Bab 11

192 20 0
                                    


Kehidupan Jeno mulai berubah setelah makan malam bersama Renjun malam itu dan sejak pertemuan itu baik Jeno maupunbRenjun sepakat untuk lebih sering bertemu demi kebaikan sang putra. Meskipun keduanya belum sepenuhnya menyelesaikan masalah di antara mereka tapi Jeno merasa masih ada harapan baru. Jeno kembali mencoba memperbaiki kesalahannya dan membuktikan kepada Renjun bahwa dia bisa menjadi suami dan ayah yang lebih baik.

Jeno menjemput Jino dari Daycare lebih awal dari biasanya. Kali ini, Jeno memiliki rencana untuk menghabiskan waktu bersama putranya tanpa terganggu oleh pekerjaan. Jeno membawa Jino ke taman bermain tempat mereka biasa bertemu dengan Renjun. Jino terlihat sangat senang berada disana kenangan manis mulai memenuhi kepala mungilnya.

"Papa, punya waktu buat main sama aku hari ini?" tanya Jino dengan mata berbinar-binar.

Jeno tersenyum, mengusap kepala putranya. "Ya, nak. Papa akan menghabiskan waktu seharian denganmu. Jino mau bermain apa?"

Jino memikirkan sejenak, lalu dengan antusias si kecil Jino menunjuk ayunan di sudut taman. "Aku mau naik ayunan, Pa! Dorong aku tinggi-tinggi yeeyyy!"

Jeno mengangguk dan segera membawa Jino ke ayunan. Jeno mendorong ayunan perlahan, lalu kemudian mendorong semakin tinggi sesuai permintaan Jino. Tawa riang Jino mengisi udara sore itu hal tersebut membuat Jeno merasa hangat. Jeno menyadari betapa berartinya momen sederhana ini, sesuatu yang dulu sering Jeno lewatkan.

"Papa, aku senang bisa bermain sama Papa. Tapi... aku juga kangen Mama," ucap Jino tiba-tiba, suaranya melembut.

Ucapan itu membuat hati Jeno tersentak. Jeno berhenti mendorong ayunan dan berdiri di depan Jino. "Papa juga kangen sama Mama, Jino. Tapi kamu tahu, kan, Papa sedang berusaha agar Mama mau kembali bersama kita lagi."

Jino mengangguk kecil, matanya yang polos menatap Jeno dengan harapan. "Papa, Mama pasti akan senang kalau kita sering main sama-sama, ya?"

Jeno tersenyum pahit, mencoba menahan rasa bersalah yang masih menyelimuti dirinya. "Ya, sayang. Papa akan berusaha lebih keras agar kita bisa bermain bersama Mama lagi. Kamu percaya pada Papa, kan?"

Jino mengangguk antusias. "Aku percaya, Papa!"

Setelah bermain di taman, Jeno membawa Jino ke sebuah kedai es krim favorit mereka. Sambil menikmati es krim, Jino terus bercerita tentang kegiatannya di sekolah Jino bercerita tentang teman-temannya, dan bercerita juga tentang gambar-gambar yang dia buat untuk Mamanya. Jeno mendengarkan dengan seksama mencoba menjadi pendengar yang baik seperti yang dulu selalu diinginkan Renjun.

Semakin hari Jeno merasa lebih dekat dengan Jino daripada sebelumnya. Jeno mulai memahami betapa pentingnya kehadiran dan perhatian untuk membangun hubungan yang kuat dengan putranya. Saat mereka pulang, Jino tertidur di kursi belakang mobil dengan senyum di wajahnya dan hati Jeno merasa sangat damai melihatnya.

Malam harinya setelah Jino tertidur di kamarnya, Jeno kembali duduk di ruang tamu dan membuka laptopnya. Kali ini  bukan untuk bekerja seperti biasanya tetapi Jeno membuka Line dan mulai menulis pesan untuk Renjun.

Renjun, terima kasih sudah datang untuk makan malam beberapa hari yang lalu. Aku benar-benar senang bisa melihat kita bertiga bersama lagi meskipun hanya sebentar. Aku ingin kita bisa lebih sering berkumpul seperti itu, demi Jino. Aku tahu ini semua butuh waktu aku akan menunggumu disini.

Jeno

Jeno menatap layar laptopnya sebelum akhirnya mengirimkan pesan itu. Jeno tahu mungkin Renjun butuh waktu untuk merespon, tapi setidaknya Jeno ingin Renjun tahu bahwa dia sungguh-sungguh dalam usahanya untuk membuat Renjun kembali.

Beberapa menit setelah pesan terkirim, Jeno beranjak ke kamar Jino untuk memastikan putranya tidur dengan nyenyak. Jeno duduk di samping tempat tidur Jino dan menatap wajah kecil yang terlelap dengan damai. Dalam hati, Jeno berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan menjadi ayah yang lebih baik, agar Jino tidak lagi merasa kekurangan kasih sayang.

Jeno mengelus kepala Jino dengan lembut, berbisik, "Papa akan membuat semuanya lebih baik untuk kita bertiga nak. Papa janji."

Di luar jendela kamar terlihat malam beranjak semakin larut tapi bagi Jeno, ini adalah awal dari perjalanan panjang menuju perubahan. Meskipun ada banyak rintangan yang harus Jeno hadapi, Jeno tahu bahwa setiap langkah kecil yang diambilnya membawa mereka lebih dekat ke kebahagiaan yang dahulu pernah hilang.

---

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HadirmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang