#9 Can't Take It Anymore

64 5 0
                                    

Hujan deras mengguyur kota, sama seperti malam ketika Archen terakhir kali berbicara dengan Nata. Tapi kali ini, dia tidak ada di depan apartemen Nata. Dia duduk sendirian di kamarnya yang remang-remang, hanya diterangi lampu meja yang nyaris padam. Di depannya, ponsel tergeletak dengan layar menyala, memperlihatkan foto terakhir Nata yang baru saja dia lihat di Instagram—Nata dan pacar barunya, berlibur ke tempat yang dulu Archn dan Nata impikan bersama.

Archen menatap layar itu, air matanya akhirnya jatuh tanpa bisa ditahan lagi. Semua emosi yang dia pendam selama ini, semua rasa sakit yang dia coba abaikan, sekarang menyeruak keluar seperti banjir besar yang tidak bisa dihentikan.

Tangannya gemetar saat dia mengetik pesan terakhir, untuk Nata. Dia tidak tau apakah Nata akan baca atau tidak, tapi dia tetap mengetik, berharap kata-kata ini bisa melepaskan sebagian dari rasa sakit yang dia rasakan.

"Gue sayang sama lo, Nat. Gue selalu sayang. Gue minta maaf karena gue nggak bisa jadi orang yang lo butuhin. Gue coba hidup tanpa lo, tapi gue gak kuat. Maaf kalau gue harus pergi. Gue cuma pengen lo bahagia, meskipun itu tanpa gue."

Archen mengirim pesan itu dan menutup matanya, air mata terus mengalir. Dia tau ini adalah akhir. Bukan karena dia lemah, tapi karena cinta yang dia rasakan terlalu kuat. Terlalu dalam. Dan kehilangan itu, terlalu menyakitkan.

Di meja sebelahnya, sebotol pil yang dia beli beberapa hari lalu tergeletak. Perlahan, Archen mengambilnya, membuka tutupnya, dan menatap isinya. Dia tahu apa yang dia lakukan salah, tapi dalam pikirannya yang terfragmentasi, dia tidak melihat jalan keluar lain. Semua jalan menuju kebahagiaan terasa tertutup rapat.

Dia menelan beberapa pil pertama, lalu lagi, dan lagi. Tubuhnya mulai terasa ringan, seperti melayang, dan kepalanya perlahan menjadi kosong. Rasa sakit yang selama ini mengisi setiap sudut jiwanya mulai memudar, digantikan oleh keheningan yang aneh, hampir damai.

Archen tersenyum kecil, senyum terakhir yang terasa lebih seperti kelegaan daripada kebahagiaan. Dia berbaring di tempat tidur, tubuhnya semakin lemah, matanya mulai tertutup perlahan. Dalam kesunyian itu, hanya ada satu nama yang terus dia ulang dalam pikirannya.

"Nata..."

Dan malam itu, Archen akhirnya tertidur, untuk selamanya.

When I Was Your Man JoongDunk (END)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang