Chapter IV

3 1 0
                                    

Flashback on

Terlihat seorang pemuda sedang berjalan di trotoar, langkah kakinya terlihat sangat berat, punggungnya terlihat sedang menanggung beban yang begitu berat entah apa.

Pemuda itu berhenti disebuah taman lalu menatap orang orang yang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Pemuda itu berjalan mendekati salah satu kursi di taman itu lalu duduk disana.

Matanya fokus menatap seorang gadis yang sedang piknik sedang gadis lain sebayanya, sepertinya mereka bersahabat.

Awalnya pemuda itu iri melihat gadis-gadis itu yang sibuk bercanda yang sepertinya tidak memiliki beban sama sekali.

Pemuda itu tersenyum miris. "apakah jika itu tidak terjadi bisakah aku berbahagia sepertinya? Bercanda dan tertawa tanpa memikirkan beban apapun."

Hujan tiba-tiba datang mengguyur semua orang yang berada di taman tersebut, semua orang bergegas meninggalkan taman untuk berteduh menghindari guyuran hujan.

Tapi lain halnya dengan yang dilakukan oleh orang lain, pemuda itu malah memilih menetap dikursi itu tidak memperdulikan air hujan yang telah membasahi tubuhnya.

Sampai air hujan berhenti mengenai tubuhnya, namun anehnya hanya tubuhnya yang tidak terkena oleh air hujan.

Pemuda itu mendongak mendapati sebuah payung transparan menghalangi air hujan untuk mengenai tubuh pemuda itu.

Diujung pegangan payung itu seorang gadis sedang memegang payung itu sambil tersenyum manis.

"pakailah payung ini kak, jangan sampai sakit sehingga orang yang menyayangimu sampai bersedih karenanya."

Gadis itu menarik tangan pemuda itu lalu memberikannya payung setelah itu gadis itu bergegas berlari menuju sebuah mobil yang berhenti dipinggir jalan.

Pemuda itu berbalik lalu meneriaki gadis itu.

" Hei! Siapa namamu?! "

Gadis yang mendengar itu hanya menoleh sebentar lalu balas meneriaki pemuda itu.

"Diana! Diana Carissa!"

Setelah gadis itu berlalu, pemuda itu kembali terdiam memegang payung pemberian gadis tadi.

>>>>

Kembali kita disaat ini di sebuah rooftop di sekolah.

Diana sedang berusaha mengingat kejadian yang diceritakan oleh Rafan mengenai pertemuan pertama mereka.

"oh iya! Gw ingat hari itu gw lagi piknik bareng Felicia karena itu pertama dan terakhir gw piknik ama feli jadi gw inget banget."

"Jadi itu lo fan? Kok gw nggak ngeh yak?"

"lo beda banget tau nggak, kalau nggak salah waktu itu gw masih Kelas 9, jadi kelas 3 SMP nggak sih?"

"iya udah 3 tahun dan sejak saat itu gw ada sedikit rasa sama lo, sampai gw liat lo lagi pada saat gw pertama kali masuk disekolah ini."

"Dan sejak liat lo lagi perasaan gw terus menerus tumbuh, tapi gw nggak tau gimana caranya biar gw bisa deketin lo, giliran bisa deket kita malah selalu di temuin pas lonya lagi kena masalah, gw sebenernya mau liatin lo sifat gw yang baik-baik aja tapi semuanya rusak saat lo nangkep basah gw yang lagi ngumpat karena kesel. "

" lo nyimpen itu semua selama ini? Gw bener bener nggak nyangka. " Air mata Diana mengalir.

" jangan nangis dong, gw cerita bukan untuk ngebuat lo nangis" Rafan mendekat kearah Diana lalu menghapus air mata di wajah Diana.

"gw minta maaf gara-gara gw lo nangis gw jahat banget yah lo bisa kok mukul gw sini"

Diana memeluk Rafan erat dengan air mata yang turun semakin deras.

"g-gw na-nangis ka-karena te-terharu ta-tau... Hiks Hiks..." mata Diana sudah memerah karena menangis.

Setelah tenang Diana melepaskan  pelukannya lalu kembali menatap lekat mata Rafan entah mencari apa.

"lo tau fan? Sebenernya gw juga udah suka sama lo kok walaupun gak selama lo sih, jadi—"

"yeyy kita pacaran!! Hahahah yeyy" Rafan segera memotong perkataan Diana karena terlalu senang.

"kok gitu sih fan? Dengerin dulu dong" kesal Diana.

"jadi? Kita nggak pacaran?" wajah Rafan seketika berubah menjadi sendu.

"Y-ya nggak gi—"untuk kedua kalinya perkataan Diana dipotong lagi.

" Berarti kita pacaran dong yeyy"

Rafan memegang pinggang Diana lalu mengangkat nya sambil berputar-putar saking senangnya.

"Fan! Fan! RAFAN! TURUNIN GW FAN!" teriak Diana ketakutan.

Segera Rafan menurunkan Diana karena takut terkena cubitan maut Diana sekali lagi.

"soal cara bicara lo mau ubah jadi aku kamu?" tanya Diana setelah kembali duduk di dinding pembatas rooftop.

Rafan ikut duduk di sebelah Diana lalu menyandarkan kepalanya di bahu Diana tidak lupa untuk memainkan jari-jari Diana.

"kalau gw sih ngikut lo aja mau tetep kek gini, apa mau ganti panggilan juga gapapa yang penting semuanya sama lo".

Wajah Diana sedikit memerah, dia mencubit tangan Rafan yang sedang memainkan tangannya.

"aakh... Saakiiit" Adunya cemberut

Diana yang gemas pun menampol mulut Rafan yang maju kedepan itu.

"kok dipukul?" Rafan mengelus bibirnya itu.

"Gemes" Singkat dan padat.

>>>>

Keseharian Diana dan Rafan tidak banyak berubah, seperti setiap ada waktu mereka berdua menyempatkan diri untuk bertemu di rooftop untuk bertemu, yang berubah hanya sifat manja dan bucin akutnya Rafan baru keluar, namun sifatnya saat bertemu diluar rooftop kembali seperti biasanya yaitu seakan-akan tidak ada yang terjadi diantara mereka.

Mereka berdua telah sepakat untuk menyembunyikan hubungan mereka berdua dari siapapun termasuk sahabat Diana.
.
.


.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc~~

Me At That TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang