Chapter VII

0 0 0
                                    

Setelah Dariel pergi kedua gadis itu kembali melanjutkan kegiatan mereka yang tadi tertunda.

Usai ngefangirling mereka berdua berdiri di balkon kamar Diana sembari menikmati segelas coklat panas.

"aku sebenarnya pengen nanya ini dari tadi tapi belum nemu momen yang pas..."

"nanya apa fel?"

"jadi pacar lo siapa?"

"emang gw belum ngomong ya? Perasaan udah deh"

"nggak ya! Cepetan ngomong gw penasaran banget sumpah soalnya lo nggak keliatan lagi deket sama cowok lagi."

"Rafan"

"Rafan? Rafan siapa nih? Jangan bilang? Rafan Alfareza ketua osis kita?"

"eumm iya bener Rafan"

Felicia hanya terdiam syok sedangkan Diana pikirannya sudah kemana-mana mengira sahabatnya marah karena berpacaran dengan ketua osis yang dia sukai akhir-akhir ini.

"kok bisa? Lo pacaran ama dia?" Setelah hening beberapa saat Felicia kembali bertanya.

Diana mulai menjelaskan awal mula Diana dan Rafan bertemu di rooftop, bagaimana mereka bisa semakin dekat, pokoknya semuanya.

"woaah gw nggak nyangka"

"lo marah?" cicit Diana

"hah? Kenapa gw harus marah? Harusnya gw seneng dong sahabat gw udah punya pacar."

"nggak gitu, maksud gw itu bukannya lo suka ya sama Rafan?"

"hah?! Siapa bilang coba?! Nggak kok gw cuman kagum aja gitu tapi nggak suka yang kek dari cewek ke cowok gitu, ngerti nggak? Tau ah pokoknya maksud gw gitu."

"iya iya gw paham, sekarang gw udah sedikit lega"

"jadi alasan lo sembunyiin itu karena ini?" Felicia terkekeh ia merasa lucu dengan tingkah sahabatnya itu.

"hmm, itu juga sih tapi nggak semuanya"

"selebihnya apa?"

"karena gw udah sepakat ama Rafan buat nyembunyiin hubungan kita"

"oouh gitu..."

>>>>

Dua hari telah berlalu, sekarang Diana sedang berada ditempat yang baru-baru ini menjadi favorit nya yaitu rooftop, tidak lupa bersama dengan kekasihnya yang tersayang.

Diana tidak belajar lantaran sang guru sedang izin karena sakit. Sedangkan Rafan bolos dengan alasan ada kegiatan osis.

Diana menyandarkan kepalanya didada Rafan selagi Rafan sibuk memainkan rambut dan tangan kekasihnya itu, posisinya saat ini Diana duduk sedangkan Rafan dibelakangnya memeluk Diana dari belakang.

"gw mau cerita" seru Diana bersemangat

"gw udah baikan ama Feli"

"emang lo bertengkar karena apa?"

Diana menceritakan semuanya tanpa ada satu hal yang terlewat.

"hmm...gitu ya kalau kamu senang aku juga senang"

"Diana lo tau nggak?"

"apaan?"

"katanya kalau kita lagi badmood kita butuh yang manis-manis kek coklat gitu"

"emang iya?"

"iya, tapi kalau gw mah lain lagi"

"lain kenapa?"

"gw nggak butuh coklat tapi gw lebih butuh lo soalnya gak ada yang lebih manis selain lo" Rafan dan Diana berucap bersamaan.

Rafan syok sekaligus merasa kecewa karena gombalannya tidak berhasil sedangkan Diana tertawa terbahak-bahak karena berhasil menggagalkan gombalan kekasihnya itu.

Rafan mencebikkan bibirnya, ngambek karena dikerjain oleh Diana.

"utututu ayang aku ngambek nih"

Telinga Rafan memerah, Rafan berusaha menahan sudut bibirnya agar tidak naik membentuk lengkungan, ia hampir saja goyah karena dipanggil sayang oleh kekasihnya itu.

Cup

Diana mengecup pipi kiri Rafan. Rafan yang merasakannya secepat kilat menoleh ke arah Diana menatapnya dangan mata membulat.

"lagi..."

"nggak mau, katanya ngambek..."

"hehehe nggak kok gw nggak ngambek, ayo cium lagi disini" Rafan menunjuk pipi kanannya.

"nggak mau Fan"

"eumm cium lagi sayang"

"kan tadi udah"

"nggak kerasa, bentar doang ini"

"nggak deh" Diana berjalan cepat menuju pintu untuk kabur dari Rafan.

Rafan ikut berlalu mengejar Diana."jangan lari Diana!"

"nggak mau wlee"

"awas aja ya lo kalau gw dapet"

"awas kenapa tuh... Ups" Diana memasang wajah mengejek.

"ih mukanya minta dicium balik ini"

"dih modus aja lo"

Diana dan Rafan bermain kejar-kejaran dirooftop, tidak lupa Diana yang terus mengejek-ejek Rafan sepuasnya.

Tap Tap Tap

Suara sepatu yang beradu dengan tangga berbunyi nyaring semakin mendekat kearah pintu rooftop. Rafan yang menyadari itu segera menarik Diana menuju belakang tumpukan kursi dan meja yang sudah tidak terpakai.

Diana yang ingin mengajukan protes seketika langsung terdiam saat mulutnya dibekap oleh Rafan.

"sutts" Rafan mengisyaratkan untuk diam dengan menempelkan telunjuknya didepan bibirnya.

"ada yang datang" bisik Rafan tepat didekat telinga Diana.

Diana merinding saat itu juga sekaligus takut ketahuan membolos.

Ceklek

"saya yakin dengar suara dari sini tadi" monolog sosok yang berjalan menuju rooftop tadi.

"apa saya salah denger ya? Hmm yasudahlah"

Suara pintu tertutup terdengar, mereka berdua yang menyadari sosok tadi sudah pergi pun keluar dari tempat persembunyian mereka.

"suara tadi ibu Nita kan?"

"keknya sih iya"

"untung aja kita nggak ketangkep Fan, hampir aja kita masuk BK"

"kita emang nggak ditangkap ama ibu Nita tapi sekarang gw yang tangkep lo"

Rafan menggelitik Diana tak memiliki niat untuk mengampuni kekasihnya itu.

Diana terus terbahak-bahak tak mampu menahan saat Rafan menggelitikinya.

"udah-udah fan gw dah nggak sanggup" Diana mengatakan itu disela-sela tertawanya.

Setelah beberapa saat Rafan akhirnya melepaskan Diana. Diana terengah-engah akibat dari terlalu banyak tertawa.

Diana membaringkan tubuhnya disamping Rafan. "lo jahat fan"

Rafan hanya tertawa mendengarnya.











Tbc~~

Me At That TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang