Hujan masih rintik-rintik, suara tetesannya jadi satu-satunya yang menemani langkah Archen menyusuri trotoar. Malam sudah makin larut, tapi dia tidak peduli. Dinginnya malam tidak sebanding dengan dingin di hatinya yang baru saja mengalami perpisahan sejati—perpisahan yang tidak cuma fisik, tapi juga emosional. Dia sudah mengatakan semua yang harus dia katakan kepada Nata, dan meski jauh di dalam dirinya, masih ada secercah harapan, dia tau semuanya sudah selesai.
Archen berhenti di taman kecil di dekat apartemen Nata, tempat mereka dulu sering duduk berdua. Di bawah pohon yang sama, di bangku yang sama, Archen duduk, membiarkan kenangan mereka mengalir tanpa perlawanan. Dia mengeluarkan ponsel dari sakunya, membuka galeri, dan memutar video lama. Itu video mereka berdua—Nata sedang tertawa lepas sambil bermain air di pantai, sementara Archen yang selalu siap untuk rekam setiap detik dari momen itu.
"Lo norak, tau nggak?"Suara Nata dalam video terdengar jelas, tapi diikuti tawa yang penuh kebahagiaan.
Archen tersenyum kecil. Itu dulu, momen di mana semuanya terasa begitu sederhana, begitu bahagia. Tapi dia tahu, hidup tidak sesederhana itu lagi. Dia sudah belajar, kadang cinta saja tidak cukup. Butuh usaha, perhatian, dan kehadiran yang nyata—hal-hal yang dulu dia abaikan.
Dengan napas berat, Archen menutup galeri di ponselnya dan menatap langit. Awan gelap masih menyelimuti, tapi di baliknya, dia tahu ada bintang yang sedang bersinar. Mungkin tidak kelihatan sekarang, tapi mereka ada di sana. Sama seperti cinta yang dia punya untuk Nata—tidak selalu kelihatan, tapi selalu ada. Namun, sekarang dia sadar, cinta itu tidak perlu ditunjukkan lagi kepada Nata. Sekarang saatnya dia mencintai dirinya sendiri.
Hujan mulai mereda, meninggalkan aroma tanah basah yang segar. Archen berdiri, merapikan jaketnya, dan mulai berjalan pulang. Malam ini, ada sesuatu yang berbeda dalam langkahnya—bukan lagi langkah penuh beban, tapi langkah ringan yang penuh dengan penerimaan.
Dia mungkin tidak akan pernah bisa sepenuhnya melupakan Nata, dan itu bukan masalah. Tapi yang penting, dia tau sekarang: melepaskan bukan berarti kehilangan. Kadang, melepaskan adalah satu-satunya cara untuk benar-benar menghargai apa yang pernah ada.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
When I Was Your Man JoongDunk (END)✓
Fanfiction" penyesalan datang saat semuanya sudah terlambat. Semoga kamu bahagia di sana, dengan seseorang yang bisa memberimu cinta yang dulu tak sempat kuberikan. "