Pesan Terakhir Seorang Ibu

69 27 10
                                    

Di sudut ruangan yang kini terasa hampa, seorang ibu duduk terdiam, merenungi setiap detik yang berlalu. Waktu seolah berhenti, menyimpan segala kenangan tentang anaknya yang telah pergi jauh. Namun, di dalam hatinya, ia masih menyimpan begitu banyak kata-kata yang belum terucap, pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada sang anak.

"Anakku,"

Ibu itu mulai bicara, suaranya lirih, nyaris tak terdengar, seolah takut merusak keheningan yang menyelimuti.

"Ketika kau lahir, aku merasa telah menemukan setengah dari jiwaku. Kau adalah cahaya dalam gelap, penyejuk dalam badai, harapan dalam ketidakpastian. Setiap hari melihatmu tumbuh adalah anugerah terbesar dalam hidupku."

Ia terdiam sejenak, mengenang tawa riang yang dulu memenuhi rumah itu. Tapi kini, hanya sunyi yang tersisa.

"Namun waktu tak selalu bersahabat, anakku. Kau telah memilih jalanmu, meninggalkan rumah ini untuk mengejar mimpi-mimpimu. Aku tahu, suatu hari kita semua harus berpisah, tapi sebagai seorang ibu, hatiku selalu berharap kau akan kembali, meski hanya untuk sejenak."

Air mata mulai mengalir di pipi ibu itu, namun ia tak berusaha menghapusnya. Tangisnya adalah ungkapan cinta, penyesalan, dan kerinduan yang tak terucapkan.

"Ada begitu banyak hal yang ingin kuucapkan padamu, tapi waktu kita begitu singkat. Mungkin aku tak selalu mampu memberikan yang terbaik, tak selalu hadir di saat kau membutuhkan. Tapi percayalah, cintaku padamu tak pernah berkurang sedikitpun."

Ia terisak, suaranya semakin lemah, namun ia bertekad menyelesaikan pesannya.

"Jaga dirimu baik-baik di sana, anakku. Apapun yang terjadi, jangan pernah lupakan dari mana kau berasal, rumah ini, cinta ini. Aku akan selalu menunggumu, di sini, di tempat ini. Dan jika suatu hari kau merasa lelah, jika dunia terasa terlalu berat, ingatlah bahwa selalu ada tempat untukmu di sini, di hati seorang ibu yang tak pernah berhenti mencintaimu."

Ibu itu menutup matanya, merasakan damai yang perlahan-lahan menyelimuti. Di dalam hatinya, ia tahu, pesan terakhir ini adalah cara terbaik untuk melepaskan, namun tetap mencintai, di dalam sunyi.

Monolog SunyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang