BAB 5

5 1 0
                                    

Saat ini Kean tengah berada di pantai langganannya. Kean mencari kerang kerang kecil dan mengumpulkannya di tangan kirinya.

Saat pandangan Kean yang terus menatap kebawah untuk mencari kerang, tiba tiba ada kaki yang berdiri di depannya. Kean mendongak menatap siapa pemilik kaki tersebut

"Lepasin kerang kerang itu".

"Kenapa harus gue lepasin? Orang gue sendiri yang nyari". Kean tidak menggubris ucapan perempuan itu yang tak lain adalah Keira.

"Lepasin. Mau kamu apain kerang kerang itu? Mereka berhak hidup". Keira menghentakkan kakinya kesal, dia menatap punggung Kean yang sedikit jauh darinya

"Mau gue bakar". Kean tersenyum miring tanpa sepengetahuan Keira, karena posisi Kean membelakangi Keira

Keira tampak terkejut. Ia menghampiri Kean dan menarik tangan kiri kean sehingga membuat kerang kerang yang Kean kumpulkan berjatuhan

Kean menggigit bibirnya dengan kesal. Tatapannya tertuju ke Keira dengan penuh dendam

"Lo maunya apasih? Lo udah gue tolongin pas mau bundir. Ini Lo malah ngelarang gue buat ngumpulin kerang, emang pantai ini punya Lo?!". Tatapan Kean menajam kearah Keira. Keira yang melihat itu merasa sedikit takut

Ia memundurkan badannya dan menunduk. Keira memunguti beberapa kerang yang berjatuhan dan mengembalikannya ke Kean

"Yaudah nih ambil. Tapi jangan di sakitin, kasian". Bibir Keira mengerucut, sedangkan kean menahan senyumnya melihat tingkah Keira

Kean menyaut kerang ditangan Keira dan pergi meninggalkan Keira yang masih termenung

Keira berlari kearah batu besar meninggalkan Kean.

"Kok gaada suara cewek itu ya?". Kean berbalik badan, ia celingukan karena Keira sudah tidak ada ditempatnya.

Pandangan Kean menatap hamparan laut yang luas, ia menyipitkan pandangannya ketika melihat di tengah laut seperti ada ikan lumba lumba yang melompat lompat.

Kean menajamkan penglihatannya "itumah bukan lumba lumba njir. Kayak manusia, tapi masa sih?"

Kean bergidik ngeri dan segera meninggalkan pantai tersebut sambil membawa kerang kerang ditangannya

🎸🎸🎸

"Emang paling the best deh pisang goreng buatan bunda Lo".

Saat ini rumah Kean kedatangan tamu, siapa lagi jika bukan Althan.

Althan memilih pergi kerumah Kean karena dia suntuk menghadapi berkas berkas di hadapannya, Althan telah dilatih untuk menjadi penerus perusahaan milik ayahnya karena Althan juga anak tunggal, sama seperti Kean

"Jadi Lo kerumah gue cuman pengen nyobain pisang goreng buatan bunda gue?". Kean menatap sinis kearah Althan yang masih lahap memakan pisang goreng buatan ibunda Kean

"Nggak juga sih, gue bosen dirumah liatin kertas kertas yang isinya tulisan doang. Males ah mata gue lama lama jadi buta".

Kean tertawa melihat wajah sahabatnya yang seperti tersiksa oleh kehidupan. Sedangkan Althan tidak terima di tertawakan oleh Kean seketika Althan menjejeli mulut Kean dengan pisang goreng

"Mampus Lo". Althan puas melihat Kean yang kesusahan mengunyah pisang goreng di mulut nya.

Mereka berdua tengah bersantai di teras rumah Kean. Sambil menikmati gerimis yang tidak terlalu lebat

Lautan dan IsinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang