Nyanyian Rindu di Antara Sepi

18 8 9
                                    

Sepi selalu setia menemani, menjadi satu-satunya suara di antara gema keheningan. Ketika dunia terdiam, aku mendengar monolog hatiku, suara yang hanya bisa kuutarakan dalam bisikan tanpa kata. Sunyi menjadi pelipur lara, menjadi pelabuhan di mana semua perasaan berlabuh, terikat erat oleh rantai rindu.

Setiap detik yang berlalu, rindu itu tumbuh seperti badai. Ia datang tanpa permisi, melahap semua sudut pikiran, mengisi kekosongan yang tidak pernah kuminta. Aku berbicara pada langit yang bisu, berharap angin membawa pesan rinduku padamu—sebuah harapan yang mungkin takkan pernah sampai.

Monolog ini adalah caraku mencintaimu dari jauh, tanpa kau tahu. Sebuah percakapan yang hanya bisa kutuliskan di atas lembar-lembar kertas, di dalam doa-doa yang sunyi. Aku menuliskannya di sini, bukan untuk didengar, tetapi agar perasaanku tak tertinggal dalam ketiadaan.

Di setiap senja yang datang, aku berdiri sendiri, menatap warna langit yang mulai memudar. Ada rasa yang tertinggal di sana—seperti rindu yang tak terbalas, sebuah penantian yang tak tahu ujungnya. Dan di tengah segala kesunyian ini, ada aku, yang masih berharap meski tak tahu sampai kapan.

Monolog SunyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang