Chapter III

7 1 0
                                    

Sejak hari itu Diana dan Rafan semakin dekat, hampir setiap hari saat jam kosong, istirahat atau lagi gak mood belajar alias bolos Diana dan wRafan bertemu di rooftop seakan-akan telah janjian hanya untuk membicarakan segala hal hal random.

Pagi itu... Lagi lagi Diana terlambat lagi tapi kali ini dia tidak bersama dengan sahabatnya itu.

Dengan sekuat tenaga dia berlari dari halte bus menuju gerbang sekolahnya namun sayang sekali, dari jauh sudah terlihat pagar besi disana sudah tertutup rapat dan beberapa siswa yang namanya sedang berbaris menunggu nama mereka ditulis oleh salah satu anggota osis disana.

Diana yang melihat itu mengurungkan niatnya untuk melalui gerbang utama. Sebuah ide terlintas di kepalanya, Diana dengan cepat menuju pagar samping yang memang posisinya lebih mudah dipanjat dibanding sisi pagar lainnya.

Bruk

Diana bergegas melempar tasnya melewati pagar batu itu lalu mulai memanjat pagar itu. Setelah berhasil, dia bersiap untuk berlari menuju kelasnya namun sebuah suara membuatnya menghentikan langkahnya.

"mengapa anda sangat terburu-buru nona Diana Carissa yang terhormat?"

Diana sangat mengenal suara itu, suara itu adalah orang yang sering dia temui di rooftop setiap ada kesempatan, ya itu benar... orang itu dia Rafan Alfareza.

Diana mengatur nafasnya yang sempat kaget karena suara Rafan itu, lalu perlahan-lahan mulai berbalik melihat Rafan yang sedang bersandar di salah satu pohon disana dengan tangan terlipat didepan dada disertai wajah yang sinis.

"Ha ha ha" tawa Diana canggung.

"apa yang lo lakuin disana fan? Bukannya lo harusnya lagi di gerbang depan buat catat nama-nama siswa yang lagi telat?" lanjut Diana mencoba mengalihkan pembicaraan sekaligus mencairkan suasana".

"udahlah Diana, gw udah tahu semua trik lo itu" balas Rafan dengan nada yang terkesan sinis.

"haaah, oke fan gw nyerah bisa nggak lo ampunin gw sekali inii aja? Pleasee" Diana mencoba membujuk dengan muka memelasnya namun yang dia dapatkan hanya tatapan datar dari 'teman' nya itu.

"haaah, udah yang keberapa ini dian? Gw sudah bosan liat lo telat mulu tau? Gw pikir hari ini lo bakalan cepet sampai soalnya gw ngeliat Felicia udah dari tadi nyampenya".

"hari ini gw nggak bareng feli, katanya dia telat mulu kalau nungguin gw gitu".

"ya, berarti sumbernya emang di lo,sebenernya lo itu bangun jam berapa sih? Heran gw"

"Pagi kok tapi habis bangun tidur lagi hehe"

"haha, hehe udah mending lo ikut gw sekarang". Setelah mengatakan itu Rafan menarik tangan Diana tapi tidak terlalu keras.

Diana hanya pasrah ditarik karena sudah tahu dia bakalan dihukum.

>>>>

Saat ini Diana sedang berada di rooftop sedang menunggu Rafan sembari menikmati angin sepoi-sepoi yang mengenai wajahnya.

Entah sejak kapan Diana mulai menyukai berada di rooftop hanya untuk menunggu Rafan.

"kayaknya gw suka sama Rafan deh?..." gumamnya tiba-tiba.

"tapi kenapa?"

Saat sedang melamun suara pintu terbuka terdengar disertai suara langkah kaki menuju Diana.

Diana tersentak kaget saat dua tangan besar menutup kedua matanya.

"argh! Lo siapa njir! Lepas nggak! Lepas!" dengan sekuat tenaga Diana melepaskan kedua tangan itu lalu bergegas berbalik melihat orang yang sudah berani mengganggu ketenangan nya itu.

"hhhaaha". Seketika Rafan ketawa ngakak sambil terduduk memegang perutnya.

Seakan akan ada perempatan imajinatif yang muncul di dahinya, Diana tersenyum tetapi matanya tidak.

Diana berjalan pelan mendekati Rafan. Rafan tidak menyadari ada bahaya yang mendekat kearahnya ia masih pada posisi yang sama sambil tertawa dengan keras.

Diana menindih punggung Rafan mendorongnya kelantai disertai dengan cubitan maut dari tangan Diana itu.

"aakh! aakh! Sakit Di sakit! Minta maaf Diana gw minta maaf aakh! Please Di ampunin gw"

Rafan terus memohon pada Diana agar dilepaskan. Namun karena permintaan tak diindahkan Rafan membalik tubuh mereka berdua, dimana Diana berbaring menatap Rafan dari bawah sedangkan Rafan menatap Diana dari atas.

Kegiatan mereka berdua terhenti, mereka hanya terdiam saling menatap satu sama lain.

Diana yang pertama kali tersadar. "ekhem l-lo bi-bisa minggir nggak??" nada bicara Diana seketika menjadi gagap karena terlalu gugup menatap wajah orang yang disukainya itu.

"Pacaran yuk!" ajak Rafan tiba-tiba.

"w-what? Apenih tiba-tiba? Nembak? Udah nggak aesthetic lagi, gw terima nggak ya? Tapi nanti keliatan banget kalo gw udah suka sama dia, gimana nih? Aakhh!" dari luar Diana memang terlihat memasang wajah datar tapi sebenarnya pikirannya sedang bekerja keras.

Rafan yang tidak melihat respon dari Diana merasa kecewa, tapi dia berusaha menutupinya. Dia tersenyum tipis lalu bangkit dari posisi yang sedikit ambigu? Itu.

"gapapa kok, lo nggak usah jawab gw cuman ngungkapin aja kok"

"lo beneran mau pacaran ama gw?" tanya Diana sambil menunduk.

"iya" jawab Rafan mantap

"kenapa lo mau pacaran ama gw?"

"karena gw suka sama lo, nggak ralat gw cinta sama lo"

Diana terdiam sejenak lalu kembali melanjutkan. "kenapa gw? Kan masih banyak yang lebih cantik dari pada gw? Lebih baik dari pada gw? Gw cuman siswa biasa yang hobinya keluar masuk BK sedangkan lo itu ketua osis yang udah terkenal sama semua sifat² baiknya.

" Karena gw sukanya sama lo, cintanya sama lo, nyamannya sama lo, tanpa sadar sejak hari itu gw selalu mikirin lo..."

"hari itu? Maksudnya pertama kali kita ketemu di rooftop?"

"tidak maksudku hari itu..."

Flashback
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc~~

Me At That TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang