"Lo itu ga pantas jadi seorang kapten JKT48."
"El Pilar."
"El Blunder."
"Grad aja lo, ga guna lo jadi kapten JKT48. Ga becus."
Gracia menatap layar ponselnya. Komentar-komentar itu membanjiri media sosialnya.
Hinaan, makian, dan sindiran tajam terus mengalir.Matanya mulai panas, tapi ia menghela napas dalam-dalam. Tidak, ia tidak boleh menangis.
"Cigree!"
Gracia tersentak. Suara ceria yang familiar memanggilnya.
"Christy?"
Christy melangkah mendekat, alisnya sedikit mengernyit. "Cigree kenapa melamun? Lagi mikirin apa?"
Gracia menggeleng cepat, mencoba tersenyum. "Nggak, nggak ada apa-apa," katanya, lalu berdiri.
"Cigree mau ke mana?" tanya Christy lagi.
Tanpa menjawab, Gracia melangkah pergi.
Christy memandang kepergiannya dengan kesal. "Cigree aneh banget hari ini..." gumamnya.
Latihan koreografi dimulai, tapi Gracia tidak bisa fokus. Pikirannya masih kacau.
"El Pilar itu bukan Freya, tapi Christy."
Ucapan yang ia lontarkan beberapa waktu lalu kini jadi bahan hujatan. Ia hanya ingin memberi semangat, tapi sekarang... semuanya terasa salah.
Kakinya melangkah ke kiri padahal harusnya ke kanan.
"Shania Gracia, kenapa kamu nggak fokus?"
Gracia tersadar. Pelatih mereka berdiri dengan tangan di pinggang, menatapnya tajam.
"Maaf, Kak," ucapnya buru-buru.
"Kalau kayak gini terus, bisa-bisa kita kacau saat tampil! Saya sudah bilang, fokus itu penting!" Pelatih menghela napas kasar lalu pergi meninggalkan mereka.
Ruangan latihan sunyi. Semua mata tertuju pada Gracia.
"Cigree kenapa?" bisik salah satu member.
"Gara-gara Cigree, nih," celetuk suara lain.
"Olla!" Adel menegur dengan tajam.
"Emang kan?" Olla mengangkat bahu. "Siapa suruh dia bikin pelatih marah?"
"Lo sadar nggak sih? Dia itu kapten kita!" bentak Adel.
"Kapten? Hah!" Olla mendecih. "Kapten macam apa yang ngomong kalau pilar JKT48 itu Christy, bukan Freya?"
Deg!
Gracia menahan napas. Kata-kata itu...
Adel langsung melangkah mendekati Olla, mencengkeram kerah bajunya. Matanya berkilat marah.
"APA LO BILANG?! CIGREE BILANG PILAR JKT48 ITU KITA SEMUA! SELURUH MEMBER JKT48!"
Adel nyaris melayangkan tinjunya kalau saja Gita, Eli, Oniel, Shani, dan Greseel tidak menahannya.
"Sudah, Del!" Oniel menenangkan.
"Fakta, kan?" Olla masih menantang.
"FAKTA DARI MANA, HAH?! LO ITU KEBANYAKAN DENGER OMONGAN PEMBENCI!"
Gracia tidak sanggup lagi. Dadanya sesak. Ia berlari keluar, air matanya mengalir di pipinya.
"Cigree!" Christy berusaha mengejarnya.
Tapi Gracia terus berlari.
Hening.
Adel dan Olla masih berhadapan, sama-sama penuh emosi.
"Kenapa dia nggak sekalian aja pergi selamanya?" gumam Olla. "Lo nggak kasihan sama mentalnya?"
Adel terdiam.
"Kenapa diam?" Olla menantangnya.
Adel mengepalkan tangan. "Lo pikir lo peduli?!"
"Justru gue peduli!"
Adel tidak tahan lagi. Kepalan tangannya melayang, tapi Olla sempat menangkis. Keributan pecah. Tidak ada yang berani melerai mereka.
Shani mencoba maju, tapi Gita menahannya.
"Sebaiknya jangan," ujar Gita pelan.
"Tapi—"
"Kalo nggak mau kena imbasnya, jangan."
Shani mengabaikan peringatan itu. Ia maju, berusaha menghentikan pertengkaran.
Adel mengambil stik bisbol dari samping ruangan.
"Adel, STOP!"
Terlambat.
DUG!
Ruangan membeku.
Bukan Olla yang terkena pukulan itu.
"Ci... Shani!"
Shani tersungkur, tangannya memegangi belakang kepalanya yang berdenyut sakit.
Adel terpaku. "Ci Shani... maafin Adel...!"
Shani hanya mengacungkan jempol, wajahnya menahan sakit.
"Adel tolol," desis Olla.
"APA LO BILANG?!"
"Sudah!" Manajemen akhirnya turun tangan. "Bawa Shani ke ruang kesehatan. Adel dan Olla ikut saya."
Gracia masih belum kembali.
Dan ruangan latihan terasa lebih dingin dari biasanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
A JKT48 captain who is strong in facing the problems he faces (REVISI)
Action"Cigree, ga boleh nyerah ya? tetap jadi cigree yang aku kenal"