chapter 2

4 2 0
                                    

Chapter 2: "Tempat yang Salah, Waktu yang Tepat"

Meilae berjalan di samping Gustav, berusaha menjaga ketenangan meskipun hatinya berdebar kencang. Sebenarnya, dia masih tidak percaya bisa bertemu dengan Gustav di hari pertama setelah dia tiba di tahun 2006. Tapi kemudian muncul pertanyaan besar: apa yang harus ia lakukan selanjutnya? Dia terjebak di masa yang asing, tanpa persiapan apa pun, dan satu-satunya yang ia andalkan adalah Gustav.

"Are you hungry?" tanya Gustav dengan ramah.

Meilae yang memang merasa lapar, karena proses shifting yang ia lakukan semalam membuatnya belum sempat sarapan, langsung mengangguk cepat.

"Yes! I mean... um, yes, I'm a bit hungry," jawabnya sedikit canggung, berusaha tidak terlihat terlalu antusias. Gustav tersenyum lagi dan mengajak Meilae berjalan ke arah kafe terdekat.

Sepanjang jalan, Meilae berusaha tidak terlalu terpesona melihat lingkungan sekitarnya. Mobil-mobil tua, papan iklan, hingga mode pakaian orang-orang yang ia lihat membuatnya yakin kalau ini benar-benar tahun 2006. "Ya ampun, ini semua nyata," batinnya sambil berjalan.

Mereka tiba di sebuah kafe kecil yang tampak klasik dan ramai dengan anak muda. Gustav memilih meja di sudut, dan mereka duduk berhadapan. Saat melihat menu, Meilae terdiam. Semuanya tertulis dalam bahasa Jerman, dan dia tidak mengerti satu pun kata di sana.

Gustav, yang sepertinya menangkap kebingungannya, tertawa pelan. "Let me guess, you can't read German either?"

Meilae tertawa canggung, mengangguk. "I only know a few words... like 'Danke' and... 'Kartoffel'?" jawabnya asal. Gustav menahan tawa.

"'Kartoffel' means 'potato'," jawabnya sambil tertawa, membuat Meilae ikut tertawa malu. "How about I order for you?"

"Sure, thank you," jawab Meilae dengan senyum manis. Dalam hati, ia merasa sangat beruntung bisa bertemu Gustav, apalagi dia sangat baik dan pengertian.

Setelah Gustav memesan makanan untuk mereka, suasana menjadi lebih tenang. Meilae akhirnya bisa merasa sedikit lebih santai dan mulai bercakap-cakap tentang hal-hal ringan. Gustav ternyata sangat ramah dan humoris. Mereka membicarakan musik, sedikit tentang Jerman, dan Gustav sempat bercerita tentang kehidupan bandnya. Meilae mendengarkan dengan antusias, merasa seperti berada dalam mimpi.

Namun, momen itu tidak bertahan lama. Saat makanan tiba, Meilae melihat ada sepiring besar kentang goreng, burger dengan ukuran jumbo, dan semangkuk salad. Ia menatapnya bingung. "What is this?" tanyanya pelan.

Gustav tertawa lagi. "Well, you said you knew 'Kartoffel'. So, I ordered something with potatoes. And also, a burger, just in case."

Meilae tertawa sampai perutnya sakit. "I only know the word, not because I like it!" jawabnya. Gustav tertawa lebih keras kali ini.

"Well, I guess you'll have to get used to potatoes if you're staying here," jawabnya santai.

Saat mereka makan, tiba-tiba terdengar suara gaduh dari meja sebelah. Dua remaja laki-laki berdebat dengan bahasa Jerman, dan salah satu dari mereka menjatuhkan minumannya hingga menyiprat ke arah meja Meilae dan Gustav. Meilae terkejut saat air dingin menyiram bajunya.

"Ugh!" serunya refleks, berdiri dari kursinya. Bajunya basah, dan ia melihat noda minuman mulai meresap. Remaja yang tadi menjatuhkan minuman langsung meminta maaf dalam bahasa Jerman yang cepat, sementara Meilae hanya bisa berdiri bingung dan menahan rasa jengkel.

Gustav segera berdiri dan berbicara dengan anak-anak itu. Setelah beberapa saat, dia kembali menatap Meilae dengan wajah bersalah. "I'm so sorry about that. They're just kids, and they didn't mean it."

Meilae menarik napas panjang, berusaha menahan tawa yang tiba-tiba muncul. "It's okay. It's just... kind of funny, I guess. My first day here and I already got soaked," katanya sambil tertawa kecil.

"Let's go get you something dry to wear," Gustav menawarkan. Meilae mengangguk, dan mereka pun bergegas meninggalkan kafe itu.

***

Setelah berjalan beberapa blok, mereka tiba di sebuah toko pakaian kecil. Meilae masuk ke dalam, sementara Gustav menunggu di luar. Meilae merasa canggung saat melihat deretan pakaian dengan gaya tahun 2000-an. Ada banyak jeans baggy, jaket kulit, dan t-shirt dengan logo besar. "Oke, ini benar-benar gaya lama," pikirnya sambil memegang satu per satu baju.

Saat memilih baju, Meilae melihat sebuah kaus hitam dengan tulisan besar "Tokio Hotel" di depannya. "Ini seperti takdir," gumamnya sambil tersenyum. Ia membawa kaus itu dan sebuah jeans ke ruang ganti.

Namun, ketika dia keluar, Gustav tampak tertawa terbahak-bahak. "What? Do I look weird?" tanya Meilae bingung.

"No, no... it's just... you're wearing my band's shirt!" Gustav menunjuk ke arah kausnya.

Meilae tersipu malu. "I know, but... it's the only thing that felt right to wear."

Gustav masih tertawa. "Well, you look like the biggest fan now."

Meilae pura-pura memukul bahu Gustav dengan tawa kecil. "Hey, it's the least I can do for meeting you and getting you to help me today!"

"Fair enough," jawab Gustav. Mereka berdua tertawa lagi, dan Meilae merasa lebih rileks.

Saat mereka melanjutkan perjalanan, Gustav mengusulkan untuk mengantarnya ke tempat tinggalnya. "So, where are you staying?" tanyanya.

Meilae terdiam. Ia tidak punya tempat untuk menginap. "Um, actually... I don't have a place to stay," jawabnya pelan, merasa malu.

Gustav menatapnya serius. "You're really here alone, aren't you?" Meilae hanya bisa mengangguk. Gustav terdiam sejenak, kemudian tersenyum.

"You know what? You can stay with us for a while," tawarnya.

Meilae terkejut. "Are you sure? I don't want to be a bother..."

"No, it's fine. We have an extra room, and my bandmates are used to having guests around. Plus, you're a fan, right? I'm sure they'll be excited to meet you," jawab Gustav dengan semangat.

Meilae tersenyum lebar. "Thank you so much, Gustav."

Gustav mengangguk, dan mereka berdua melanjutkan perjalanan dengan obrolan ringan dan canda tawa. Di dalam hati, Meilae merasa perjalanan ini akan lebih seru dari yang ia bayangkan. Mungkin ini tempat yang salah, tapi waktu yang tepat untuk memulai sesuatu yang luar biasa.

_______________________________________________
TBC
-----

_______________________________________________TBC-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gustav Schafer

Jangan buat lupa kasih kritik dan sarannya!

Because YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang