggalkan Sera dengan emosi yang membludak. Zain tidak tahu, apakah menceraikan wanita hamil itu sah atau tidak, yang jelas Zain juga muak dengan ini semua.
Zain ingin menikah dengan Wulan. Namun sayangnya, wanita itu sudah menjadi istri orang lain. Dan bodohnya, keduanya sampai detik ini masih mempunyai hubungan khusus dibalik pernikahan masing-masing.
Hubungan tidak sehat yang pastinya akan menghancurkan keluarga keduanya.
Sera tidak peduli selama tiga tahun dia dikhianati. Namun, mengetahui fakta bahwa mas Zain dan mbak Wulan melakukan hubungan badan di kamar mereka melalui video yang memang sengaja di buat untuk koleksi oleh Zain membuat Sera tidak tahan.
Sudah cukupkah penderitaan Sera selama ini?
Dari dulu Sera ingin berteriak sekeras mungkin, setegas mungkin dan secepat mungkin.
Tuhan, apakah ada yang bisa bantu aku di dunia ini? Bantu aku dari kehidupan yang mengerikan ini?
Dan malam ini, Sera terbebas. Namun dia lupa satu hal.
Zain benar, Sera tanpa harta Zain bukanlah siapa-siapa.
🗝️🗝️🗝️
Mamih gak tahu ya cerita ini bakal fast update apa slow update
Jadi jangan terlalu ditunggu
Okey
KAMU SEDANG MEMBACA
The Dragons: DUNIA RAGALA
Random"Jangan banyak bacot, bacok aja kepalanya!" Pertarungan antar anak SMA yang tiada hentinya di jalanan membuat Sera, remaja 17 yang tengah mengandung akibat pernikahan dini itu tersandung dan berakhir luruh di atas trotoar. Berharap nasib mengenaskan...