Bab 12

275 30 2
                                    

Aku perhatiin banyak banget ya SINDERNYA VOTE DAN KOMEN DONG BIAR RAME

Renjun berdiri di depan pintu rumah Jeno, di dalam hatinya dipenuhi rasa gugup yang bercampur dengan kerinduan mendalam. Sudah lama sejak terakhir kali Renjun menjejakkan kaki di tempat ini, tempat yang dulu penuh dengan canda tawa dan kebersamaan mereka keluarga kecilnya. Dengan napas yang berat, Renjun mengetuk pintu dan menunggu, berharap Jeno segera membuka pintunya.

Tak lama kemudian, pintu terbuka, memperlihatkan Jeno yang terkejut melihat Renjun di depannya. Tatapan mereka bertemu sesaat, kemudian Jeno  memberi jalan agar Renjun bisa masuk ke dalam rumah mereka. Renjun melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah menyusuri ruang tamu yang tampak sama namun suasananya terasa sedikit berbeda. Ada banyak kenangan-kenangan yang memenuhi setiap sudut ruang tapi sekarang hanya ada kesunyian yang menyelimuti.

Jino di mana?” tanya Renjun, suaranya nyaris berbisik. Di dalam hatinya, Renjun merasakan tekanan emosi yang sulit untuk ia kendalikan.

Anak kita ada di kamarnya. Aku panggilkan sebentar,” jawab Jeno dengan nada yang lebih lembut daripada biasanya. Jeno melangkahkan kakinya menuju kamar Jino kemudian memanggil Jino yang segera berlari kecil keluar dari kamarnya sambil membawa mainan di tangan.

Saat Jino tiba di ruang tamu dan melihat siapa yang berdiri di sana, matanya membulat. “Mama!” serunya dengan suara penuh kebahagiaan, wajahnya nampak cerah seketika. Tanpa ragu, Jino berlari ke arah Renjun dan melompat ke pelukan, memeluk erat tubuh Renjun seolah tak ingin melepaskannya lagi.

Renjun tertegun, air matanya langsung mengalir saat merasakan pelukan hangat dari Jino yang telah lama dirindukannya. Renjun membalas pelukan itu dengan erat kemudian menunduk untuk mencium kepala kecil Jino meeasakan kehadiran putranya yang begitu Renjun rindukan. “Mama rindu sekali sama Jino,” ucap Renjun dengan suara bergetar, merasakan kehangatan di hatinya yang seolah kembali terisi setelah sekian lama kosong.

Mama kenapa lama sekali perginya? Jino kangen banget sama Mama,” Jino mengadu dengan nada polos, suaranya sedikit tersendat seakan mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi. Ada kesedihan di matanya, namun juga kelegaan karena akhirnya bisa kembali memeluk Renjun.

Renjun menarik napas panjang, mencoba menahan emosinya. “Maafkan Mama, sayang. Mama... Mama harus pergi sebentar. Tapi sekarang Mama di sini, dan Mama tidak akan kemana-mana lagi, mama akan bersama dengan Jino mulai sekarang” jawabnya dengan suara yang lembut, sambil mengusap kepala Jino penuh kasih sayang. Renjun sadar saat ini dirinya tidak bisa menjelaskan semuanya kepada Jino tapi Renjun ingin putranya tahu bahwa Renjun tidak akan pergi lagi.

Jeno, yang menyaksikan momen itu dari dekat, merasakan hatinya ikut tersentuh oleh pemandangan ibu dan anak ity. Melihat bagaimana Jino memeluk Renjun dengan erat, Jeno menyadari betapa putra mereka benar-benar merindukan sosok ibunya. Jeno hanya bisa berdiri diam, membiarkan momen itu menjadi milik mereka berdua. Jeno tahu, momen seperti ini sangat berharga bagi anak dan istrinya.

Setelah beberapa saat, Jino mulai melepaskan pelukannya dan menarik Renjun untuk duduk di lantai bersamanya, menunjukkan mainan-mainan kesayangannya. “Mama, lihat ini! Jino punya mobil, dan ini pesawat!” serunya dengan penuh antusias.

Renjun tertawa kecil, merasa lega bisa kembali berada di sisi Jino, menikmati setiap celotehan polos anaknya. “Wah, Jino sudah pintar ya sekarang, Jino juga punya banyak mainan baru. Mama ketinggalan banyak cerita, nih,” ucapnya, berusaha menutupi rasa sedihnya dengan senyuman.

Di sisi lain, Jeno memperhatikan dari kejauhan, merasa ada sedikit harapan yang kembali menyala di hatinya. Jeno tahu bahwa perjalanan mereka untuk memperbaiki segalanya masih panjang, tapi melihat Renjun dan Jino bersama seperti ini, ia tidak bisa menahan perasaan lega yang perlahan merayap di hatinya. Mungkin, hanya mungkin, ini adalah awal yang baik bagi mereka semua.

Renjun menoleh ke arah Jeno, mata mereka bertemu dalam diam yang penuh makna. Meski banyak hal yang belum terucap, di antara mereka ada pemahaman bahwa ini adalah langkah selanjutnya menuju penyatuan keluarga kecilnya. Dan sore itu, di ruang tamu yang dulu terasa sepi, terdengar tawa kecil Jino yang mengisi rumah mereka kembali.

HadirmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang