Aku melangkah dalam gelap, Berusaha mencari cahaya yang seakan tak pernah ada. Sunyi menghimpit di setiap sudut ruang, Menggigit jiwa yang lelah menunggu.
Apakah semua ini hanya ilusi? Seperti angin yang datang tanpa terlihat, Menghempaskan segalanya dalam diam, Menghancurkan keheningan menjadi jerit tak bersuara.
Ada kalanya aku ingin berseru, Menggugat segala yang ada dalam sunyi. Namun, lidahku kelu, tak bisa lagi mengeja rasa, Dan aku terjebak dalam pusaran kebisuan yang pekat.
Tidakkah kau mendengar? Di antara deru nafas yang berat, Ada isak tak terdengar yang terus bergema. Menahan tangis, meredam getir, menahan luka.
Sunyi ini bukan ketenangan, Melainkan perih yang terus meneteskan air mata. Dalam gelap aku meraba, mencari jejak langkah yang hilang, Namun semuanya pudar, hilang tak berbekas.
Apakah aku harus menyerah pada sunyi ini? Ataukah harus terus menggali, Meski hanya menemukan ruang kosong yang menyakitkan, Yang takkan pernah mengisi kekosongan hatiku?
Bicaralah padaku, wahai sunyi. Biarkan aku mendengar suaramu, walau sejenak. Agar aku tahu, bahwa dalam diam yang memekakkan ini, Masih ada satu bisikan kecil yang menyentuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monolog Sunyi
Short Story"Monolog Sunyi" adalah kumpulan cerita pendek yang menyelami suara-suara tersembunyi dalam hati manusia. Setiap cerita disajikan sebagai monolog dari tokoh-tokoh yang merasa terisolasi dan terasing dalam kehidupan mereka. Melalui monolog ini, mereka...