Chapter VIII

0 0 0
                                    

"ya bang ya! Ada feli kok bang, izinin gw pergi ya bang? Nggak berdua doang kok ada Feli juga nanti" Diana terus menggoyangkan tangan Dariel sembari memohon untuk diberi izin.

"tapi puncak jauh nana, kalian harus nginap sedangkan ada cowok juga yang ikut kalau cuman kalian berdua aja gapapa tapi si Refan? Rapan? Siapa sih namanya? pokoknya pacar kamu itu ikut kan?" Dariel mencoba membujuk adiknya itu agar menyerah dengan keinginannya.

"Rafan bang El Rafan."

"ya itu Rafan Rafan itu, pokoknya nggak ya! ingat itu"

"tapi gw mau kepuncak bang" Air mata sudah siap meluncur dari kedua mata Diana.

"Haah...yaudah boleh lo kepuncak" pasrah Dariel tidak tega melihat adik satu-satunya itu.

"yeeyyy"seru Diana senang.

" tapi dengan syarat gw harus ikut, gw belum percaya ama si Rafan Rafan itu. Kalau nggak boleh izinnya abang tarik titik. "

Diana berpikir sejenak," yaudah deh bang tapi Felicia tetep ikut ya soalnya gw udah janji ama dia.

"iya gapapa"

>>>>

"Gimana Na?"

"abang kamu ngizinin?" timpal Rafan.

"ngizinin kok tapi dengan syarat dia ikut"

"oouh gapapa sih gw nggak masalah"

"Yaudah deh gw pasrah aja yang penting jadi ke puncak" pasrah Felicia.

>>>>

Saat ini disebuah mobil Diana sedang tertawa terbahak-bahak karena berhasil menipu kakak satu-satunya itu.

Saat pagi pagi buta Diana sudah berangkat menuju rumah Rafan untuk mengajaknya berangkat bersama meninggalkan kakaknya yang masih terlelap di kasurnya, dan hanya meninggalkan secarik kertas yang ia tempel di handphone abangnya itu. "gw duluan ya abang barang gw udah gw bawa gausah khawatir, jangan lupa jemput sahabat gw, oh iya bawa mobilnya pelan-pelan aja takut sahabat tercinta gw lecet. Tertanda Adik abang yang imut kiyowo."

"kamu gak takut abang kamu marah?" khawatir Rafan.

"tenang aja abang gw gabakal marah palingan kesel aja" Diana terkekeh.

"image gw di depan abang ipar gimana nih?"

"gapapa gausah khawatir"

"Yaudah deh"

Sedangkan ditempat lain tepatnya di mobil Dariel, sepanjang perjalanan dia terus menggerutu melampiaskan kekesalannya.

"kalem dong bang El tenang aja, Diana pasti baik-baik aja kok. Gw yakin Rafan bisa jagain Diana kok."

"tapi tetep aja Fel gw nggak tenang, apalagi gw juga belum pernah ketemu ama pacar si bocil itu."

"udah gapapa sekarang bang El harus fokus nyetir dulu" Felicia berusaha membujuk Dariel.

"hmm"

>>>>

Diana dan Rafan telah sampai di villa yang telah mereka sewa dari jauh- jauh hari sebelumnnya.

"lo istirahat aja dulu Diana gw mau keliling dulu liat Villa ini."

"Hmm iya" jawab Diana malas

Diana baru saja merebahkan tubuhnya di kasur di salah satu kamar di villa itu saat ia mendengar teriakan Abangnya dari luar.

"Diana! cil! Diana!" teriakan Dariel menggelegar di seluruh villa"

Sedangkan Felicia hanya memandang Dariel malas lalu lanjut melangkahkan kakinya menuju sofa untuk menjadi penonton baris paling depan pertengkaran saudara ini.

Diana turun dari lantai dua.

"gk teriak-teriak bisa kali bang" Diana merolingkan bola matanya malas.

"sini lo bocil" Dariel berlari mendatangi adiknya yang sedang berjalan santai kearahnya.

Diana refleks menghindar dari abangnya itu.

"sini nggak lo cil!" Dariel masih berusaha menangkap Diana.

"nggak mau wlee"

"sialan sini nggak!"

"nggak mau ih"

Kedua saudara itu sibuk kejar-kejaran sedangkan Felicia yang sudah mengeluarkan makanan hanya tertawa sembari memakan cemilan.'serasa nonton drama india kali ya Fel?'

"udah dong bang capek gw"

"Yaudah, gw juga capek"

Saat Diana lengah Dariel mengapit leher Diana tidak berniat melepasnya.

"bang! Katanya capek, abang curang pokoknya! Lepas bang!" Diana berusaha melepaskan diri tapi tidak berhasil.

"lepas bang! Ketek lo bau!"

Dariel dibuat kesel sekali lagi, dia semakin mendekatkan ketiaknya kehidung Diana.

"makan nih bau, cium cium enak aja lo ngomong ketek gw bau. Cium nih sampe mampus"

"ih bang lepas nggak! Lepas bang!"

Dariel tertawa melihat adiknya tersiksa. 'ih psikopat lo El"

Diana mencubit pinggang Dariel keras, membuatnya berhasil melepaskan diri dari Dariel.

"lo kok jahat banget sih bang! Sama adek sendiri lo ini. Heran"

"bomat, siapa suruh lo ngeselin banget"

Setelah tenang mereka berdua beralih duduk di sofa tempat Felicia duduk.

"lho? Kok cepetan banget kelarnya sih nggak seru dong" kecewa Felicia.

Diana dan Dariel hanya melayangkan tatapan sinis kearah Felicia sedangkan Felicia dengan santai ya tertawa.

"pacar lo mana Na? Dari tadi nggak kelihatan" heran Felicia.

"iya cil mana pacar kurang ajar lo itu berani-beraninya ngebawa adek gw nggak izin dulu, Nggak gw kasih izin tau rasa.

" dih sok banget lagian nggak butuh restu lo bang gw cuma butuh restu ayah ama bunda. "

" lagian bukan dia yang asal bawa gw pergi tapi gw yang maksa dia buat jalan duluan soalnya abang gabakal ngizinin gw berangkat bareng pacar gw."

"udah udah, jadi Rafan mana Na? Lerai Felicia.

" ada kok dia lagi keliling villa entar lagi juga balik"

Sesaat setelah mengatakan itu suara pintu terbuka disertai langkah kaki terdengar.

"itu dia datang, Fan sini!"

Refleks semua mata menuju Rafan.

"lo!"


















Tbc~~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Me At That TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang