Chapter II

9 3 3
                                    

Suasana di kelas 12 IPS 4 terlihat sepi, hanya ada dua orang gadis disana, yang satu sedang sibuk memasukkan alat-alat tulisnya kedalam tas sedangkan yang satunya lagi hanya diam melamun di kursinya entah apa yang sedang ia pikirkan.

"ana, lo gak mau pulang?"

"......"

"lo dijemput?" tanya Felicia sekali lagi.

"....."

"apa lo mau bareng gw?" tanya Felicia sekali lagi berusaha sabar menunggu jawaban Diana.

"ana..."

"...."

"Dianaaa" Felicia tidak menyerah dan terus memanggil Diana, namun rasa kesalnya sedikit demi sedikit bertambah.

"....."

"Diana Carissa!"

"....."

Seakan ada perempatan imajinatif yang muncul di dahinya seketika Felicia berteriak memanggil sahabatnya itu dengan suara keras.

"DIANA CARISSA!!"

"....."

Felicia benar-benar sudah sangat emosi pada sahabat tersayangnya itu karena tidak mendapat respon dari sahabatnya ia pun memukul pundak Diana berkali-kali dengan keras.

Plak
Plak
Plak

"akhh, lo kenapa sih? Main mukul aja sakit tauu" adunya cemberut.

"Ya maaf, hehe" Felicia cuman nyengir ngeliat Diana cemberut.

"lagian lo sih dari tadi gw panggil, tapi lo ga nyaut-nyaut kan gw jadi kesel" lanjut Felicia sinis.

"emang iya? Masa sih? Tapi kok gw nggak denger yak? Heran Diana.

"Ya mana gw tau, ada setan kali yang nutup telinga lo, hiiih"balas Felicia sembari menakut-nakuti Diana.

Diana yang mendengar itu pun seketika merinding"jangan gitu dong fel, lo kok jahat banget sih".

"hahaha"

"dih bagus lo ketawa kek gitu?" sinis Diana.

"ya lo sih nyebelin, emang lo mikirin apasih sampai nggak denger gw panggil-panggil dari tadi?".

"gini...nggak deh nggak jadi"

"tauah terserah lo gw mau pulang, tinggal aja lo disini bareng makhluk-makhluk halus itu" Felicia yang sangat kesal pun dengan cepat meninggalkan Diana disana sendirian.

"eh..eh fel! feli!, yaelah kok gw ditinggal sih" dengan cepat Diana berlari keluar dari kelas menyusul Felicia karena ketakutan.

>>>>

Besoknya disekolah, dikelas 12 IPS 4 semua penghuni kelas sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing, ada yang lagi menulis entah menulis apa, ada yang lagi menggambar, bergosip, makan, main kartu, konser, atraksi-atraksi gak jelas sampai tidur juga ada.

Diana yang bosan ditambah dengan suasana kelas yang berisik itu membuatnya tidak betah berada dikelas nya.'biasanya juga join sok-sok an gk betah dia tuh'.

Diana hendak mengajak Felicia untuk ikut bersamanya namun ia mengurungkan niatnya karena melihat Felicia yang sedang seru-serunya bermain kartu dengan teman-teman kelas yang lain. 'kenapa Diana gk ikut main? Ya karena Diana udah kalah wkwk'.

Diana pun berjalan menjauh dari kelasnya. "bagusnya kemana yah?, apa gw ke rooftop yang kemarin aja ya?, kesana aja deh gw lagi pengen kena angin". Monolognya.

Ceklek

Setelah membuka pintu untuk menuju rooftop ia segera berjalan menuju dinding pembatas diujung sana lalu duduk diatasnya sambil menggoyang-goyangkan kakinya kedepan dan kebelakang.

"aahh segarnya"ujarnya menikmati angin yang meniup rambutnya.

Saat sedang asik menikmati suasana disana terdengar suara pintu yang terbuka dari belakang dibarengi dengan suara orang mengumpat.

Ceklek

" arrghh, ***, ***, ***, ***, ***, ***, ***, ***, ***" orang itu terus mengeluarkan kata-kata mutiara dari mulutnya tanpa menyadari bahwa ada orang lain yang mendengarkan semua umpatannya.

Sedangkan saat ini Diana sedikit syok mendengarkan semua umpatan yang keluar dari orang yang membuka pintu itu yang ternyata adalah ketua osis sekolahnya yang terkenal dengan parasnya yang tampan dan semua sifat baiknya yaitu Rafan Alfareza.

"lo juga bisa ngumpat?" ucapnya tak sadar dengan keras malah membuat Rafan menyadari keberadaan Diana ditempat itu.

"l–lo?! Sejak kapan lo ada disini?" runtuh sudah semua image Rafan yang udah dia susun seindah mungkin.

"sejak sebelum lo buka pintu". Jawab Diana yang sudah santai.

Setelah mendengar jawaban Diana seketika Rafan berharap jika bisa, dia mungkin udah ngulang waktu untuk gak ke rooftop ini hari ini.

"Ya gw udah nebak sih kalau lo belum ngeluarin semua sifat asli lo".

"kok lo bisa tau? Kalau gw belum ngeluarin semua sifat asli gw?"

"yah feeling aja sih, karena orang kan gak ada yang sempurna."

"yah karena lo udah tau lo wajib sembunyiin ya dari siapa pun itu" sambil berjalan mendekat ke arah Diana dengan tatapan mata yang sinis disertai nada dan aura yang mengancam.

Diana yang sedikit tertekan pun dengan cepat mengangguk.

"sip"setelah mengatakan itu dia melepaskan dasinya, mengeluarkan bajunya dari dalam celana, membuka dua kancing paling atas seragamnya, mengacak-acak rambutnya, lalu duduk di sebelah Diana, ia menutup matanya untuk menikmati angin yang menerpa wajahnya.

Jujur saja Diana sedikit terpesona melihat Rafan mode sok ganteng, mungkin ia sudah bosan melihat Rafan yang biasa jadi melihat Rafan yang mengeluarkan sisi lainnya membuatnya sedikit terpesona.

Suasana seketika kembali hening sampai Diana memecahkan keheningan dengan pertanyaan yang dari tadi ia simpan tapi tak sempat mengatakannya karena terlanjur diancam tadi.

"tapi fan tadi lo kenapa dateng-dateng ngumpat gitu?".

"gini—"

"wah bener-bener tuh,***, ***, ***, ***, ***, ***, ***, ***, gw kan jadi ikut kesel dengernya" udah keluar semua kata kata mutiaranya.

Mereka berdua terus berbagi cerita mulai dari cerita menyebalkan, menyenangkan sampai menyedihkan hingga tak kenal waktu.

Teng
Teng
Teng

Bunyi bel pulang menyadarkan mereka bahwa mereka telah berada di rooftop berjam-jam.

"loh? Udah bel pulang? Gak sadar gw"ucap Diana heran.

" iya gw juga lupa"

Seketika mereka berdua tertawa

"gini nih kalo nemu orang sefrekuensi kan jadi lupa waktu"

"iya, yaudah gw pulang duluan ya" setelah mengatakan itu ia mengacak-ngacak rambut Diana lalu pergi.
.
.
.
.
.
.
Tbc~~

Me At That TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang