Chapter 14 : Shadow Of The Port

100 9 5
                                    

Cyberaya Port 19:23 PM, 140 days Prior to Accident G.A.M.M.A

Di tengah kabut yang semakin tebal menyelimuti pelabuhan malam itu, aroma asin laut terasa begitu kuat, menyatu dengan suara ombak yang tak henti-hentinya menghantam beton-beton pelabuhan. Malam terasa dingin dan mencekam, membuat suasana semakin menegangkan bagi tim yang sedang menjalankan misi. Kali ini, tugas mereka adalah mengamankan sebuah kiriman—kargo yang dianggap mencurigakan.

"Hati-hati, kita diawasi," ucap Rizwan dengan nada tegas, matanya tajam mengawasi sekitar. Kata-kata itu langsung membuat rekan-rekannya, Ali, Alicia, dan Bakar, siaga penuh. Mereka tahu, setiap langkah mereka bisa berarti hidup dan mati. Ali, yang berjalan di depan, langsung bereaksi; tubuhnya tegak dan sigap, seolah-olah siap melindungi siapa pun di belakangnya, terutama Alicia yang ada tepat di belakangnya.

Mereka terus melangkah, menyusuri deretan kontainer yang tersusun tinggi dan menjulang, membentuk lorong-lorong sempit dan gelap. Setiap bayangan bergerak seolah mengintai mereka dari balik besi-besi berkarat. Sesampainya di kontainer yang dicurigai, Ali mendadak merasakan firasat buruk. Jantungnya berdebar kencang, dan seketika itu ia merasa seolah-olah kematian sedang mengintip dari kejauhan, mengawasi dan menunggu momen yang tepat.

Namun, firasat itu lenyap secepat ia datang, dan sebelum Ali sempat berpikir lebih jauh, ia menyadari ada sesuatu yang benar-benar salah. Dengan refleks cepat, Ali melompat ke samping, menarik Alicia bersamanya. Keduanya terjatuh, mengguling di atas beton kasar, sesaat sebelum sebuah tembakan menghantam tepat di tempat Alicia seharusnya berdiri. Suara peluru berdesing, membelah udara dan meninggalkan bekas luka di dinding kontainer.

Ali segera bangkit, menggenggam tangan Alicia dan menariknya ke belakang deretan kontainer lain. "Cepat, kita berlindung di sini!" desis Ali, napasnya memburu. Dengan bantuan IRIS, alat canggih yang terpasang di kepalanya, Ali mulai melacak asal tembakan. Di layar kecil di matanya, ia melihat garis-garis yang menunjukkan lintasan peluru, mengarah ke atas sebuah menara pemancar sinyal yang berdiri kokoh di kejauhan.

Di puncak menara itu, tampak sesosok bayangan, Seseorang berdiri di sana, tubuhnya terbungkus jubah abu-abu yang compang-camping, seperti bayangan dari masa lalu yang kelam. Wajahnya tersembunyi di balik helm yang menutupi seluruh wajah, tanpa celah sedikit pun untuk melihat ekspresi atau mata di baliknya. Sosok itu memegang senapan dengan tangan kokoh, sikapnya penuh kesombongan, seolah percaya diri bahwa tak ada yang bisa menyentuhnya. Ia tidak bergeming, tidak peduli untuk berpindah tempat meski telah melepaskan tembakan.

Ali mencoba menenangkan diri sambil berpikir cepat. "Dia bukan sekadar penembak biasa," ucapnya kepada tim melalui komunikasi internal. "Lihat cara dia berdiri, dia tahu kita tak akan bisa membalas dari posisi ini."

Rizwan, yang bersembunyi di sisi lain kontainer, menyadari sesuatu. "Dia seperti menantang kita... atau mungkin menunggu sesuatu," gumamnya. "Kita harus membuat pergerakan, atau kita akan terjebak di sini."

Bakar, dengan wajah serius, meraih sebuah drone kecil dari tasnya. "Biarkan aku mengalihkan perhatiannya," katanya. Drone itu, dengan bunyi dengung rendah, melayang cepat menuju menara, berputar-putar di sekitar kepala si penembak. Sontak, sosok misterius itu mengalihkan senapannya, menembak drone dengan presisi yang mengerikan.

Momen itu cukup bagi Alicia. Dengan secepat kilat, ia keluar dari persembunyian, mengambil ancang-ancang, dan menembakkan peluru tepat ke kaki si penembak. Tembakan itu tak mematikan, tapi cukup untuk membuatnya limbung dan terjatuh dari posisi aman. Ia tak lagi tampak sombong, tapi marah, menembakkan senjatanya secara membabi buta ke arah Alicia.

Alicia mundur Kembali untuk berlindung dibalik kontainer tempat dimana ia berada, Namun semuanya berubah ketika dari kejauhan muncul dari balik kabut, sesosok bayangan lainnya, sebuah sosok yang familiar, Xriss, Ali yang semakin panik karna kemunculan orang ini berusaha memikirkan sesuatu sementara Rizwan dan Bakar mencoba menghadang Xriss, namun walaupun dengan segenap kekuatan mereka berdua, mereka bahkan tidak dapat membuat lawan didepan mereka bergeming melawan mereka

Ali melangkah dengan hati-hati di antara kekacauan yang terjadi di sekitarnya, matanya terfokus pada satu titik: kontainer besar di hadapannya. Suara tembakan yang mengahantam beton dan besi kontainer bercampur dengan suara ombak yang menghantam pelabuhan. Sambil menyelinap di balik bayang-bayang gelap malam, ia akhirnya tiba di kontainer yang menjadi target misinya. Keringat dingin mengalir di dahinya, meskipun angin laut yang berhembus cukup kencang. Ia tahu bahwa waktu sangat mendesaknya, karna ia tau seberapa lawan mereka dan dia tau rekannya tidak dapat menahan lawannya lebih lama

Dengan tangannya yang gemetar, Ali membuka paksa kunci kontainer itu dan menarik pintu besi yang berat, Di dalamnya, ada satu benda yang menarik perhatiannya—sebuah koper, Ia berhenti sejenak, merasakan deja vu yang kuat, Koper itu sama persis dengan yang mereka perebutkan beberapa minggu sebelumnya, di atas kereta yang melaju kencang, Sebuah ingatan yang masih segar dalam benaknya,saat dimana dia dipaksa mengalah dan gagal dalam misi, Ali mengernyitkan dahi, menyadari bahwa ini bukan kebetulan, Mungkin koper itu memiliki arti lebih besar dari yang ia kira, namun semua itu hingga saat ini hanyalah pemikirannya saja.

Tanpa membuang waktu, Ali meraih koper itu dengan cepat dan membawanya keluar dari kontainer. Jantungnya berdetak lebih cepat saat ia berlari, menarik tangan Alicia agar mengikutinya. "Ayo, kita harus keluar dari sini sekarang!" serunya, setengah berbisik namun penuh urgensi. Alicia yang masih sedikit bingung dengan situasinya, tak punya pilihan lain selain mengikuti Ali, mengingat apa yang terjadi pada dua kali terakhir mereka harus berahadapan dengan lawan yang sama

Di belakang mereka, Bakar dan Rizwan menyadari gerakan Ali, Mereka tidak perlu bertanya dua kali. Begitu melihat Ali memegang koper tersebut, mereka tahu bahwa misi telah mencapai titik krusial, Mereka langsung bergegas menyusul, meninggalkan Xriss dan si penembak misterius, mundur dengan hati-hati sambil sesekali menoleh ke belakang, memastikan tak ada yang mengejar mereka.

Namun, mereka tahu bahaya masih mengintai, Penembak yang berdiri di atas salah satu Menara crane tampak masih mengincar mereka, Matanya menelusuri pergerakan Ali dan timnya, dan ia mendapatkan jalur tembakan yang bersih, Pelatuk sudah hampir ia tarik, namun tiba-tiba ia terhenti, keraguan menghantui dirinya yang membuatnya melepas jarinya dari pelatuk, Angin malam di laut memang sulit diprediksi, dan ia ragu, Entah apa isi dari koper itu, tapi ia tidak berani mengambil risiko dengan menembaknya, Sebuah kesalahan kecil saja, dan misi bisa gagal total, dan benda yang mereka incar akan rusak, namun tetap tidak masuk akal bagi mereka untuk melepaskan Ali dan koper itu

Di sisi lain, Xriss, yang biasanya agresif dan tidak pernah membiarkan musuh kabur begitu saja, terlihat berbeda malam itu, Tatapannya kosong, seolah tak peduli pada Ali dan yang lainnya yang sedang melarikan diri. Ia tidak bergerak untuk mengejar, tidak mengeluarkan perintah apapun, Ada sesuatu yang lebih besar yang menguasai pikirannya,Ali menoleh sekali lagi, melihat ke arah Xriss yang hanya berdiri mematung di kejauhan, Mereka terkunci dalam kebingungan yang sama—apa sebenarnya yang ada di dalam koper itu?

Dengan koper di tangan, Ali terus berlari melewati pelabuhan, menuju kapal kecil yang telah disiapkan sebelumnya. Angin laut semakin kencang, membawa perasaan tegang yang tak terucapkan di antara mereka, Meskipun sementara ini mereka selamat, pertanyaan tentang koper itu terus menghantui pikiran mereka. Apa yang sebenarnya sedang mereka hadapi?, namun itu hanyalah pertanyaan yang harus dia simpan untuk lain hari, saat ini misi mereka belum selesai, mereka masih harus mengantarkan koper ini ke markas utama......

;

;

;




;;

;;

;

;

;

;

;

{Hintsec Interpol; Rumors; Lost ark}

"it is said there is a weapon that can (redacted) world"

"you mean project (redacted) thats a myth, (redacted) and (redacted) never said anything about it"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

To do what you mustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang