Bab 7

212 21 0
                                    


Jeno merasa ada kemajuan dalam hubungannya dengan Jino namun rasa rindu kepada Renjun masih mengganggu pikiran dan hatinya. Setiap kali melihat Jino tertawa atau bermain, bayangan Renjun selalu saja muncul, mengingatkannya akan momen-momen indah yang pernah mereka lewati bersama.

Ketika Jino tidur siang Jeno memutuskan untuk menjelajahi beberapa foto lama yang tersimpan di laptopnya. Jeno berharap bisa menemukan beberapa kenangan indah yang dapat menghiburnya. Saat membuka folder foto terlihat wajah-wajah ceria dalam foto itu membawanya kembali ke masa-masa bahagia saat mereka masih bersama.

Ada foto Renjun saat mereka merayakan ulang tahun Jino yang pertama, di mana Renjun mengenakan topi pesta dan meniup lilin dengan penuh semangat. Jeno tersenyum, teringat betapa bahagianya saat itu. Namun, senyumnya segera memudar saat Jeno menyadari betapa banyak waktu yang telah berlalu tanpa kehadiran Renjun.

Jeno melanjutkan menelusuri foto-foto itu hingga Jeno menemukan gambar terakhir yang diambil sebelum Renjun pergi. Dalam foto itu, mereka bertiga berpose di depan rumah dengan Jino di tengah tersenyum sangt lebar. Jeno merasa nyeri di hatinya rasanya seolah terhimpit oleh kenyataan bahwa kebahagiaan itu sudah berlalu.

Di saat yang sama, sebuah ide terlintas di benak Jeno. Jeno ingin menciptakan momen baru untuk Jino dimana sebuah tradisi yang bisa diingat oleh mereka berdua saat Jino beranjak dewasa nanti dan mungkin bisa menjadi cara untuk merangrai kembali kenangan manis bersama Jino. Jeno memutuskan untuk merayakan ulang tahun Jino yang akan datang dengan cara yang istimewa, meskipun itu berarti Jeno harus merencanakan semuanya sendirian.

Malam itu, Jeno mulai menyiapkan rencana untuk pesta ulang tahun Jino. Jeno ingin melibatkan semua teman dekat Jino dan juga mengundang  mereka bisa di hari spesial Jino yaitu tanggal 23 Juli 2023. Jeno bahkan berpikir untuk menyiapkan tema yang disukai Jino, yaitu pahlawan super.

Setelah beberapa jam merancang pesta ulang tahun Jino, Jeno merasa puas dengan rencananya. Jeno tahu bahwa itu mungkin tidak bisa mengembalikan Renjun, tetapi setidaknya bisa memberikan kebahagiaan kepada Jino. Jeno kemudian tertidur dengan harapan bahwa segala sesuatunya akan berjalan dengan baik.

Beberapa hari sebelum pesta, Jeno menyibukkan diri dengan persiapan. Jeno mencari dekorasi, makanan, dan permainan yang akan menyenangkan bagi anak-anak. Jino tidak menyadari rencana tersebut, dan Jeno ingin agar kejutan itu tetap menjadi kejutan hingga hari-H.

Ketika hari ulang tahun Jino tiba, Jeno bangun pagi-pagi sekali untuk menyelesaikan semua persiapan. Jeno menghias rumah dengan balon warna-warni, spanduk bertuliskan "Selamat Ulang Tahun yang ke 6 Jino!" dan menyiapkan kue ulang tahun yang cantik. Rasa deg-degan menyelimuti hatinya ketika semua perlengkapan telah siap.

Jino bangun dan melihat semua dekorasi yang ada di rumah. Matanya berbinar penuh rasa ingin tahu. “Papa! Kenapa rumahnya dihias begini?” tanya Jino dengan senyum lebar.

Selamat ulang tahun yang ke 6, nak! Hari ini adalah hari spesialmu!” jawab Jeno sambil membungkuk untuk memeluk Jino erat.

Jino melompat kegirangan, dan Jeno merasa senang melihat reaksi anaknya. Setelah sarapan Jeno mengajak Jino untuk bermain di taman. Teman-teman Jino mulai berdatangan, dan suasana mulai meriah. Tawa anak-anak memenuhi udara, membuat Jeno merasa bahagia.

Jeno berusaha tampil ceria dan bahagia di depan Jino dan teman-temannya. Jeno bahkan melibatkan diri dalam permainan, ikut berlari dan tertawa bersama mereka. Di tengah keceriaan itu, Jeno teringat akan Renjun dan bagaimana Renjun pasti akan bahagia jika melihat acara ini.

Ketika saatnya tiba untuk meniup lilin, Jeno meminta semua anak berkumpul di depan kue. Jino terlihat sangat bersemangat, dan Jeno merasakan betapa berartinya momen ini.

Baiklah, semua, kita hitung sampai tiga! Siap?” tanya Jeno, yang diikuti oleh anak-anak.

Ya!” jawab mereka serentak.

1... 2... 3!” mereka menghitung bersama, dan saat Jino meniup lilin, setelahnya sorakan riuh terdengar.

Jeno tersenyum bangga merasakan bahwa semua usahanya terbayar. Dalam hatinya, Jeno berharap bahwa Renjun bisa melihat semua ini, dan merasakan cinta yang Jeno dan Jino miliki untuknya.

Saat malam tiba dan pesta berakhir, Jeno merasa lelah tetapi bahagia. Jino tampak puas dan berterima kasih kepada papanya dengan pelukan hangat. “Terima kasih, Papa! Itu adalah pesta ulang tahun terbaik!

Jeno merasakan air mata menggenang di matanya, tetapi tetap tersenyum. “Papa senang kamu suka, nak. Nanti kita akan selalu membuat kenangan indah seperti ini.”

Saat mereka berdua duduk di atas sofa, Jeno memeluk Jino erat. Dalam hati, Jeno berdoa agar Renjun bisa kembali, dan mereka bisa menjadi keluarga utuh seperti yang selalu mereka impikan.

---

HadirmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang