CHANDRA

19 3 2
                                    


"Duhai Allahku, Engkau pemilik segala yang ada di muka bumi ini. Dan hatiku, hatiku ada dalam genggaman-Mu. Ya Assyifa'... sembuhkan sakit yang menjadi deritaku ini, luka yang masih basah akan semakin basah jika tidak diobati".
-@hwnmaa

Burung yang terbang melingkar di bawah bayangan bulan sejak tadi berkicau. Malam-malam semakin berisik, bukan gagaknya tapi isi kepalaku. Di dalamnya penuh dengan gelas pecah yang berserakan.

Lelah, namun rasanya risau. Bangkit dari tempat tidur menuju keran untuk mengambil wudhu, membiarkan keran terus menyala karena tidak fokus. Lalu menutup aurat dengan mukena kemudian bersembahyang.

Cahaya bulan menyinari wajahku yang sedang berdoa, dari mana dia datang??. Dari jendela yang terbuka, atau dari dia yang sedang ku rindu?, arghhhhhh pikiranku semakin runyam. Semuanya terasa berantakan, melelahkan.

Untuk mengobati rasa rinduku, aku beranjak untuk melihat notifikasi kesayanganku. Nyatanya, hal itu membuatku semakin sakit. Ternyata yang aku harapkan terjadi tidak ada.

"Kenapa harus berharap lagi, ya Allah..."
gerutuku sembari memegang kepala yang rasanya mau pecah. Melihat kok yang berantakan aku ingin menatanya, namun tiba-tiba...

'pyarrrrrrrr'

Suara kaca pecah yang nyaring terdengar sampai ujung kota.

Malam itu, para khadimah yang masih terjaga di depan kompleks karena nderes kaget sekaligus takut. banyak dari mereka lari 'terbirit-birit' menuju kamar untuk bersembunyi di balik selimut. Alih-alih ingin bersembunyi, lurah pondok terbangun dan memberi instruksi untuk mendatangi sumber suara.

"Enten nopo malih?, nopo sing pecah mbak?"
(ada apa lagi?, apa yang pecah mbak?) suara lurah yang halus dan serak basahnya yang khas.
"mboten ngertos eg, kaget kabeh iki ma, astaghfirullah,"
(tidak tahu kok, kaget semua ini tadi,) saut mbak yaa selaku wakil lurah.
"ndang dipake kudunge, ayo mengajeng mbak-mbak"
(cepat dipakai jilbabnya, ayo ke depan mbak-mbak) instruksi lurah.

Tidak terasa satu jam berlalu dan jam menunjukkan pukul 01:00 WIB. Para khadimah yang ikut dalam misi pencarian barang pecah tidak menemukan apa-apa. Mbak Fud yang sedari tadi menahan suaranya akhirnya bicara juga,
"Menawi sangking ndaleme Ning Wawa"
"Tapikan Abah kalih ummik nembe umroooooh," sahut mbak yaa dengan nada ngeyel.

"Teseh enten Ning Zahwa yo mbuaakk," tegas mbak Fud.

Lurah pondok terlihat heran mendengar percakapan mereka.
"Kok kulo mboten ngertos?, Ning sendiri di rumah? kok mboten pernah keluar dia?"

"Awale kuwi sebenere ikut, tapi pas berangkat sanjange nggak enak badan, nggak kuat. Di-cancel menawi, kayaknya gitu..." ujar mbak Fud.

****
hai broo, rate untuk bab awal berapa niih. first author posting beginian ini,

mau ngelanjutin kalau viewer nya udah 50 yaa. kalau belum tercapai berarti belum update juga.

author masih banyak belajar. kalau salah ya minta duit.. eh! minta maaf maksudnya.

maapin! mohon maaf lahir dan batin yee
😚🤏🏻
see uuuuu 👊🏻🫶🏻✨

Yang Terluka Sembuh ❤️‍🩹Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang